53 Dewasa ini dengan peralatan bantu lainnya seperti echosounder, GPS dan sebagainya
kegiatan penangkapan ikan menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam menangkap ikan, pada umumnya tidak lepas dari tiga aspek yakni alat tangkap, kapal dan metode pengoperasiannya.
Meskipun terdapat berbagai macam jenis dan metode pengoperasiannya, namun dapat diklasifikasikan menjadi beberapa saja.
Teknologi penangkapan tidak hanya berkaitan dengan alat, metode dan kapal ikan saja, tetapi juga erat berkaitan dengan berbagai aspek atau faktor-faktor yang bersifat biologis maupun
lingkungan yang pada akhirnya berkaitan dengan diperolehnya hasil tangkapan dari sesuatu populasi ikan, serta berbagai kemungkinan bagi perkembangan penangkapan secara keseluruhan.
Cakupan serta berbagai fungsi teknologi penangkapan ini sebenarnya dapat dibagi menjadi bagian yang langsung dan bagian yang tidak langsung berhubungan dengan teknologi
penangkapan.
Unit penangkapan arad merupakan unit penangkapan yang menyerupai alat tangkap trawl, sedangkan alat tangkap dogolcantrang merupakan jenis alat tangkap yang termasuk
golongan pukat tarik. Ikan hasil tangkapan dalam pengoperasian alat tangkap arad dan dogolcantrang adalah ikan demersal. Sumberdaya perikanan demersal ditangkap juga oleh
tangkap lain seperti alat tangkap gillnet, trammel net dan lain sebagainya, namun dalam jumlah yang relatif sedikit sekali.
4.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi perikanan demersal di perairan Tegal. Kondisi perikanan demersal yang dideskripsikan antara lain tentang kondisi
sumberdaya perikanan demersal, kondisi alat tangkap yang dioperasikan untuk menangkap sumberdaya demersal tersebut serta daerah penangkapan ikan dari alat tangkapnya.
4.3 Manfaat
Manfaat dari pengkajian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang kondisi perikanan demersal saat ini sehingga bisa digunakan sebagai bahan dalam pengkajian pada bab-
bab selanjutnya sehingga dapat untuk menyusun kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan perikanan demersal yang berkelanjutan di daerah penelitian dan wilayah perairan Utara Jawa.
54
4.4 Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara survei dan wawancara langsung di lapangan dan mengumpulan data sekunder serta pengumpulan data lainnya dengan
melakukan kajian pustaka. Data sumberdaya ikan demersal, digunakan data time series dan upaya penangkapan ikan demersal selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Data lainnya yang
dikumpulkan adalah data tentang unit penangkapan jaring arad dan dogolcantrang yang menangkap ikan demersal. Data yang dikumpulkan diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kelautan
setempat dan Tempat Pelelangan Ikan serta dari instansi terkait lainnya.
4.5 Hasil Penelitian 4.5.1 Kondisi perikanan laut di daerah penelitian
Kota Tegal memiliki wilayah yang relatif kecil dengan luas sekitar 38,85 km
2
dan pantainya hanya sepanjang 10,5 km, tetapi mempunyai potensi sumberdaya perikanan dan
kelautan seperti ikan serta ketersediaan sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia yang cukup besar. Jumlah armada penangkapan ikan sebanyak 1.053 buah kapal, 13.343 orang
nelayan, dan produksi 22.271.411 kg di tahun 2005 menjadikan Tegal sebagai kota ikan terbesar ketiga di Jawa Tengah setelah Kota Pekalongan dan Kabupaten Pati. Dengan telah selesainya
Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari, maka dimasa mendatang tidak menutup kemungkinan aktivitas perikanan laut di Kota Tegal menjadi semakin besar. Kebijakan yang ditempuh dalam
pengembangan produksi perikanan diarahkan kepada tercapainya produksi, baik volume maupun nilai jualnya secara optimal.
Jenis hasil tangkapan yang didaratkan meliputi jenis ikan ekonomis penting pelagis kecil maupun jenis ikan demersal kecil mulai diusahakan oleh para pengusaha perikanan sehingga
dapat menaikkan harga jualnya seperti ikan asin maupun ikan filet. Hal ini secara tidak langsung menambah gairah nelayan untuk menangkap ikan karena harga jual yang cukup menjanjikan.
Namun demikian kenaikan harga BBM membuat biaya operasi ke laut menjadi dua kali lipat dari
biasanya, sehingga menjadikan pendapatan para nelayan menurun tajam. Hasil tangkapan ikan
oleh nelayan Kota Tegal dan sekitarnya didaratkan di 3 TPI. Pada Tabel 4 disajikan data hasil
tangkapan pada tahun 2005 yang didaratkan di ke-3 TPI di Kota Tegal.
