77 Dalam pengelolaan dan pemanfaatan stok sumberdaya ikan di suatu wilayah perairan,
yang perlu dikaji terlebih dahulu adalah tentang kondisi biologi dari sumberdaya tersebut. Kondisi biologi disini adalah tentang kondisi sumberdaya ikan, yang dikaitkan dengan berapa
besarnya potensi lestari dan tingkat pemanfaatannya. Sebagian besar dari ikan demersal yang didaratkan di Tegal pada umumnya hanya ditangkap oleh dua jenis alat saja yaitu alat tangkap
dogolcantrang dan juga arad. Jenis alat tangkap seperti pukat pantai, gillnet dasar dan lainnya sebenarnya juga bisa menangkap ikan demersal tetapi dalam jumlah yang relatif kecil, sehingga
oleh Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal tidak didata. Dari beberapa macam jenis ikan demersal yang ditangkap dengan alat tangkap dogol dan arad yang selama 10 tahun terakhir dari
tahun 1996 sampai dengan 2005 tertangkap, adalah jenis ikan manyung, pepetek, tigawaja, beloso, pari, kuniran serta jenis lainnya seperti cumi-cumi dan udang.
Udang merupakan ikan target khususnya untuk alat tangkap arad. Jenis ikan demersal lainnya seperti pepetek, tigawaja, pari dan lainnya merupakan hasil tangkapan sampingan
lainnya dari alat tangkap arad. Jenis ikan demersal seperti pari, tigawaja, manyung, beloso, kuniran dan lainnya merupakan tujuan utama dari pengoperasian alat tangkap dogolcantrang
Kemampuan alat tangkap arad dan jaring dogolcantrang sangat berbeda. Hal ini disebabkan baik dari ukuran unit penangkapan alat tangkap, kapal dan jumlah ABK serta cara
pengoperasian sangat berbeda, juga dari tujuan ikan targetnya. Alat tangkap arad memang ditujukan untuk menangkap udang dengan hasil sampingan ikan demersal, sedangkan alat
tangkap dogolcantrang lebih ditujukan untuk menangkap semua jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, terutama jenis ikan demersal. Jenis ikan demersal yang selalu tertangkap
dengan alat tangkap dogolcantrang selama 10 tahun terakhir antara lain manyung, pepetek, tigawaja, beloso, pari, kuniran serta jenis cumi-cumi. Selain itu, jenis ikan demersal lainnya
yang juga tertangkap dengan alat tangkap dogolcantrang antara lain adalah jenis ikan kakap, bambangan, kerapu, dan lain sebagainya. Jenis-jenis ikan tersebut tidak tertangkap secara
kontinyu dalam 10 tahun terakhir dari Tahun 1996 – 2005.
5.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji aspek biologi dengan menganalis potensi sumberdaya ikan demersal serta tingkat pemanfaatannya dari beberapa jenis ikan
78 demersal yang dominan tertangkap dan secara keseluruhan serta potensi sumberdaya pada
wilayah pantai 0 – 4 mil dan lepas pantai 4 – 12 mil.
5.3 Manfaat
Manfaat dari pengkajian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang potensi sumberdaya perikanan demersal dan tingkat pemanfaatannya pada saat ini. Kajian ini
digunakan sebagai bahan dalam pengkajian pada bab-bab selanjutnya sehingga dapat untuk membuat strategi kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan perikanan demersal yang
berkelanjutan di daerah penelitian dan wilayah perairan utara Jawa.
5.4 Metodologi 5.4.1 Hasil tangkapan per upaya penangkapan CPUE
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis CPUE Catch per Unit Effort. Perhitungan CPUE bertujuan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan unit penangkapan ikan
demersal yang didasarkan atas pembagian total hasil tangkapan catch dengan upaya
penangkapan effort, rumus yang digunakan sebagai berikut :
CPUEi =
fi ci
Keterangan: ci : Hasil tangkapan ke – i kg fi
: Upaya penangkapan ke – i trip CPUEi
: Jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan ke – i kg trip
5.4.2 Standardisasi alat tangkap
Adanya beberapa jenis alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan untuk memanfaatkan ikan demersal seperti jaring arad, dogolcantrang, trammel net, pukat pantai dll.
79 Namun demikian hanya jaring arad dan dogol saja yang dominan menangkap ikan demersal.
Pukat pantai dan tramel net sudah jarang dioperasikan oleh nelayan setempat. Dari kedua alat tangkap tersebut arad dan dogolcantrang masing-masing memiliki kemampuan yang berbeda
dalam kategori jumlah spesies yang tertangkap dan jenis spesiesnya. Untuk menyeragamkannya diperlukan standarisasi alat tangkap yaitu dengan memilih satu unit alat tangkap sebagai alat
tangkap standar berdasarkan jumlah hasil tangkapan paling banyak. Unit penangkapan yang dijadikan sebagai standar adalah jenis unit penangkapan yang
paling dominan menangkap jenis-jenis ikan demersal di suatu daerah mempunyai laju tangkap
rata-rata per CPUE terbesar pada periode waktu tertentu. Tampubolon 1991, menjelaskan
bahwa alat tangkap yang ditetapkan sebagai alat tangkap standar mempunyai faktor daya tangkap atau Fishing Power Index yang sama dengan satu FPI = 1. Jenis alat tangkap lain dapat
dihitung nilai daya tangkapnya dengan membagi hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan
CPUE alat tangkap tersebut dengan CPUE dari alat tangkap standar.
