163 untuk memperbaharui diri mereka melalui pertumbuhan dan rekrutmen sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya. Dalam hai ini antara lain tergantung pada pengadaaan sumberdaya pangan, persaingan antar dan inter spesies, lingkungan yang sehat dan sesuai serta ada tidaknya
predator. Jika aktivitas penangkapan dilakukan dengan tidak dilakukan dengan hati-hati, walaupun tidak melebihi daya dukung sumberdaya ikan, maka aktivitas penangkapan tersebut
cepat atau lambat akan membahayakan kemampuan sumberdaya ikan dalam memperbaharui diri Pauly, 1983.
9.1 Pola pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan demersal yang berkelanjutan di Kota Tegal
Pengelolaan sumberdaya perikanan yang baik memerlukan pembuatan model atau pola teoritis tentang populasi dan teori ekonomi. Secara teoritis agar kegiatan penangkapan ikan di
suatu sumberdaya dapat berlangsung secara berkelanjutan atau lestari sustainable harus diupayakan agar laju penangkapan menghasilkan jumlah tangkapan yang seimbang dengan laju
pertumbuhan stok ikan. Kajian teoritis tentang keseimbangan antara penangkapan dan stok ikan menghasilkan model-model penentuan produksi lestari. Model ini telah banyak berkembang
dalam ilmu perikanan dan banyak dipakai dalam pengelolaan sampai saat ini. Banyak juga ketidakpuasan terhadap validsi model-model produksi lestari yang berkembang karena berbagai
alasan seperti tidak menghitung fluktuasi jangka pendek dari populasi hasil tangkapan serta pengaruh sejumlah faktor perubahan alamiah yang mengganggu keseimbangan ekologi.
Sustainable fisheries management erat kaitannya dengan aktivitas penangkapan yang
bertanggung jawab responsible fisheries. Aktivitas perikanan yang lestari merupakan aktivitas perikanan yang memenuhi persyaratan-persyaratan responsible fisheries, yaitu penggunaan
teknologi yang ramah lingkungan. Aktivitas perikanan dikatakan lestari jika konsistensi kemampuan sumberdaya perikanan untuk pulih kembali terpelihara setiap saat tanpa
mengabaikan stabilitas tangkapan sekarang. Dengan kata lain aktivitas perikanan lestari adalah sangat memperhatikan keinginan untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan sekaligus menjaga
kelestariannya. Pengelolaan sumberdaya ikan memerlukan ilmu dinamika populasi yang mengkaji secara
kuantitatif sekurang-kurangnya faktor-faktor rekruitmen, pertumbuhan, mortalitas dan pendugaan ukuran stok. Kegiatan mempunyai cakupan yang cukup luas yang tidak hanya
terbatas pada faktor hasil tangkapansaja tetapi juga mencangkup masalah nelayan dan alat
164 tangkap. Oleh sebab itu, maka pengelolaan perikanan tangkap harus mempertimbangkan reaksi
komponen nelayan penangkap ikan dan memprediksi segala hal penting dan berarti bagi nelayan seperti nilai kuantitatif yang berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh nelayan. Nilai hasil
tangkapan per upaya penangkapan perlu dikaji sebagai indeks untuk menentukan tingkat pendapatan nelayan. Estimasi nilai tersebut akan terasa penting karena dapat memberikan suatu
gambaran tentang apakah kegiatan perikanan yang ada masih dapat memberikan pendapatan bagi nelayan secara wajar atau tidak.
Pola pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan lestari ini harus diterapkan pada sumberdaya yang statusnya sudah fully exploited. Jika hal ini diabaikan, cepat atau lambat,
sumberdaya perikanan akan menjadi lebih tangkap over exploited dan bahkan turun drastis oleh karena tidak terkontrolnya tingkat pemanfaatan yang melebihi daya dukung sumberdaya
perikanan tersebut. Berdasarkan hasil analisis pada bab-bab terdahulu, maka pola pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan demersal yang berkelanjutan di Kota Tegal pada gambar
berikit Gambar 38. Pola pemanfaatan yang disajikan pada Gambar 38 tersebut adalah berdasarkan beberapa kajian dengan menggunakan beberapa metode seperti yang sudah dibahas
pada bab-bab terdahulu, diharapkan dapat memberikan suatu gambaran yang lebih lengkap dan lebih jelas tentang kondisi perikanan demersal tersebut serta diharapkan dapat memberikan
solusi yang sebaiknya dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya ikan demersal agar tetap berkelanjutan.
Alat tangkap yang dominan
menangkap ikan demersal
adalah jaring arad 359 unit
dan jaring dogol 347
unit. Produktivitas
alat tangkap arad sebesar
43,83 kgunit, dan untuk
dogolcantrang
sebesar 6.351,48
k i
MSY dan upaya optimum : manyung :
293.514kgth ; 7.656 tripth ; pepetek
1.474.107kgth ; 6.740 tripth ; tiga
waja : 317.439 kgth ; 6.342 tripth ; beloso
147.937 kgth ; 7.509 tripth ; pari 183.718
kgth ; 7.767tripth ; kuniran : 239.723
kgth ; 7.656 tripth ; cumi-cumi 26.450
kgth ;6.866 tripth ; udang : 56.146 kgth ;
22.334 tripth, d
l 2 429 360 Produksi dan Tngkt
Pmntan Thn. 2005: manyung 31.937
kg; 10,88, pepetek 921.320
kg; 62,50, tigawaja 204.965
kg; 64,57, beloso 153.725 kg;
103,91, pari 191.454 kg;
104,21, kuniran 174.281 kg ;
72,70, cumi-cumi 17.530 kg; 66,28
udang 32.160 kg ; 57,28 , ikan
d
l 1 727 372 Dari perhitungan IMP ikan
demersal dapat ditangkap sepanjang tahun.
Musim puncaknya : manyung Des., pepetek
Sept., tigawaja Sept., beloso Des., pari Nop.,
kuniran Des., cumi-cumi Des., udang
Jan., ikan demersal Nop..
Musim paceklik, : manyung Maret, pepetek Jan.,
tigawaja Jan., beloso Jan., pari Jan.,
kuniran Jan., cumi-cumi Feb.,
udang ikan Nop., ikan demeral Feb.
165 Gambar 40 Pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan demersal yang
berkelanjutan .
9.2 Strategi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan demersal yang berkelanjutan di Kota Tegal