55 Tabel 4 Produksi perikanan laut per bulan di tiap TPI tahun 2005
Bulan TPI Pelabuhan
TPI Tegalsari TPI Muarareja
Jumlah Produksi
kg Nilai
ribuan Produksi
kg Nilai
ribuan Produksi
kg Nilai
ribuan Produksi
kg Nilai
ribuan Januari 1.405.464
7.248.555 382.248
569.993 299
6.040 1.788.011
7.824.588 Februari 1.609.276
7.481.781 459.134
867.775 473 9.820 2.068.883
8.359.376 Maret 1.958.420
8.182.525 343.343
756.727 538
10.760 2.307.301 8.950.012
April 1.710.671 6.363.794
288.139 682.435
670 13.400 1.999.480
7.059.629 Mei 1.360.042
4.553.710 299.283
585.270 255
5.100 1.659.580
5.144.080 Juni 1.637.037
5.427.090 273.080
541.750 515
10.300 1.910.632 5.979.140
Juli 1.654.780 6.561.620
259.870 539.060
235 4.710
1.914.885 7.105.390
Agustus 1.591.744 6.361.128
215.448 459.131 0
0 1.807.192 6.820.259
September 1.780.745 8.216.024 248.382 539.060 219 4380 2.024.346 8.813.829 Oktober 2.180.867
10.279.662 114.477
700.304 0 0 2.436.990
10.979.966 November 767.599 3.819.047 187.101 242.430 0
0 882.076 4.061.477 Desember 1.284.934
7.183.532 557.701 375.537 0 1.472.035
7.559.069 Jumlah 18.941.579 81.678.468
3.326.628 6.913.837 64.510
64.510 22.271.411 88.656.815
Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal 2005
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa bulan Oktober memiliki total jumlah produksi hasil tangkapan yang paling tinggi, yakni sebesar 2.436.990 kg. Produksi terendah pada bulan
Nopember yaitu sebesar 882.076 kg. Untuk TPI Muarareja dimana pada umumnya jenis hasil tangkapan yang didaratkan adalah udang, dengan unit penangkapan arad, terdapat 4 bulan yakni
bulan Agustus, Oktober, Nopember dan Desember yang tidak ada data hasil tangkapannya. Hal ini disebabkan karena biaya operasi penangkapan yang semakin tinggi dengan adanya kenaikan
harga BBM, sehingga tidak banyak yang mengoperasikan unit penangkapan ikan. Mungkin ada satu dua unit penangkapan ikan yang dioperasikan, namun tidak tercatat data hasil tangkapannya
di TPI. Unit penangkapan ikan terdiri dari kapal, nelayan dan alat tangkap. Jenis kapal yang
digunakan di Muarareja ada dua macam, yaitu perahu tanpa motor dan kapal motor. Kapal umumnya terbuat dari kayu. Pengoperasian alat tangkap jaring arad menggunakan perahu motor
tempel dan dalam dengan lama operasi 3 hari.
56 Pada Tabel 5 disajikan data perkembangan produksi perikanan laut Kota Tegal selama 10
tahun terakhir tahun 1996 – 2005.
Tabel 5 Perkembangan produksi hasil perikanan laut Kota Tegal berdasarkan jenis hasil tangkapan di tiap TPI dari tahun 1996 - 2005
Tahun Produksi kg
Jumlah kg
TPI Pelabuhan
TPI Tegalsari
TPI Muarareja
2005 18.678.468 3.326.628
3.294 22.271.411
2004 24.776.131 2.340.648
536 27.117.315
2003 26.790.168 923.445
783 27.714.968
2002 30.461.082 1.278.987
1.018 31.741.087
2001 29.753.871 1.264.701
1.839 31.020.411
2000 21.851.351 1.693.981
4.629 23.549.961
1999 19.594.516 2.577.776
5.448 22.177.740
1998 19.934.228 2.844.891
4.561 22.783.680
1997 21.900.585 2.550.578
4.638 24.455.801
1996 19.008.390 2.800.553
5.207 21.814.150
Perkembangan -1,56
-11,39 -38,54
-17,03
Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal 1996 - 2005
Perkembangan produksi hasil perikanan laut Kota Tegal selama 10 tahun terakhir dari Tahun 1996 – 2005, berfluktuasi dari yang tertinggi total produksinya pada tahun 2002 sebesar
31.741.087 kg sampai yang terendah sebesar 22.271.411 kg yakni produksi pada Tahun 2005. Produksi tertinggi di TPI Pelabuhan terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 30.461.082 kg.
Kecenderungan produksi yang semakin menurun pada saat ini disebabkan karena semakin tingginya biaya operasi penangkapan, sehingga banyak nelayan yang tidak dapat
mengoperasikan unit penangkapannya. Namun demikian untuk TPI Tegalsari yang dewasa ini telah mengalami perbaikan sarana dan prasarana sehingga statusnya berubah menjadi pelabuhan
perikanan pantai pada tahun 2004, produksi ikan yang didaratkan cenderung meningkat. Produksi pada tahun 2003 hanya sebesar 923.445 kg, kemudian meningkat menjadi 2.340.648
kg pada tahun 2004 dan terus meningkat menjadi 3.326.628 kg pada Tahun 2005 Lihat Tabel 5. Pada Tabel 6 disajikan data perkembangan jumlah alat tangkap selama 10 tahun terakhir
tahun 1996 – 2005. Tabel 6 Jumlah alat tangkap di Kota Tegal dari tahun 1996 – 2005
57
No Alat Tangkap
1996 1997
1998 1999
2000 2001 2002 2003 2004 2005
1 Purse seine 60 65
66 89
122 154
202 202
201 201
2 Gill net 18 20
17 18
16 27
28 7 21 21
3 Jaring dogol 325
286 365
380 368
343 327
327 347 347
4 Payang 9
30 9
9 9
9 9
9 9
9 5 Trammel net
48 79 86
64 26
22 36
36 36 36 6 Pukat pantai
31 29
18 27
27 27
