Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji aspek bio-ekonomi dengan menghitung Manfaat Pembahasan

105

6.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji aspek bio-ekonomi dengan menghitung

potensi sumberdaya ikan demersal secara aktual, potensi lestari secara ekonomi atau maximum economic yield MEY, kelayakan usaha dari alat tangkap arad dan dogolcantrang yang merupakan menghasil utama ikan demersal dan alokasi ideal unit penangkapan ikan demersal yang dapat dioperasikan di perairan Tegal dan sekitarnya.

6.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan secara ekonomi yang dapat sebagai bahan kajian dalam menyusun kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan perikanan demersal yang berkelanjutan di perairan Tegal dan sekitarnya. 6.4 Metodologi 6.4.1 Model bio-ekonomi Pendekatan analitis untuk pengelolaan sumberdaya perikanan demersal pada pendekatan bio-ekonomi sudah dikembangkan sejak awal tahun 1950-an. Meskipun konsep biologinya sendiri sudah dikenalkan oleh Graham pada tahun 1935 dalam bentuk model logistik, model ini kemudian dikembangkan oleh Schaefer 1954 yang memandang populasi ikan sebagai satu kesatuan keseluruhan. Selanjutnya Gordon 1954 mengembangkan model ekonomi berdasarkan model Schaefer tersebut dan memperkenalkan konsep economic over fishing dan perairan open access. Model yang dikenal sebagai model bioekonomi Gordon-Schaefer Gordon, 1954, kemudian banyak digunakan untuk menganalisis pola pengelolaan perikanan yang optimal dan berkelanjutan Seijo et al., 1998 Model Bio-Ekonomi ini masih berhubungan dengan model Surplus Produksi. π = Hasil Tangkapan – Biaya Operasi Penangkapan π = pC – cf …………………………………………………………. 1 dengan keterangan, π = keuntungan dari usaha penangkapan satuan nilai uang C = banyaknya hasil tangkapan 106 c = biaya operasi penangkapan f = upaya penangkapan trip alat tangkap dogol dan arad yang telah distandarkan p = harga Pada analisis potensi lestari sumberdaya ikan yang didasarkan pada data time series produksi dan effort penangkapan adalah dengan menggunakan metode surplus production. Metode surplus production ini adalah untuk mengitung potensi lestari MSY dengan cara menganalisis hubungan upaya penangkapan ikan f dengan hasil tangkapan C per satuan upaya CPUE. Data yang digunakan berupa data hasil tangkapan catch dan upaya penangkapan effort dan pengolahan data melalui model Schaefer : Hubungan hasil tangkapan catch dengan upaya penangkapan effort y = C = af – bf 2 ................... ………………………………………….. 2 Apabila rumus pada persamaan 1 disubtitusikan kedalam persamaan 2, maka dihasilkan : π = pf a+bf – cf ………………………………………………..………… 3 Keseimbangan bionomi dicapai jika keuntungan yang diperoleh sama dengan nol, sehingga upaya saat keseimbangan f eq sama dengan : π’ = pf a+2bf – c = 0 …………………………………………………… 4 f eq = cp – a 2b ………………………………………………………… 5 Keuntungan maksimum didapatkan saat turunan pertama fungsi keuntungan π = 0 Keseimbangan bio-ekonomi ini dikenal dengan keseimbangan statik Gordon Schaefer. Pada dasarnya keseimbangan bio-ekonomi terjadi pada saat TR= TC, yaitu pada saat tingkat upaya berada pada level upaya open access. Pada saat TR = TC, maka keuntungan sama dengan nol π = 0. TC TR 107 Gambar 22 Hubungaan manfaat dan biaya dengan upaya

6.4.2 Analisis finansial

Metode ini digunakan untuk memberikan informasi apakah secara finansial suatu usaha penangkapan di Kota Tegal layak dilakukan atau tidak. Metode pengujian aspek ekonomi tersebut dilakukan dengan menghitung komponen-komponen sebagai berikut Kadariah dan Gray, 1999; Husnan dan Mohamad, 2000. 1 Net Present Value NPV Kriteria ini digunakan untuk mengetahui manfaat dari investasi yang dilakukan untuk kegiatan analisis. Angka ini merupakan jumlah nilai dari manfaat bersih dan dinyatakan dalam rupiah. Rumus persamaan tersebut adalah sebagai berikut: NPV = ⎛ ⎜ ⎝ ⎞ ⎟ ⎠ − Bt Ct ⎛ ⎜ ⎝ ⎞ ⎟ ⎠ + 1 j t ∑ N = i 1 Keterangan: Bt = Benefit kotor pada tahun t Ct = Cost kotor pada tahun t N = umur ekonomis proyek i = Discount rate t = Periode proyek Ketentuan dari perhitungan NPV ini adalah jika hasil perhitungan NPV lebih dari 0 NPV0, maka usaha penangkapan ikan layak untuk dilaksanakan, sedangkan apabila NPV Emax 108 kurang dari 0 NPV0, maka usaha penangkapan tersebut tidak layak dilaksanakan. Apabila NPV = 0, maka investasi hanya memberikan yang sama dengan tingkat social opportunity cost dari modal. 2 Net Benefit-Cost ratio Net BC Kriteria ini merupakan angka hasil perbandingan keuntungan bersih dari suatu usaha dengan total biaya yang telah dikeluarkan untuk usaha tersebut. Persamaan tersebut adalah: Net BC = ⎛ ⎜ ⎝ ⎞ ⎟ ⎠ − Bt Ct ⎛ ⎜ ⎝ ⎞ ⎟ ⎠ + 1 i t ∑ = , i 0..N = ⎛ ⎜ ⎝ ⎞ ⎟ ⎠ − Ct Bt ⎛ ⎜ ⎝ ⎞ ⎟ ⎠ + 1 i t ∑ , i 1..N Ketentuan dari perhitungan Net BC ratio ini adalah jika hasil Net BC1, maka keadaan tersebut menunjukkan bahwa NPV0, dan ini berarti usaha layak untuk dilaksanakan, dengan kata lain proyek akan menghasilkan keuntungan. Sebaliknya apabila Net BC1, hal ini berarti NPV bernilai 0, sehingga mengindikasikan bahwa usaha tidak layak untuk dilaksanakan, atau dengan kata lain proyek tersebut tidak menghasilkan keuntungan. 3 Internal Rate of Return IRR Merupakan tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu usaha. Setiap keuntungan bersih yang diwujudkan secara otomatis, ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang diberi bunga selama sisa umur proyek. Rumus IRR adalah sebagai berikut: IRR=i1+ NPV1 − NPV1 NPV2 i 2 -i 1 Ketentuan dari perhitungan ini adalah jika IRR lebih dari tingkat suku bunga IRRi, maka usaha layak untuk dilaksanakan. Jika IRR = i, maka proyek hanya mampu mengembalikan 109 investasi yang ditanam tanpa menghadirkan keuntungan. Apabila IRRi, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan karena hanya akan merugi.