Nilai daya tangkap kemudian digunakan untuk mencari upaya standar Standar effort yaitu dengan mengalikan nilai FPI dan upaya penangkapan alat tersebut.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : CPUE
= dar
Fs dar
Cs tan
tan ; CPUE =
Fi Ci
FPI = dar
CPUEs dar
CPUEs tan
tan = 1
FPI = dar
CPUEs CPUEi
tan Standar Effort
Fstandar = FPI x Jumlah Effort fi FPI
= dar
Fs Ci
tan Keterangan :
FPI = Fishing Power Indeks
Fstandar = Standard Effort
Cstandar = Hasil tangkapan alat standar
80 Fstandar
= Upaya penangkapan alat standar Ci = Hasil tangkapan tahun ke – i
Fi = Upaya penangkapan tahun ke – i CPUEstandar
= Hasil tangkapan per upaya penangkapan alat standar CPUEi
= Hasil tangkapan per upaya penangkapan tahun ke – i
5.4.3 Pendugaan potensi lestari
Analisis terhadap hubungan antara upaya penangkapan dan hasil tangkapan ikan demersal dianalisis dengan metode surplus produksi. Pada model ini setiap populasi ikan
demersal diperlakukan sebagai satu unit tanpa mempertimbangkan struktur dari populasi, sehingga dinamika dari suatu populasi merupakan fungsi dari populasi itu sendiri. Model
didasarkan kepada keadaan keseimbangan dimana hasil berimbang dengan pertumbuhan populasi.
Data yang digunakan dalam metode surplus produksi berupa hasil tangkapan catch dan upaya penangkapan effort dan kemudian dilakukan pengolahan data melalui pendekatan Model
Schaefer . Model surplus produksi sering pula disebut sebagai Model Schaefer. Model ini
merupakan model analisis regresi dari CPUE terhadap jumlah effort. Kesederhanaan model ini adalah tidak memerlukan banyak data, tetapi dapat memberikan hasil pokok yang diperlukan
dalam pengelolaan Naamin, 1984. Secara umum langkah-langkah pengolahan data dalam metode surplus produksi adalah
sebagai berikut : 1 Membuat tabulasi hasil tangkapan catch = C beserta upaya penangkapan effort = f,
kemudian dihitung nilai hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan CPUE = Catch Per Unit Effort
. 2 Jika ada beberapa macam alat tangkap yang digunakan, maka dilakukan standarisasi alat
tangkap. Alat tangkap dominan dijadikan standar, sedangkan alat tangkap lain dikonversikan dalam alat tangkap standar.
3 Memplotkan nilai f terhadap nilai cf dan menduga nilai intercept a dan slope b
dengan regresi linier. 4 Menghitung pendugaan potensi lestari Maximum Sustainable Yield = MSY dan upaya
optimum effort optimum = f
opt
.
81
Besarnya parameter a dan b secara matematik dapat dicari dengan menggunakan persamaan regresi linier sederhana dengan rumus Y = a + bx.
Selanjutnya, parameter a dan b dapat dicari dengan rumus : a
= ⎟
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎜ ⎝
⎛ −
∑ ∑
n xi
b yi
; b =
∑ ∑
∑ ∑
∑
− −
xi xi
n yi
xi xiyi
n
Keterangan : X
i
: Upaya penangkapan pada periode-i; dan Y
i
: Hasil tangkapan per satuan upaya pada periode-i
Rumus-rumus surplus production models MSY hanya berlaku bila parameter b
bernilai -, artinya penambahan upaya penangkapan akan menyebabkan penurunan CPUE. Model persamaan Schaefer dapat ditulis :
CPUE = a + bf
Keterangan : CPUE
: Jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan kgtrip a
: Intercept
b : Koefisien regresivariabel f
f : Upaya penangkapan trip pada periode ke-i.
Hubungan antara C hasil tangkapan dan f upaya penangkapan adalah : C = af + bf
2
Keterangan : C
: Jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan kgtrip a
: Intercept b
: Koefisien regresivariabel f f
: Upaya penangkapan trip pada periode ke-i. Nilai upaya optimum adalah :
82
f
opt
= - a2b
Keterangan : a
: Intercept b
: Koefisien regresivariabel f f
: Upaya penangkapan trip pada periode ke-i. Nilai potensi lestari adalah :
MSY = -a
2
4b
Keterangan : C
: Jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan kgtrip a
: Intercept
b : Koefisien regresivariabel f
MSY : Nilai potensi maksimum lestari.
Asumsi yang digunakan dalam model Produksi Surplus adalah : 1
Stok ikan dianggap sebagai unit tunggal tanpa memperhatikan struktur populasinya; 2
Penyebaran ikan pada setiap periode dalam wilayah perairan dianggap merata; 3
Stok ikan dalam keadaan seimbang; dan 4
Masing-masing unit penangkapan ikan memiliki kemampuan yang sama.
