153
8.5 Hasil Penelitian
Untuk menganalisis pola pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di Kota Tegal, digunakan metode AHP. Metode AHP memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan
menggunakan metode skoring. Metode skoring memiliki kelemahan yaitu hanya berdasarkan pertimbangan subyektif saja, sedangkan metode AHP adalah memberikan
pertimbangan numerik pada pertimbangan subyektif serta mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas lebih tinggi,
memperhalus definisi pada suatu permasalahan dan memperbaiki pertimbangan melalui pengulangan. Hasil analisis dengan metode AHP ini dilakukan dengan menggunakan
software dari Team Expert Choise TEC.
8.5.1 Persepsi pihak-pihak yang berkepentingan stakeholder terhadap
pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal di Kota Tegal
Hasil analisis terhadap persepsi pentingnya pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di Kota Tegal yang berkelanjutan dengan menggunakan AHP, pada tingkat
pertama diperoleh vektor prioritas dari pihak-pihak yang berkepentingan, nilai yang diperoleh pada masing-masing pihak yang berkepentingan adalah : nelayan 0,277 ;
pengusahapemilik kapaljuragan0,316 ; pedagang ikan 0,224 ; Pemerintah Daerah 0,082 dan Dinas Pertanian dan Kelautan 0,101. Dari penilaian tersebut didapat
bahwa kriteria yang paling tinggi nilainya adalah pengusahajuragan. Hal ini bisa dimengerti bahwa dalam pemanfaatan sumberdaya ikan demersal, maka yang paling
berkepentingan adalah juragan. Lihat Tabel 41. Tabel 41 Penilaian responden terhadap persepsi pentingnya pemanfaatan
sumberdaya perikanan demersal di Kota Tegal
No. Kelompok responden
Nilai skor 1
2 3
4 5
Pegawai Dinas Pertanian dan Kelautan Pegawai Pemerintah Daerah
Pengusaha Pedagang ikan
NelayanNakhoda 0,101
0,082 0,316
0,224 0,277
154 Pengusahajuragan sebagai salah satu tokoh utama dalam sektor perikanan
tangkap seharusnya bisa ikut serta memberikan andil atau masukan dalam pengambilan keputusan pada proses pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap. Pengusahajuragan
merupakan istilah yang dapat dipergunakan sebagai representasi satu kelompok masyarakat yang homogen baik dalam perilaku maupun kondisi kualitas hidupnya.
Apresiasi terhadap profesi pengusahajuragan adalah gambaran dari satu jenis profesi yang dilakukan oleh kelompok manusia dengan tingkat sosial ekonomi yang lebih
bagusbaik dari nelayan. Pengusahajuragan juga seringkali yang menentukan kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan, karena pada umumnya banyak nelayan yang sangat
tergantung padanya.
8.5.2 Persepsi terhadap beberapa aspek pemanfaatan yang terkait.
Hasil analisis terhadap beberapa aspek pemanfaatan yang terkait, nilai yang didapat pada masing-masing kriteria adalah : biologi 0,251 ; teknik 0,224 ; sosial dan
ekonomi 0,187 ; finansial dan kelayakan usaha 0,203 ; mutu dan pemasaran 0,135. Untuk lebih jelasnya penilaian terhadap beberapa aspek terkait disajikan pada Tabel 42.
Nilai yang paling tinggi adalah kriteria biologi kemudian diikuti oleh kriterian teknik. Hal ini dapat dimengerti karena analisis terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan demersal
yang paling utama adalah ketersediaannya sumberdaya ikan demersal itu sendiri. Tanpa adanya potensi sumberdaya ikan demersal yang memadai, maka akan berdampak pada
semua aspek, terutama pada kelangsungan usaha penangkapan ikan. Tabel 42 Penilaian terhadap beberapa aspek terkait dalam pemanfaatan sumberdaya
perikanan demersal di Kota Tegal
No. Aspek Pemanfatan SDI Demersal
Nilai skor 1
2 3
4 5
Biologi Teknik
Sosial dan ekonomi Finansial dan Kelayakan Usaha
Mutu dan pemasaran 0,251
0,224 0,187
0,203 0,135
155 Aspek biologi termasuk didalamnya adalah kondisi stok sumberdaya ikan
merupakan ujung tombak dalam perikanan tangkap. Ketersediaan stok sumberdaya ikan demersal yang mencukupi akan bermanfaatan banyak bagi berbagai pihak. Namun
demikian, seringkali kondisi sumberdaya ikan ini tidak diperhatikan dengan baik, terutama oleh nelayan. Dengan alasan karena yang untuk mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari, maka sumberdaya ikan yang ada diperairan senantiasa dimanfaatkan tanpa batas. Memang ditumbuhkan suatu kearifan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan,
seperti yang dilakukan dibeberapa daerah di Indonesia seperti misalnya budaya Shashi di Maluku.
8.5.3 Persepsi terhadap beberapa komponen dari aspek pemanfaatan yang terkait.