24 24
8 8
7 Pancing rawai 84
57 70
78 64
26 36
36 36
36 8 Jr. insang lingkar
12 12
9 9
7 5
5 21
32 9 Jr. kerang garuk
12 12
9 9
9 8
8 8
8 10 Jr. rampus
51 48
40 30
12 12
12 12
32 12
11 Jr. cumi 1
12 Arad 39
39 48
101 274
402 359
359 339 359
13 Lainya 31
101 58
32 24
6 7
32 32
32
Jumlah
681 778 795
846 959
1041 1053 1073 1061
1053 Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal 1996 - 2005
Jenis alat tangkap yang terdata pada Dinas Pertanian dan Kelautan Kota selama 10 tahun terakhir 1996 – 2005 sebanyak 13 jenis alat tangkap. Jaring arad mini trawl merupakan jenis
alat tangkap yang banyak dimiliki oleh nelayan Kota Tegal yakni sebanyak 359 unit, berikutnya adalah jenis alat tangkap dogol yakni sebanyak 347 unit. Jenis alat tangkap dogol dalam sepuluh
tahun terakhir ini cenderung tetap berkisar 325 – 380 unit, kecuali pada tahun 1997 jumlahnya hanya 286 unit saja. Alat tangkap arad yang dalam 10 tahun terakhir ini cenderung mengalami
kenaikan yang cukup pesat. Pada tahun 1996 jumlah alat tangkap arad hanya 39 unit saja dan pada tahun 2001 jumlahnya menjadi 402 unit. Namun demikian dalam beberapa tahun terakhir
ini jumlah alat tangkap arad sekitar 359 unit. Alat tangkap jaring cumi-cumi pernah dimiliki oleh nelayan pada tahun 2000, namun sampai dengan tahun 2005 jenis alat tersebut sudah tidak
dimiliki lagi oleh nelayan Kota Tegal. Pada umumnya, nelayan dengan menggunakan perahu motor tempel memiliki beberapa unit alat tangkap, dan biasanya penggunaannya disesuaikan
dengan kondisi musim ikan. Pada Tabel 7 disajikan data perkembangan jumlah armada penangkapan Kota Tegal
selama 10 tahun terakhir tahun 1996 – 2005. Tabel 7 Jumlah armada penangkapan Kota Tegal dari tahun 1996 – 2005
Tahun Kapal Motor
unit Motor Tempel
unit PerahuTanpa
Motor unit Jumlah
Unit 1996 57
510 27
594
58 1997 146
505 21
673 1998 387
535 14
936 1999 419
393 10
822 2000 455
469 12
936 2001 467
538 17
1.022 2002 602
424 27
1.053 2003 472
564 17
1.053 2004 636
418 3
1.057 2005 632
418 3
1.053
Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal 1996 - 2005
Armada penangkapan yang digunakan oleh nelayan Kota Tegal terdiri dari jenis kapal motor, motor tempel dan kapal tanpa motor. Jumlah kapal motor pada umumnya mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana di pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan di Kota Tegal yang semakin lengkap, sehingga
memudahkan para nelayan melabuhkan kapalnya di dermaga. Daerah penangkapan ikan yang cenderung semakin jauh dari fishing base dan dari pantai juga mengakibatkan berkurangnya
penggunaan perahu tanpa motor.
4.5.2 Kondisi dan pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal
Sumberdaya perikanan demersal di Tegal dan sekitarnya dominan ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogolcantrang. Jenis alat tangkap lainnya yang juga dapat menangkap
sumberdaya perikanan demersal antara lain seperti gillnet, tramelnet, pukat pantai, pancing rawai. Berdasarkan informasi Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal maupun dari nelayan
dan pengamatan di lapang, alat tangkap seperti trammel net dan pukat pantai jarang digunakan oleh nelayan. Alat tangkap gillnet dan pancing rawai lebih dominan menangkap ikan pelagis
kecil. Jenis sumberdaya perikanan demersal yang tertangkap seperti yang tersaji dalam Tabel 8.
59 Tabel 8 Jenis sumberdaya perikanan demersal yang tertangkap dengan alat tangkap arad dan
dogolcantrang
No. Jenis ikan
Nama lokal Nama ilmiah
1 udang jerbung
Penaeus merguiensis
2
udang dogol Metapenaeus endeavouri
3
udang krosok Solanocera
spp
4
kerapu Ephinephelus
sp
5
kerapu Ephinephelus
sp
6
bawal putih Pampus
sp
7
ikan kuwe Caranx
sp
8
kakap Lates calcarifer
9
beloso Saurida
sp
10
ikan lidah Cynoglossus
sp
11
ikan sebelah Psettodidae
12
manyung Arius
sp
13
ikan bawal hitam Formio niger
14
ikan gulamah Sciaenidae
15
ikan pari Trigonidae
16
cumi-cumi Lolligo sp
17
pepetek Leiognathus sp
18
ikan kuniran Upeneus sulphureus
19
ikan tigawaja Pennahia argentata
Berdasarkan data statistik perikanan yang ada selama 10 tahun terakhir Tahun 1996 - 2005, terdapat 8 delapan jenis sumberdaya perikanan demersal yang dominan didaratkan di
Kota Tegal. Jenis sumberdaya perikanan tersebut antara lain adalah ikan manyung, ikan pepetek, ikan tigawaja, ikan beloso, ikan kuniran, ikan pari, udang jerbung dan cumi-cumi. Jumlah
produksi hasil tangkapan sumberdaya perikanan demersal tersebut dapat di lihat pada Tabel 9. Dari Tabel 9 di bawah terlihat bahwa jenis ikan pepetek yang paling banyak tertangkap setiap
tahunnya, dan ikan manyung yang paling sedikit didaratkan.