5.4.4 Pendugaan tingkat pemanfaatan
Pendugaan tingkat pemanfaatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal. Pendugaan dilakukan dengan cara mempresentasikan
jumlah hasil tangkapan pada tahun tertentu dengan nilai produksi maksimum lestari MSY. Rumus dari tingkat pemanfaatan adalah :
Tingkat pemanfaatan = MSY
Ci x 100
Keterangan : Ci = Jumlah hasil tangkapan ikan demersal pada tahun ke-i
MSY = Maximum Sustainable Yield Produksi Maksimum Lestari
83
5.5 Hasil Penelitian
Terdapat 8 jenis ikan demersal yang dominan tertangkap oleh alat tangkap arad dan dogolcantrang, yakni manyung, pepetek, pari, kuniran, beloso, tigawaja, cumi-cumi dan
udang dan ikan demersal secara keseluruhan. Untuk melihat hasil analisis per jenis ikan tersebut di atas, dibawah ini disajikan tabel dan gambar hasil analisis CPUE dan hubungan antara CPUE
dan effort, MSY untuk masing-masing ikan dan per wilayah penangkapan dan tingkat pemanfaatannya.
5.5.1 Hasil tangkapan per upaya penangkapan CPUE 1 Manyung
Untuk menghitung hasil tangkapan per upaya penangkapan atau catch per unit effort CPUE maka diperlukan data hasil tangkapan dan effort. Hasil dari rata-rata CPUE hasil
tangkapan per jenis ikan manyung yang merupakan salah satu ikan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir Tahun 1996 – 2005, adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 14
berikut
Tabel 14 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan CPUE tahunan ikan manyung yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005
Tahun Catch
kg Standard Effort
trip CPUE
kgtrip 1996
8.783 2.642
3,32 1997
10.589 3.210
3,30 1998
2.804 842
3,33 1999
15.151 4.613
3,28 2000
24.560 7.573
3,24 2001
16.008 4.886
3,28 2002
17.611 5.331
3,30 2003
11.907 5.331
0,79
84 2004
21.825 6.745
3,24 2005
31.937 9.909
3,22
Pada Tabel 14 di atas dapat dilihat hasil tangkapan catch ikan manyung yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 2.804 kg pada tahun 1998, dengan
jumlah upaya standar standard effort sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standard, dogolcantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun
2005 sebesar 31.937 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 9.909 trip. CPUE ikan manyung adalah berkisar dari yang terkecil 0,79 kgtrip pada tahun 2003 dan yang terbesar 3,33 kgtrip
pada tahun 1998. CPUE pada tahun 2005 adalah sebesar 3,22 kgtrip. Dari Tabel 14 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan manyung relatif stabil atau tidak berfluktuasi. Nilai CPUE dari
ikan manyung juga relatif tetap kecil hanya berkitar 3 kgtrip saja. Kecilnya dinilai CPUE tersebut diduga karena potensi dari ikan manyung juga relatif kecil.
Hubungan antara upaya penangkapan effort dan CPUE ikan manyung digambarkan
pada Gambar 13 dengan persamaan CPUE = 3,3305 – 0,0006f yang artinya setiap penambahan
satu unit variabel x effort akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 0,0006 kg.
y = -9E-06x + 3.3305 R
2
= 0.8187
3.180 3.200
3.220 3.240
3.260 3.280
3.300 3.320
3.340
- 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 14,000
16,000
Effort trip CP
UE k
g t
ri p
Gambar 13 Hubungan antara CPUE dan effort ikan manyung. 2 Pepetek
85 Hasil analisis catch per unit effort CPUE dari ikan pepetek yang merupakan salah satu
ikan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir Tahun 1996 – 2005, adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 15 berikut :
Tabel 15 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan CPUE tahunan ikan pepetek yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005
Tahun Catch
kg Standard Effort
trip CPUE
kgtrip 1996
981.878 2.642
371,64 1997
1.177.441 3.210
366,80 1998
405.230 842
481,27 1999
1.473.587 4.613
319,44 2000
415.431 7.573
54,86 2001
1.267.055 4.886
259,32 2002
1.139.848 5.331
213,82 2003
629.396 5.038
124,93 2004
1.346.482 6.745
199,63 2005
921.320 9.909
92,98 Pada Tabel 15 di atas dapat dilihat hasil tangkapan catch ikan pepetek yang ditangkap
oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 405.230 kg pada tahun 1998, dengan jumlah upaya standar standard effort sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar,
dogolcantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 1997 sebesar 1.177.441 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 3.210 trip. CPUE ikan
pepetek adalah berkisar dari yang terkecil 54,86 kgtrip pada Tahun 2000 dan yang terbesar 481,27 kgtrip pada Tahun 1998. CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 92,98 kgtrip. Dari
Tabel 15 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan pepetek relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari ikan pepetek mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan
ini diduga karena potensi dari ikan pepetek semakin menurun dan semakin tinggi upaya penangkapan dari tahun ke tahun.
Hubungan antara upaya penangkapan effort dan CPUE ikan pepetek digambarkan pada
Gambar 14 dengan persamaan CPUE = 437,41 – 0,0324f yang artinya setiap penambahan satu
86 unit variabel x effort akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan
sebesar 437,41 kg.
y = -0.0324x + 437.41 R
2
= 0.8024
-100.000 0.000
100.000 200.000
300.000 400.000
500.000 600.000
- 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 14,000
16,000
Effort trip CP
UE k
g t
rip
Gambar 14 Hubungan antara CPUE dan effort ikan pepetek.
3 Tigawaja
Hasil analisis catch per unit effort CPUE dari ikan tigawaja yang merupakan salah satu ikan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir Tahun 1996 – 2005, adalah seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 16 berikut :
Tabel 16 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan CPUE tahunan ikan tigawaja yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 – 2005
Tahun Catch
kg Standard Effort
trip CPUE
kgtrip 1996
252.793 2.642
95,68 1997
270.703 3.210
84,33 1998
92.184 842
109,48 1999
306.210 4.613
66,38 2000
117.850 7.573
15,56 2001
247.890 4.886
50,74
87 2002
214.230 5.331
40,19 2003
48.547 5.038
9,66 2004
236.233 6.745
35,02 2005
204.965 9.909
20,69
Pada Tabel 16 di atas dapat dilihat hasil tangkapan catch ikan tigawaja yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 92.184 kg pada tahun 1998, dengan
jumlah upaya standar standard effort sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar, dogolcantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun
1999 sebesar 306.210 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 4.613 trip. CPUE ikan tigawaja adalah berkisar dari yang terkecil 9,66 kgtrip pada Tahun 2003 dan yang terbesar 109,48
kgtrip pada Tahun 1998. CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 20,69 kgtrip. Dari Tabel 16 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan tigawaja relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari ikan
tigawaja mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga karena potensi dari ikan tigawaja semakin menurun dan semakin tinggi upaya
penangkapan dari tahun ke tahun. Hubungan antara upaya penangkapan effort dan CPUE ikan tigawaja digambarkan pada
Gambar 15 dengan persamaan CPUE = 100,09 – 0,0079f yang artinya setiap penambahan satu
unit variabel x effort akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 100,09 kg.
y = -0.0079x + 100.09 R
2
= 0.8021
-40.000 -20.000
0.000 20.000
40.000 60.000
80.000 100.000
120.000
- 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000 12,000 14,000 16,000
Effort trip CP
UE k
g t
ri p
Gambar 15 Hubungan antara CPUE dan effort ikan tigawaja.
88
4 Beloso
Hasil analisis catch per unit effort CPUE dari ikan beloso yang merupakan salah satu ikan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir Tahun 1996 – 2005, adalah seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 17 berikut : Tabel 17 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan CPUE tahunan ikan beloso
yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 – 2005
Tahun Catch
kg Standard Effort
trip CPUE
kgtrip 1996
103.797 2.642
39,29 1997
115.216 3.210
35,89 1998
34.625 842
41,12 1999
106.268 4.613
23,04 2000
121.714 7.573
16,07 2001
109.275 4.886
22,37 2002
103.144 5.331
19,35 2003
70.490 5.038
13,99 2004
116.019 6.745
17,20 2005 153.725
9.909 15,51
Pada Tabel 17 di atas dapat dilihat hasil tangkapan catch ikan beloso yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 34.625 kg pada tahun 1998, dengan
jumlah upaya standar standard effort sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar, dogolcantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun
2005 sebesar 153.725 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 9.909 trip. CPUE ikan beloso adalah berkisar dari yang terkecil 13,99 kgtrip pada Tahun 2003 dan yang terbesar 41,12
kgtrip pada Tahun 1998. CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 15,51 kgtrip. Dari Tabel 17 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan beloso relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari ikan beloso
mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga karena potensi dari ikan beloso semakin menurun dan semakin tinggi upaya penangkapan dari
tahun ke tahun. Hubungan antara upaya penangkapan effort dan CPUE ikan beloso digambarkan pada
Gambar 16 dengan persamaan CPUE = 39,398 – 0,0026f yang artinya setiap penambahan satu
unit variabel x effort akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 39,98 kg.
89
y = -0.0026x + 39.398 R
2
= 0.8248
-5.000 0.000
5.000 10.000
15.000 20.000
25.000 30.000
35.000 40.000
45.000
- 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 14,000
16,000
Effort trip CP
UE k
g t
ri p
Gambar 16 Hubungan antara CPUE dan effort ikan beloso.
5 Pari
Hasil analisis catch per unit effort CPUE dari ikan pari yang merupakan salah satu ikan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir Tahun 1996 – 2005, adalah seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 18 berikut :
Tabel 18 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan CPUE tahunan ikan pari yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005
Tahun Catch
kg Standard Effort
trip CPUE
kgtrip 1996
90.447 2.642
34,23 1997
109.772 3.210
34,20 1998
40.817 842
48,48 1999
166.273 4.613
36,04 2000
173.150 7.573
22,86 2001
168.449 4.886
34,48 2002
164.855 5.331
30,92 2003
10.790 5.038
2,140 2004
179.998 6.745
26,69 2005
191.454 9.909
19,32
90 Pada Tabel 18 di atas dapat dilihat hasil tangkapan catch ikan pari yang ditangkap oleh
alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 40.817 kg pada tahun 1998, dengan jumlah upaya standar standard effort sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar,
dogolcantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 191.454 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 9.909 trip. CPUE ikan pari
adalah berkisar dari yang terkecil 2,14 kgtrip pada Tahun 2003 dan yang terbesar 48,48 kgtrip pada Tahun 1998. CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 19,32 kgtrip. Dari Tabel
18 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan pari relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari ikan pari mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga
karena potensi dari ikan pari semakin menurun dan semakin bertambahnya upaya penangkapan dari tahun ke tahun.