Tabel 9 Produksi sumberdaya perikanan demersal di Kota Tegal selama 10 tahun terakhir tahun 1996 – 2005
Satuan : ton Nama
Jenis Ikan
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
60
Udang
27,0 24,1 22,6 29,5 8,9 18,5 10,3 17,83 39,0 32,2
Tiga waja
252,8 270,7 92,2 306,2 117,9 247,9 214,2 48,55 236,2 205,0
Kuniran
127,4 148,1 55,6 213,2 194,7 201,2 251,7 97,77 221,3 174,3
Pepetek
981,9 1.177,4 4.05,2 1.473,6 415,4 1.267,1 1.139,9 629,40 1.346,5 9.21,3
Manyung
8,8 10,6 2,8 15,2 24,6 16,0 17,6 48,29 21,8 31,9
Pari
90,5 109,8 40,8 166,3 173,2 168,5 164,9 10,79 180,0 191,5
Cumi-cumi
22,0 19,7 6,2 24,1 25,6 22,4 20,1 6,11 13,7 17,5
Beloso
103,8 115,2 34,6 106,3 121,7 109,3 103,1 70,49 116,0 153,7
Demersal
1.614,1 1.875,5 660,1 2.334,2 1.081,9 2.050,8 1.921,8 929,22 2.174,6 1.727,4
Sumber : Diolah dari Data Produksi Perikanan, Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal 1996-2005
4.5.3 Kondisi alat penangkapan ikan demersal 4.5.3.1 Unit penangkapan arad
Unit penangkapan arad pada umumnya terdiri dari satu unit kapal dengan menggunakan 2 mesin penggerak dan satu unit jaring arad dan dengan ABK nelayan berjumlah 3 orang, yang
masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda, yakni satu orang sebagai juru mudi yang bertugas untuk mengendalikan olah gerak kapal dan menentukan daerah penangkapan ikan, satu
orang sebagai juru masak yang bertugas untuk menyiapkan makanan saat dibutuhkan dan kadang membantu saat setting dan hauling, dan seorang lagi bertugas menyiapkan segala peralatan saat
setting dan hauling dan menjaga kebersihan kapal.
1 Kapal arad
Kapal arad pada umumnya mengunakan dua jenis mesin penggerak, yakni mesin dalam inboard dengan mesin penggerak 16,5 HP dan mesin motor tempel 16,0 HP. Penggunaan dua
mesin karena untuk mendapatkan kecepatan penarikan jaring yang sesuai, yaitu sekitar 3 knot. Apabila hanya menggunakan satu mesin saja, beban yang ditanggung oleh mesin tersebut terlalu
berat sehingga kecepatan yang diinginkan pada saat penarikan jaring arad tidak tercapai. Contoh spesifikasi kapal arad pada Tabel 10.
Tabel 10 Spesifikasi kapal arad yang digunakan nelayan di Kota Tegal No Uraian
Keterangan 1
Kapal
Material 1. Ukuran L x B x D
2. Tonase kotor GT Kayu
8 x 3 x 0,8 m
61 3. Tahun pembuatan
3 ton 2000
2
Mesin
1. HP 2. Tipe mesin
16,5 dan 16,0 in board
dan out board
Gambar 8 Kapal arad yang digunakan nelayan Kota Tegal
2 Jaring arad
Alat tangkap jaring arad yang dioperasikan di Kota Tegal pada umumnya adalah hasil dari buatan mereka sendiri. Contoh spesifikasi dan juga gambar serta disain dari alat tangkap
jaring arad di Kota Tegal disajikan pada tabel dan gambar berikut di bawah ini. Tabel 11 Spesifikasi alat tangkap jaring arad di Kota Tegal
No Uraian Keterangan
1 Sayap 1. Material
2. Mesh size 3. Jenis simpul
4. Jumlah mata kearah panjang A 5. Jumlah mata kearah panjang B
6. Jumlah mata kearah lebar A
a. Bagian atas b. Bagian bawah
Polyethyelene 50 mm
trawler knot
175 225
20 50
62 7. Jumlah mata kearah lebar B
a. Bagian atas b. Bagian bawah
8. Hang in-ratio
A a. Bagian atas
b. Bagian Bawah 9.