Hubungan antara upaya penangkapan effort dan CPUE ikan pari digambarkan pada
Gambar 17 dengan persamaan CPUE = 43,629 – 0,003f yang artinya setiap penambahan satu
unit variabel x effort akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 43,629 kg.
y = -0.003x + 47.305 R
2
= 0.9521
0.000 10.000
20.000 30.000
40.000 50.000
60.000
- 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 14,000
16,000
Effort trip CP
UE k
g t
ri p
Gambar 17 Hubungan antara CPUE dan effort ikan pari.
6 Kuniran
91 Hasil analisis catch per unit effort CPUE dari ikan kuniran yang merupakan salah satu
ikan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir Tahun 1996 – 2005, adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 19 berikut :
Tabel 19 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan CPUE tahunan ikan kuniran yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005
Tahun Catch
kg Standard Effort
trip CPUE
kgtrip 1996
127.363 2.642
48,21 1997
148.093 3.210
46,14 1998
55.597 842
66,03 1999
213.204 4.613
46,22 2000
194.718 7.573
25,71 2001
201.233 4.886
41,19 2002
251.723 5.331
47,22 2003
97.774 5.038
19,41 2004
221.315 6.745
32,81 2005
174.281 9.909
17,59 Pada Tabel 19 di atas dapat dilihat hasil tangkapan catch ikan kuniran yang ditangkap
oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 55.597 kg pada tahun 1998, dengan jumlah upaya standar standard effort sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar,
dogolcantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 251.723 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 5.331 trip. CPUE ikan kuniran
adalah berkisar dari yang terkecil 19,41 kgtrip pada Tahun 2003 dan yang terbesar 66,03 kgtrip pada Tahun 1998. CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 17,59 kgtrip. Dari Tabel
19 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan kuniran relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari ikan kuniran mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini
diduga karena potensi dari ikan kuniran semakin menurun dan semakin tinggi upaya penangkapan dari tahun ke tahun.
Hubungan antara upaya penangkapan effort dan CPUE ikan kuniran digambarkan pada
Gambar 18 dengan persamaan CPUE = 62,616 – 0,0041f yang artinya setiap penambahan satu
unit variabel x effort akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 62,616 kg.
92
y = -0.0041x + 62.618 R
2
= 0.9224
0.000 10.000
20.000 30.000
40.000 50.000
60.000 70.000
- 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 14,000
16,000
Effort trip CP
UE k
g t
ri p
Gambar 18 Hubungan antara CPUE dan effort ikan kuniran. 7 Cumi-cumi
Hasil analisis catch per unit effort CPUE dari cumi-cumi yang merupakan salah satu hasil tangkapan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir Tahun 1996 – 2005, adalah
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 20 berikut : Tabel 20 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan CPUE tahunan cumi-cumi yang
didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005 Tahun
Catch kg
Standard Effort trip
CPUE kgtrip
1996 21.972
2.642 8,32
1997 19.659
3.210 6,12
1998 6.180
842 7,34
1999 24.050
4.613 5,21
2000 25.620
7.573 3,38
2001 22.378
4.886 4,58
2002 20.114
5.331 3,77
2003 6.105
5.038 1,21
2004 13.717
6.745 2,03
2005 17.530
9.909 1,77
93 Pada Tabel 20 di atas dapat dilihat hasil tangkapan catch cumi-cumi yang ditangkap
oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 6.180 kg pada tahun 1998, dengan jumlah upaya standar standard effort sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar,
dogolcantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 25.620 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 7.573 trip. CPUE cumi-cumi
adalah berkisar dari yang terkecil 1,21 kgtrip pada Tahun 2003 dan yang terbesar 8,32 kgtrip pada Tahun 1996. CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 1,77 kgtrip. Dari Tabel 20 di atas
terlihat bahwa CPUE untuk cumi-cumi relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari cumi-cumi mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga
karena potensi dari cumi-cumi semakin menurun dan semakin tinggi upaya penangkapan dari tahun ke tahun.
Hubungan antara upaya penangkapan effort dan CPUE cumi-cumi digambarkan pada Gambar 19 dengan persamaan CPUE = 7,7037 – 0,0006f yang artinya setiap penambahan satu
unit variabel x effort akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 7,7037 kg.
y = -0.0006x + 7.7037 R
2
= 0.8174
-2.000 -1.000
0.000 1.000
2.000 3.000
4.000 5.000
6.000 7.000
8.000 9.000
- 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 14,000
16,000
Effort trip C
P U
E k
g tr
ip
Gambar 19 Hubungan antara CPUE dan effort cumi-cumi.
8 Udang
Hasil analisis catch per unit effort CPUE dari udang yang merupakan salah satu hasil tangkapan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir Tahun 1996 – 2005, adalah
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 21 berikut :
94 Tabel 21 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan CPUE tahunan udang yang
didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005 Tahun
Catch kg
Standard Effort trip
CPUE kgtrip
1996 27.030
4.680 5,78
1997 24.070
4,680 5,14
1998 22.620
5.760 3,93
1999 29.470
12.120 2,43
2000 8.859
32.880 0,27
2001 18.510
32.880 0,56
2002 10.300
43.080 0,24
2003 17.830
43.080 0,41
2004 39.000
43.080 0,91
2005 32.160
43.080 0,75
Pada Tabel 21 di atas dapat dilihat hasil tangkapan catch udang yang ditangkap oleh alat tangkap arad, terendah adalah sebesar 8.859 kg pada tahun 2000, dengan jumlah upaya
standar standard effort sebanyak 32.880 trip. Dalam menghitung upaya standar, arad yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 39.000
kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 43.080 trip. CPUE udang adalah berkisar dari yang
terkecil 0,24 kgtrip pada Tahun 2002 dan yang terbesar 5,78 kgtrip pada Tahun 1996. CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 0,75 kgtrip. Dari Tabel 21 di atas terlihat bahwa CPUE
untuk udang relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari udang mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga karena potensi dari udang semakin
menurun dan semakin tinggi upaya penangkapan dari tahun ke tahun. Hubungan antara upaya penangkapan effort dan CPUE udang digambarkan pada
Gambar 20 dengan persamaan CPUE = 5,02777 – 0,0001f yang artinya setiap penambahan satu
unit variabel x effort akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 5,02777 kg.
95
y = -0.0001x + 5.0277 R
2
= 0.8464
0.000 1.000
2.000 3.000
4.000 5.000
6.000 7.000
- 10,000
20,000 30,000
40,000 50,000
Effort trip CP
UE k
g t
ri p
Gambar 20 Hubungan antara CPUE dan effort udang. 9 Ikan Demersal
Hasil analisis catch per unit effort CPUE dari ikan demersal yang merupakan salah satu hasil tangkapan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir Tahun 1996 – 2005,
adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 22 berikut :
Tabel 22 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan CPUE tahunan ikan demersal yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005
Tahun Catch
kg Standard Effort
trip CPUE
kgtrip 1996
1.614.063 2.687
600,69 1997
1.875.543 3.252
576,78 1998
660.057 872
757,05 1999
2.334.213 4.672
499,62 2000
1.081.902 7.636
141.69 2001
2.050.798 7.636
268,59 2002
1.921.825 5.360
358,57 2003
929.219 5.332
173,06 2004
2.174.589 6.868
316,62 2005
1.727.372 10.097
171,08
96 Pada Tabel 22 di atas dapat dilihat hasil tangkapan catch ikan demersal yang ditangkap
oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 660.057 kg pada tahun 1998, dengan jumlah upaya standar standard effort sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar,
dogolcantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 1999 sebesar 2.334.213 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 4.672 trip. CPUE ikan
demersal adalah berkisar dari yang terkecil 141,69 kgtrip pada Tahun 2000 dan yang terbesar 757,05 kgtrip pada Tahun 1998. CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 171,08 kgtrip. Dari
Tabel 22 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan demersal relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari ikan demersal mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
Penurunan ini diduga karena potensi dari ikan demersal semakin menurun dan semakin tinggi upaya penangkapan dari tahun ke tahun.
Hubungan antara upaya penangkapan effort dan CPUE ikan demersal digambarkan
pada Gambar 21 dengan persamaan CPUE = 698,89 – 0,0503f yang artinya setiap penambahan
satu unit variabel x effort akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 62,616 kg.
y = -0.0503x + 698.89 R
2
= 0.846
-200.000 -100.000
0.000 100.000
200.000 300.000
400.000 500.000
600.000 700.000
800.000
- 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 14,000
16,000 18,000
Effort trip CP
UE k
g t
ri p
Gambar 21 Hubungan antara CPUE dan effort ikan demersal. Dari hasil perhitungan dengan analisi regresi diperoleh bahwa tidak semua penambahan
jumlah upaya penangkapan mengakibatkan penurunan jumlah tangkapan sseperti misalnya pada
97 penangkapan ikan pepetek, pari, udang dan ikan demersal secara keseluruhan. Hal ini
menggambarkan bahwa upaya penangkapan ikan demersal masih menguntungkan.
5.5.2 Pendugaan nilai hasil tangkapan maksimum lestari MSY, upaya penangkapan optimum f
opt
dan tingkat pemanfaatan per jenis ikan demersal Berdasarkan hasil analisis regresi linier, diperoleh nilai dugaan parameter a intercept; b
slopedan koefisien untuk model Schaefer. Dengan diketahuinya nilai a intersept dan b
slope, diperoleh pendugaan nilai potensi maksimum lestari MSY penangkapan untuk masing- masing jenis ikan demersal serta pendugaan nilai upaya penangkapan optimum f
opt
dan tingkat pemanfaatannya lihat Tabel 23. Hasil analisis regresi dari masing-masing jenis ikan demersal
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 11 sd Lampiran 18. Upaya optimum f optimum tersebut adalah untuk alat tangkap dogol, kecuali untuk hasil tangkapan udang upaya tersebut adalah
untuk alat tangkap arad. Untuk hasil tangkapan ikan demersal adalah berdasarkan produksi hasil tangkapan demersal pada tahun terakhir 2005.