Hang in-raio B
a. Bagian atas b. Bagian bawah
20 40
0,69 0,40
0,69 0,45
2 Badan 1. Material
2. Mesh size C D 3. Mesh size E
4. Jenis simpul 5. Jumlah mata kearah panjang C
6. Jumlah mata kearah panjang D 7. Jumlah mata kearah panjang E
8. Jumlah mata kearah lebar C
a. Bagian atas b. Bagian bawah
9. Jumlah mata kearah lebar D a. Bagian atas
b. Bagian bawah 10. Jumlah mata kearah lebar E
a. Bagian atas b. Bagian bawah
11. Hang in-ratio C a. Bagian atas
b. Bagian bawah 12. Hang in-ratio D
c. Bagian atas d. Bagian bawah
13. Hang in-ratio E a. Bagian atas
b. Bagian bawah Polyethylene
38 mm 25 mm
trawler knot 140
70 150
230 150
170 150
140 120
0,55 0,75
0,63 0,75
0,69 0,79
3 Kantong 1. Material
2. Mesh size
3. Tipe sampul 4. Jumlah mata kearah panjang F
5. Jumlah mata kearah lebar F
a. Bagian atas b. Bagian bawah
6. Hang in-ratio F a. Bagian atas
b. Bagian bawah Polyethylene
19 mm Trawler knot
80 80
80 0,4
0,4
63 4 Pelampung
1. Material 2. Panjang
3. Diameter lubang 4. Diameter tengah
5. Diameter tengah 6. Bentuk
7. Warna 8. Jumlah
9. Berat di udarabuah 10. Daya apungbuah
Vinyl ponge soft 16 cm
15 mm 45 mm
25 mm Lonjong
Putih 14 buah
25 g 227,5 gf
5 Tali ris atas
1. Material 2. Diameter
3. Panjang 4. Jumlah
5. Warna PE multifilament
55 mm 20 m
1 buah Putih
6 Tali ris bawah
1. Material 2. Diameter
3. Panjang 4. Jumlah
5. Warna Manila hemp
55 mm 16 m
1 buah Putih
7 Tali pendent
1. Material 2. Diameter
3. Panjang 4. Warna
PE multifilament 55 mm
20 m Putih
8 Tali warp
1. Material 2. Diameter
3. Panjang 4. Warna
PE multifilament 55 mm
140 m Hijau
9 Otter board
1. Material 2. Panjang
3. Tinggi 4. Tebal
5. Berat 6. Bentuk
Kayu 80 cm
45 cm 2,5 cm
14 kg Empat persegi panjang
10 Danleno 1. Material
2. Panjang 3. Diameter
Kayu 75 cm
40 cm
64 Gambar 9 Gambar konstruksi alat tangkap arad yang digunakan nelayan Kota Tegal
3 Operasi penangkapan ikan
Sebelum berangkat ke fishing ground terlebih dahulu dilakukan persiapan seperti pengisian bahan bakar, es, dan perbekalan makan minum dan lainnya. Waktu yang dibutuhkan
untuk menuju fishing ground lebih kurang 3 jam dengan kecepatan rata-rata 5 knot. Setelah mendekati fishing ground, kecepatan kapal dikurangi perlahan-lahan dan dilakukan persiapan
setting .
Alat tangkap yang akan dioperasikan disiapkan di atas dek. Setelah semuanya siap, kemudian jaring perlahan-lahan diturunkan mulai dari bagian kantong, badan, sayap dan otter
board dari lambung kapal bagian kiri. Setelah bridle line di turunkan dan otter board berada di
belakang kapal, danleno ditahan beberapa saat untuk melihat posisi otter board. Apabila posisi otter board
terbuka dengan baik, maka tali warp perlahan-lahan diturunkan. Panjang tali warp yang di turunkan sekitar 5 kali kedalaman. Untuk mengetahui panjang tali warp yang di
turunkan, pada setiap 10 m diberi tanda.
TALI RIS BAWAH TALI RIS BAWAH
PEMBERAT PEMBERAT
SAYAP SAYAP
KANTONG KANTONG
BADAN BADAN
PELAMPUNG PELAMPUNG
TALI PENGUAT TALI PENGUAT
TALI RIS ATAS TALI RIS ATAS
TALI PENDANT TALI PENDANT
OTTER BOARD OTTER BOARD
BRIDLE LINE BRIDLE LINE
DANLEPO DANLEPO
WARP WARP
65 Waktu
towing dihitung selama 3 - 4 jam. Kecepatan kapal pada saat towing rata-rata 3
knot . Ketika waktu yang diperlukan towing sudah cukup, kecepatan kapal dikurangi secara
perlahan-lahan dan mesin di matikan. Kegiatan hauling dimulai dengan pengangkatan tali warp, danleno, bridle line, otter board,
sayap jaring, badan jaring dan kantong jaring. Kegiatan hauling
ini dilakukan oleh 2 orang ABK dari lambung kiri kapal. Setelah semua bagian jaring berada di atas dek perahu, kemudian kantong dibuka. Hasil tangkapan dikeluarkan di atas dek.
Udang dan ikan dipisahkan dari sampah. Selanjutnya dicuci agar bersih. Setelah itu dimasukkan ke dalam kotak tempat hasil tangkapan. Untuk menjaga mutu udang tetap baik, udang diberi es
dan sedikit air laut. Setelah semua bagian jaring berada di atas dek perahu, kemudian kantong dibuka. Hasil tangkapan dikeluarkan di atas dek. Udang dan ikan di pisahkan dari sampah.
Selanjutnya dicuci agar bersih. Setelah itu di masukkan kedalam kotak tempat hasil tangkapan. Untuk menjaga mutu udang tetap baik, udang diberi es dan sedikit air laut.
4 Komposisi hasil tangkapan jaring arad
Komposisi hasil tangkapan jaring arad adalah udang jerbung Penaeus merguiensis, udang dogol Metapenaeus endeavouri, udang krosokmerah Solanocera spp, ikan kerapu
Ephinephelus sp, kakap merah Lutjanus spp, bawal putih Pampus sp, ikan kuwe Caranx sp, kakap putih Lates calcarifer, beloso Saurida sp, ikan lidah Cynoglossus sp, ikan
sebelah Psettodidae, manyung Arius sp, bawal hitam Formio niger, gerot-gerot Pomadasys
sp, gulamah Sciaenidae, pari Trigonidae, cucut Charcharinidae dan lain-lain. 4.5.3.2 Unit penangkapan dogol cantrang
Unit penangkapan dogol pada umumnya terdiri dari satu unit kapal dengan menggunakan satu mesin penggerak utama dan satu unit mesin bantu, satu jaring dogol cantrang dan dengan
ABK nelayan berjumlah 10 - 15 orang, yang masing-masing mempunyai tugas yang berbeda, yakni satu orang sebagai nahkoda yang berfungsi sebagai kepala, satu orang sebagai juru mudi
yang bertugas untuk mengendalikan olah gerak kapal ke daerah penangkapan ikan, satu orang
66 sebagai juru mesin, satu orang sebagai juru masak dan lainnya sebagai ABK yang dibutuhkan
pada saat setting dan hauling.