Tabel 23 Potensi produksi lestari maksimum MSY dan upaya penangkapan optimum f
opt
, produksi aktual tahun 2005, dan tingkat pemanfaatan.
Jenis Ikan MSYPotensi
kgth f optimum
tripth C terakhir
kg Tingkat
Pemanfaatan Kuniran 239.723,39
7.656 174.281
72,70 Manyung 25.489,22
12.835 31.937
125,30 Pari 83.718,01
7.767 191.454
104,21 Beloso 147.937,56
7.509 153.725 103,91
Tigawaja 317.439,54 6.342
204.965 64,57
Pepetek 1.474.107,32 6.740 921.320
62,50 Cumi-cumi 26.450,40 6.866
17.530 66,28
Udang 56.146,77 22.334
32.160 57,28 Demersal 2.429.360,64 6.952
1.727.372 71,10
Nilai pendugaan potensi masimum lestari MSY ikan demersal sebesar 2.429.360,64 kg per tahun dengan tingkat upaya penangkapan optimum sebesar 6.952,04 trip. Untuk per jenis
ikan demersal yang dominan tertangkap yang memiliki nilai pendugaan potensi maksimum lestari adalah jenis ikan pepetek dengan nilai MSY sebesar 1.474.107,32 kg per tahun dengan
upaya maksimum sebesar 6.740,22 tripth. Nilai MSY yang terkecil adalah untuk jenis cumi-
98 cumi yaitu dengan nilai sebesar 26.450,40 kg pet tahun dengan upaya optimum sebesar 6.866,96
trip.
5.5.3 Pendugaan nilai hasil tangkapan maksimum lestari MSY, upaya penangkapan optimum f
opt
dan tingkat pemanfaatan berdasarkan wilayah perairan
Daerah penangkapan ikan untuk alat tangkap arad adalah di perairan masuk ke jalur I yaitu daerah penangkapan yang berjarak antara 0 – 4 mil dari pantai. Daerah penangkapan alat
tangkap arad pada umumnya di wilayah pantai dengan kedalaman 5 – 10 meter di sepanjang pesisir pantai dari perairan Tegal, Brebes dan Pemalang. Alat tangkap dogolcantrang
dioperasikan di perairan yang lebih dalam, yakni di kedalaman sekitar 10 – 30 m. Pada umumnya kondisi tersebut berada pada jalur II jarak dari pantai 4 – 12 mil. Berdasarkan
perkiraan luasan wilayah perairan tersbut, dihitung nilai dugaan potensi lestari sumberdaya ikan demersal. Nilai dugaan potensi lestari tersebut disajikan dalam Tabel 24 berikut.
Tabel 24 Nilai potensi maksimum lestari MSY dan upaya penangkapan optimum f
opt
dan tingkat pemanfaatan berdasarkan luas wilayah perairan
Wilayah perairan dari
garis pantai MSYPotensi
kgth F optimum
tripth C terakhir
kg Tingkat
Pemanfaatan 0 - 4 mil
272.627,77 8.211,81
198.465,20 72,80
4 - 12 mil 2.151.542,18
6.811,97 1.525.690,80 70,91
5.6 Pembahasan
Tingkat pemanfaatan ikan demersal adalah tingkat kemampuan para nelayan dalam memanfaatkan sumberdaya ikan demersal yang ada. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan
demersal dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil tangkapan catch setiap tahunnya dengan nilai potensi maksimum lestari MSY. Berdasarkan Klasifikasi Uktolseja et al., 1989
tingkat pemanfaatan dibagi atas empat bagian yaitu : tahap rendah 0-33,3 , berkembang 33,4 – 66,7 , padat tangkap 66,8 – 100 , dan lebih tangkap 100 .
99 Pada Tabel 23 dapat dilihat bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal tahun
terakhir tahun 2005, adalah sebesar 71,10 . Hal ini bisa diartikan bahwa kondisi penangkapan ikan di perairan Tegal dan sekitarnya sudah tergolong pada padat tangkap. Sebagai
perbandingan hasil penelitian terhadap tingkat pemanfaatan ikan demersal di perairan Rembang tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal pada tahun 2004 adalah sebesar 82,23 dari
nilai MSY nya Pramitasari et al., 2006. Beberapa jenis ikan seperti ikan pari dan beloso tingkat pemanfaatannya di Kota Tegal
sudah melebihi 100 , yaitu masing-masing tingkat pemanfaatannya adalah 104,21 dan 103,91 . Hal ini berarti untuk ikan pari dan beloso, tingkat pemanfaatannya sudah berkatagori
lebih tangkap. Oleh sebab itu maka perlu adanya suatu pengelolaan penangkapan ikan demersal yang baik agar pemanfaatan sumberdaya ikan demersal dapat berkelanjutan.