1 Kapal dogol cantrang
Kapal dogol yang digunakan dalam mengoperasian jaring dogol cantrang pada umumnya memiliki spesifikasi sebagai berikut.
Tabel 12 Spesifikasi kapal dogolcantrang di Kota Tegal No Uraian
Keterangan 1
Kapal
1. Material 2. Ukuran L x B x D
3. Tonase kotor GT Kayu
18 x 6 x 2.8 m 15 ton
2
Mesin Utama
1. HP 2. Tipe mesin
120 in board
mesin dalam Kapal penangkap ikan mengunakan jenis mesin utama, yakni mesin dalam inbord 120
HP. Untuk menggerakan alat bantu penangkapan digunakan mesin bantu, karena tali selambarnya relatif panjang dan berat sehingga memerlukan mesin bantu untuk menggerakkan
winch .
67 Gambar 10 Kapal dogol cantrang yang digunakan nelayan Kota Tegal
2 Jaring dogol cantrang
Alat tangkap jaring dogol cantrang yang dioperasikan di Kota Tegal pada umumnya adalah hasil dari buatan mereka sendiri. Spesifikasi dan juga gambar serta desain dari alat
tangkap jaring dogolcantrang disajikan pada tabel dan gambar berikut di bawah ini.
Tabel 13 Spesifikasi alat tangkap jaring dogol cantrang No
Bagian - bagian jaring Material jaring
Ukuran mata jaring
A. Material dan ukuran mata jaring 1
Bagian sayap atas Polyethyline
PE.380 d6 - d9 atau R. 280 - 420 tex
Ø =0,64- 0,83 mm 101,6 - 203,3 mm
4 - 8 inch 2
Bagian sayap bawah 101,6 - 203,3 mm
4 – 8 inch 3
Bagian medan jaring atas ---
4 Bagian badan
Polyamide PA. 210 d9 - d12
atau R. 230 - 390 tex Ø = 0,50 - 0,65 mm
25,4 - 101,6 mm 1 - 4 inch
5 Bagian kantong
19,1 - 25,4 mm 3 - 1 inch
B. Material dan ukuran diameter tali temali No Tali
temali Material tali temali
Tegangan 1
Tali ris atas Polyethyline PE
St. hr = 5 - 8 Rn St. g = 7 – 10 Rn
2 Tali ris bawah
3 Tali kekang
Polyamide PA St. br = 6 - 9 Rn
St. wr = 12 - 18 Rn 4 Tali
selambar Pemberat cantrang = 3,50 - 6,50 kg
Daya apung cantrang : B = 110 - 125 kgfmeter Daya tenggelam cantrang : S = 125 - 150 kgfmeter
68
3 Metode dan teknik pengoperasian dogol cantrang
Dogolcantrang merupakan salah satu jenis pukat tarik yang terbukanya mulut jaring; tanpa menggunakan papan rentang otter board atau batang bingkai rentang beam, dan
pada sisi bawah mulut jaring, tidak dipasang pemberat rantai yang berfungsi sebagai pengejut udang. Pukat tarik cantrang dipergunakan untuk menangkap ikan demersal dan udang.
Dogolcantrang dioperasikan melingkari gerombolan ikan yang diperkirakan berada di dasar perairan, dengan menggunakan tali selambar yang panjang. Penarikan tali selambar
dengan tujuan untuk menarik dan mengangkat cantrang ke atas geladak kapal. Penarikan tali selambar dengan atau tanpa menggunakan permesinan penangkapan fishing machinery.
Pengoperasian dogolcantrang dilaksanakan dengan tidak menghela dragging cantrang di belakang kapal yang sedang berjalan.
Setting penurunan jaring dilaksanakan dari salah satu sisi lambung bagian buritan
kapal dengan gerakan maju kapal membentuk lingkaran sesuai dengan panjang tali selambar dengan kecepatan kapal lambat tertentu. Penggunaan sayap jaring dan tali selambar yang
panjang dengan tujuan untuk memperoleh area sapuan swept area dogolcantrang sesuai dengan panjang tali selambar.
Hauling penarikan dan pengangkatan jaring dilakukan dari buritan kapal tanpa atau
dengan menggunakan permesinan penangkapan fishing machinery dan kedudukan kapal berlabuh jangkar atau kedudukan kapal terapung drifting, agar supaya tidak terjadi gerakan
mundur kapal yang berlebihan, diupayakan kapal bergerak maju dengan kecepatan kapal lambat, sesuai dengan beban kecepatan penarikan dogolcantrang.
69 Gambar 11 Alat tangkap dogolcantrang pukat .
4 Komposisi hasil tangkapan dogol cantrang
Komposisi hasil tangkapan jaring dogol cantrang adalah ikan kerapu Ephinephelus sp, kakap merah Lutjanus spp, ikan bawal putih Pampus sp, ikan kuwe Caranx sp, ikan kakap
Lates calcarifer, ikan beloso Saurida sp, ikan lidah Cynoglossus sp, ikan sebelah Psettodidae, ikan manyung Arius sp, ikan bawal hitam Formio niger, ikan gerot-gerot
Pomadasys sp, ikan gulamah Sciaenidae, ikan pari Trigonidae, ikan cucut Charcharinidae, cumi-cumi Lolligo sp., ikan kuniran Upeneus sulphureus, ikan pepetek
Leiognathus sp., ikan tigawaja Pennahia argentata, ikan sembilang Eurithalmus lepturus dan lain-lain.