Tinggi tingkat pemanfaatan seperti yang terjadi pada tahun 2005 untuk beberapa jenis ikan demersal seperti pari, beloso, dan kuniran disebabkan oleh banyak faktor sehingga tingkat
pemanfaatan ikan demersal tersebut dalam kondisi sumberdaya yang mengkhawatirkan. Salah satu faktornya karena teknologi penangkapan dogolcantrang dan juga arad termasuk jenis alat
tangkap yang efektif dan cenderung tidak ramah lingkungan karena menggunakan mesh size jaring terutama pada bagian kantong yang berukuran sangat kecil, sehingga semua jenis ikan
demersal termasuk jenis ikan pari, beloso, dan ikan kuniran dapat tertangkap dengan ukuran yang kecil. Menurut Fauzi, 2004 dan Pramono 2006, ukuran ikan yang tertangkap dengan
arad cenderung berukuran kecil. Nilai dugaan potensi lestari ikan demersal pada wilayah 0 – 4 mil dari garis pantai adalah
sebesar 272.627,77 kgth, dengan tingkat upaya optimum sebesar 8.211,81 tripth. Pada tahun terakhir 2005 jumlah produksi hasil tangkapam sebesar 198.465,20 kg, sehingga tingkat
pemanfaatan pada tahun 2005 sebesar 72,80 . Hal ini berarti bahwa tingkat pemanfaatan ikan demersal diperairan tersebut sudah mendekati 80 dari MSY, atau mendekati jumlah hasil
tangkapan yang diperbolehkan. Nilai dugaan potensi lestari ikan demersal pada wilayah 4 – 12 mil dari garis pantai
adalah sebesar 2.151.542,18 kgth, dengan tingkat upaya optimum sebesar 6.811,97 tripth. Pada tahun terakhir 2005 jumlah produksi hasil tangkapan sebesar 1.525.690,80 kg, sehingga tingkat
pemanfaatan pada tahun 2005 sebesar 70,91 . Hal ini berarti bahwa tingkat pemanfaatan ikan demersal diperairan tersebut sudah mendekati 80 dari MSY, atau mendekati jumlah hasil
100 tangkapan yang diperbolehkan. Juga berdasarkan kesepakatan internasional mengenai perikanan
yang tertuang pada Code of Counduct fot Responsible Fisheries CCRF, maka sumberdaya yang boleh ditangkap hanya sekitar 80 dari potensi lestari yang ada Nikijuluw, 2002.
Sumberdaya ikan demersal secara keseluruhan terancam over fishing, karena hasil tangkapannya sudah mendekati angka 80 dari MSY nya. Hal ini dapat dilihat dari nilai
tingkat pemanfaatan tahun terakhir pengambilan data 2005 yang tergolong pada kategori padat tangkap. Diperkirakan tingkat pemanfaatan ikan demersal akan terus meningkat seiring
meningkatnya jumlah effort setiap tahunnya. Hal ini diperkirakan akibat adanya penambambahan jumlah armada dogolcantrang, seiring dengan telah selesainya fasilitas tambat
dan labuh yang dimiliki di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari yang dapat menampung armada dalam jumlah yang relatif banyak. Kelestarian sumberdaya ikan demersal dapat terus terjaga bila
ada kesadaran dari semua pihak baik bagi nelayan maupun pemerintah sebagai pengatur kebijakan.
Untuk mengatasi tingkat pemanfaatan sumberdaya jenis ikan demersal yang sudah lebih tangkap dan juga cenderung meningkat setiap tahunnya, maka perlu segera diatasi dengan cara
mengurangi upaya penangkapan. Bila hal ini terus berlanjut maka akan berdampak buruk bagi kelangsungan sumberdaya ikan pari, beloso, kuniran serta jenis ikan demersal lainnya.
Pengelolaan sumberdaya perikanan yang bertanggung jawab yang sesuai dengan Code of Counduct fot Responsible Fisheries
CCRF tersebut menerapkan sistem MCSE monitoring, controlling, surveillance, enforcement.
Pemantaun, pengendalian, pengawasan, dan penegakan hukum merupakan suatu keharusan bagi pengelolaan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Pada umumnya penerapan MCSE dilakukan melalui peraturan daerah dan peraturan lainnya. Salah satu peraturan dalam rangka MCSE adalah Keputusan Menteri No.03 Tahun
2002 tentang Log Book Penangkapan dan Penangkutan Ikan. Peraturan ini adalah dalam rangka melakukan pemantauan atau monitoring. Pengisian log book seringkali menemui hambatan di
lapangan, dikarenakan pada umumnya nelayan tidak memiliki keahlian dan kesempatan untuk mengisinya. Barangkali yang menjadi sebabnya adalah karena pendidikan yang dimiliki
nelayan, umumnya berpendidikan rendah sehingga tidak mengerti maksud, tujuan dan manfaat dari log book tersebut.
Pengendalian dapat dilakukan melalui pengaturan perizinan terhadap pengoperasian jenis alat tangkap dan jumlahnya. Jaring arad yang merupakan minitrawl seharusnya dilarang
101 dioperasikan sesuai dengan Keppres No. 39 Tahun 1980. Pengoperasian jaring arad di Tegal
memang terkesan dibiarkan saja, barangkali karena belum meninbulkan persoalan atau konflik besar antar nelayan. Dengan melihat kondisi tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal
yang sudah dalam kategori padat tangkap, maka sudah selayaknya agar mengoperasian jaring dogolcantrang dan khususnya jaring arad diatur kembali, agar kondisi sumberdaya perikanan
demersal di perairan Tegal dan sekitarnya tetap lestari.
5.7 Kesimpulan