4.5.4 Daerah penangkapan ikan demersal
Alat tangkap jaring arad dan jaring dogolcantrang telah lama beroperasi di wilayah perairan Tegal dan pantai Utara Jawa. Nelayan yang menggunakan jaring arad yang
dioperasikan dengan menggunakan perahu motor tempel, dioperasikan di wilayah perairan pantai dengan tipe dasar perairan lumpur berpasir dan topografi datar dengan kedalaman berkisar antara
5 – 10 m, sedangkan alat tangkap dogolcantrang dioperasikan di perairan pantai dengan kedalaman sekitar 10 – 30 m dengan topografi dasar perairan yang datar dan dengan tipe lumpur
berpasir BPPP Tegal, 2005. Wilayah perairan Tegal merupakan bagian dari paparan Sunda yang memiliki kedalaman
relatif dangkal yaitu berkisar antara 10 – 40 m dengan substrat perairan berupa lumpur atau lumpur berpasir. Perairan ini memiliki banyak muara sungai besar dan kecil yang merupakan
habitat yang udang dan ikan juvenil lainnya Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal, 2003. Daerah penangkapan ikan nelayan Tegal dibedakan berdasarkan jenis armada
penangkapan. Nelayan dengan menggunakan perahu tanpa motor dan dengan motor tempel, daerah penangkapannya disepanjang pesisir Utara Jawa mulai dari daerah Pemalang sampai
dengan Subang. Nelayan yang menggunakan armada kapal motor, daerah penangkapannya di wilayah luar pesisir pantai Utara Jawa, bahkan kadang sampai ke perairan Kalimantan, perairan
70 Sulawesi, perairan Jawa Timur, perairan Karimun Jawa, perairan Bawean dan perairan Natuna
Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal, 2002. Alat tangkap arad yang tidak lain adalah jenis tipe alat tangkap mini trawl, sebenarnya
telah lama beroperasi di perairan Utara Jawa dan relatif tidak menimbulkan konflik. Namun seiring dengan penerapan otonomi daerah dan semakin banyaknya jumlah alat tangkap yang
dioperasikan di wilayah perairan yang sama, maka seringkali terjadi konflik. Jalur-jalur penangkapan ikan di wilayah perikanan Indonesia dibagi menjadi 3 jalur. Alat tangkap arad
masuk ke jalur I yaitu daerah penangkapan yang berjarak antara 0 – 4 mil dari pantai. Daerah penangkapan alat tangkap arad pada umumnya di wilayah pantai dengan kedalaman 5 – 10 meter
di sepanjang pesisir pantai dari perairan Tegal, Brebes dan Pemalang. Alat tangkap dogol cantrang yang termasuk ke dalam tipe pukat tarik, dioperasikan di
perairan yang lebih dalam, yakni di kedalaman sekitar 10 – 30 m. Pada umumnya kondisi tersebut berada pada jalur II jarak dari pantai 4 – 12 mil. Armada penangkapan yang
digunakan umumnya dengan menggunakan kapal motor. Daerah penangkapan alat tangkap jaring dogolcantrang pada umumnya di sekitar perairan pantai perairan Tegal dan di perairan
Utara Jawa dengan kedalaman sekitar 10 – 30 m.
71 Keterangan : 1 Daerah penangkapan ikan dari jaring arad dan dogol 0– 4 mil
2 Daerah penangkapan ikan dari jaring dogol 4 – 12 mil Gambar 12 Lokasi daerah penangkapan ikan demersal di perairan Tegal dan sekitarnya.
4.6 Pembahasan
Perkembangan jumlah armada penangkapan yang digunakan secara umum oleh nelayan di Kota Tegal pada 10 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan, namun perkembangan
jumlah armada penangkapan pada tahun 2005 sedikit mengalami penurunan. Jumlah armada penangkapan terbesar pada tahun 2004 sebesar 1.057 kapal dan terkecil pada tahun 1996
sebanyak 594 kapal. Jenis kapal motor pada umumnya berlabuh di PPI Pelabuhan dan PPP Tegalsari. Sedangkan jenis perahu motor tempel dan kapal tanpa motor berlabuh di PPI
Muarareja. Pada umumnya hasil tangkapan dari alat tangkap purse seine dan gillnet didaratkan di
TPI Pelabuhan, dimana total produksi ikan hasil tangkapannya sebesar 18.941.579 kg. Produksi hasil tangkapan ikan yang didaratkan di TPI Tegalsari adalah dari alat tangkap dogol dan purse
seine . Pangkalan Pendaratan Ikan Tegalsari yang telah direhab menjadi Pelabuhan Perikanan
Pantai, dewasa ini dapat menampung jumlah armada yang cukup banyak sehingga dimasa depan, produksi hasil tangkapan ikan yang didaratkan di Tegalsari diharapkan akan semakin meningkat.
Produksi hasil tangkapan ikan yang didaratkan di TPI Muarareja adalah dari alat tangkap arad dan alat tangkap lain seperti gillnet, pancing rawai dll yang dioperasikan dengan
menggunakan perahu motor tempel. TPI Pelabuhan merupakan tempat pendaratan ikan yang diperuntukan bagi perahu kapal motor dan alat tangkap purse seine besar, mini purse seine dan
gillnet . TPI Tegalsari dan Muarareja untuk perahu motor tempel dengan alat tangkap seperti
trammel net, pancing rawai, dogol, arad, dan lain-lain. TPI Pelabuhan merupakan pusat
pendaratan ikan terbesar, kemudian diikuti oleh TPI Tegalsari dan PPI Muarareja. Jenis ikan pelagis yang paling banyak didaratkan oleh unit penangkapan ikan pada
Tahun 2005 di Kota Tegal adalah jenis ikan layang, yaitu sebesar 4.387.624 kg. Untuk jenis ikan
72 demersal, yang paling banyak didaratkan di TPI Kota Tegal pada Tahun 2005 adalah jenis ikan
pepetek, yaitu sebesar 1.134.340 kg. Jenis ikan demersal lainnya yang banyak didaratkan di TPI di Kota Tegal adalah jenis ikan kuniran yakni sebesar 458,781 kg. Produksi udang yang
didaratkan di 3.204 kg.
Alat tangkap purse seine secara umum mendominasi perolehan hasil tangkapan ikan, khususnya purse seine kecil yaitu dengan nilai sebesar Rp.55.602.272.000,- yang mendaratkan
hasil tangkapannya di TPI Pelabuhan dan TPI Tegalsari. Nilai produksi dari hasil tangkapan dengan purse seine besar menempati urutan kedua dengan nilai sebesar Rp. 19.203.976.000,-.
Nilai produksi dari hasil tangkapan dengan alat tangkap dogolcantrang yang didaratkan di TPI Tegalsari dengan nilai sebesar Rp. 6.017.180.500,-. Sedangkan nilai produksi hasil tangkapan
gillnet yang hanya didaratkan di TPI Pelabuhan pada Tahun 2005 adalah Rp. 7.768.877.000,-. Jaring arad memproduksi udang dan ikan demersal yang hanya didaratkan di TPI Muarareja
dengan nilai produksi Rp. 20.763.790,-. Nilai total produksi ikan hasil tangkapan di Kota Tegal pada tahun 2005 adalah sebesar Rp. 88.613.069.290,-, merupakan jumlah nilai produksi yang
relatif cukup besar. Daerah penangkapan ikan merupakan suatu wilayah perairan yang digunakan sebagai
tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan ikan. Perairan utara Jawa dibatasi oleh tiga buah selat yaitu : Selat Malaka, Sunda dan Makassar serta dibatasi oleh tiga buah pulau besar yaitu : Pulau
Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Perairan utara Jawa termasuk diantara 9 wilayah pengelolaan perikanan, berdasarkan pada penyebaran daerah penangkapan ikan. Setelah diadakan
penyempurnaan pembagian wilayah, perairan ini diperluas yaitu mencakup semua perairan yang ada di alam ini yang dipengaruhi oleh berbagai aspek oseanografi seperti musim, arus, suhu,
salinitas dan sebagainya Direktorat Jenderal Perikanan, 1997. Nelayan di perairan Kota Tegal dalam menentukan daerah penangkapan ikan tergantung
dari jenis alat tangkap yang digunakan, ukuran kapal, keadaan cuaca dan pengalaman. Pada umumnya nelayan melakukan penangkapan ikan di sekitar pantai hingga sedikit kearah utara
menuju Laut Jawa. Menurut Pramono 2006 dan Hermawan 2006, sumberdaya perikanan di wilayah pesisir Kota Tegal telah mengalami degradasi yaitu ditunjukan dari hasil tangkapan ikan
yang berukuran kecil dan menurunnya produksi ikan hasil tangkapan.
73 Suseno 2004 mengatakan bahwa kebijakan pengelolaan perikanan tangkap dengan
paradigma rasional selama ini dirasakan tidak efektif dalam mendukung pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan karena sudah overfishing, yang diduga karena permasalahan
penegakan hukum law enforcement. Ketidak efektifan kebijakan ini ditunjukan pada hasil penelitian di kedua lokasi penelitian Kota Tegal dan Kabupaten Pekalongan, yang mana
produksi aktualnya mengarah pada kondisi overfishing, serta diduga telah berperan dalam memicu konflik antar alat tangkap internal allocation.
Daerah penangkapan ikan demersal yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogol cantrang relatif jauh dari pesisir pantai sehingga dalam melakukan operasi tangkapannya tidak
berbenturan dengan nelayan yang mengoperasikan alat tangkap lainnya seperti gillnet, karena memang ikan target penangkapannya berbeda. Daerah penangkapan jaring dogolcantrang dan
arad juga berbeda. Meskipun kadang jaring dogolcantrang juga menangkap di daerah penangkapan ikan dekat pantai, namun tidak banyak dan sifatnya insidentil saja. Menurut
Pramono, 2006, sampai saat ini, pengoperasian jaring arad dan dogolcantrang di Kota Tegal tidak menimbulkan friksi dan konflik antar nelayan. Wilayah yang berbatasan dengan perairan
Tegal, di sebelah Barat adalah perairan Brebes dan dan sebelah Timur adalah perairan Pemalang. Kedua wilayah tersebut tidak terdapat alat tangkap arad, karena di kedua wilayah tersebut tidak
mengizinkan pengoperasian arad. Daerah penangkapan ikan demersal yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan
dogolcantrang relatif jauh dari pesisir sehingga dalam melakukan operasi tangkapannya tidak berbenturan dengan nelayan yang mengoperasikan alat tangkap lainnya seperti gillnet. Menurut
Pramono, 2006, sampai saat ini, pengoperasian jaring arad dan dogolcantrang di Kota Tegal tidak menimbulkan friksi dan konflik antar nelayan.
4.7 Kesimpulan