6.4.3 Alokasi Unit Penangkapan Demersal Optimum

Metodologi yang digunakan dalam menentukan alokasi unit penangkapan demersal yang optimum dioperasikan di perairan Tegal dan sekitarnya dengan menggunakan metode linear goal programming dan menggunakan program Mapple 10. 6.5 Hasil Penelitian 6.5.1 Pemanfaatan potensi secara ekonomi Pada pendugaan potensi dengan parameter biologi seperti di bahas pada bab sebelumnya, hanya untuk melihat nilai C MSY dan E MSY , sehingga belum bisa menentukan tingkat pemanfaatan maksimum secara ekonomi. Oleh karena itu digunakan model bio- ekonomi model Gordon-Schaefer dengan cara memasukkan harga ikan per kg p yang dikalikan dengan produksi hasil tangkapan kemudian dikuxangi biaya keseluruhan total cost. Hal ini bertujuan untuk melihat berapa keuntungan maksimum yang bisa dihasilkan dari usaha penangkapan ikan demersal. Langkah-langkah dalam mengaplikasikan model pengelolaan perikanan tangkap harus dimulai dari identifikasi dengan benar status perikanan saat ini, dan selanjutnya ditetapkan sasaran kebijakan yang ditetapkan untuk jangka waktu tertentu. Demikian halnya untuk dengan kondisi pengelolaan perikanan demersal di Tegal. Untuk melihat sejauh mana pengelolaan sumberdaya perikanan demersal ditinjau dari model keseimbangan Schaefer digabungkan dengan parameter ekonomi untuk optimisasi bioekonomi. Hasil tangkapan ikan demersal dengan penggunakan alat tangkap arad dan dogolcantrang menunjukan produksi ikan demersal pada tingkat upaya tertentu. Pada saat produksi dalam keadaan rendahmenurun, tentu para nelayan akan berusaha menambah jumlah upaya sehingga akan menimbulkan jumlah penerimaan yang bertambah pula. Perlu diketahui bahwa penambahan tingkat upaya akan menyebabkan terjadinya penambahan biaya juga. Untuk dapat mengetahui berapa jumlah biaya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan alat tangkap arad dan dogol per trip dan per tahun dapat dilihat pada Tabel 25 dan Tabel 26. Tabel 25 Pembiayaan operasional nelayan alat tangkap arad per trip dan per tahun di Tegal 110 No. Uraian Satuan Nilai 1 Biaya Operasional Nelayan Per trip Solar Rp.trip 90.000 Oli Rp.trip 95.000 Perbekalan Rp.trip 60.000 Lainnya Rp.trip 100.000 Sub Total Rp.trip 345.000 2 Biaya Operasional Tahunan Biaya Retribusi Lelang Rp.tahun 3.375.000 Biaya Lainnya Rp.tahun 550.000 Total Biaya Operasional Rp.tahun 34.285.000 Tabel 26 Pembiayaan operasional nelayan alat tangkap dogolcantrang per trip dan per tahun di Tegal No. Uraian Satuan Nilai 1 Biaya Operasional Nelayan Per trip Solar Rp.trip 9.000.000 Oli Rp.trip 190.000 Lainnya Rp.trip 2.500.000 Sub Total Rp.trip 11.690.000 2 Biaya Operasional Tahunan Biaya Retribusi Lelang Rp.tahun 22.275.000 Biaya Lainnya Rp.tahun 2.000.000 Total Biaya Operasional Rp.tahun 156.175.000 Untuk memprediksi keuntungan maksimum yang bisa diperoleh haruslah diketahui harga ikan demersal hasil tangkapan alat tangkap arad dan dogolcantrang. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada nelayan dapat diketahui bahwa harga ikan berbeda, tergantung pada permintaan konsumen dan musim ikan. Harga ikan di Tegal dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu, harga ikan pada musim puncak yaitu sebesar Rp 2.000,- per kg, harga pada saat musim sedang sebesar Rp 4.000,- per kg dan harga ikan pada musim paceklik sebesar Rp 7.500,- per kg. Harga ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga ikan rata-rata yaitu Rp 4.500,-. Harga ikan pada musim puncak lebih rendah dari pada musim sedang dan paceklik, hal ini disebabkan karena produksi pada saat musim ini tinggi. Jumlah produksi, trip effort, penerimaan, biaya dan keuntungan dari gabungan alat tangkap arad dan dogol pada kondisi aktual, MSY, MEY dan open acces dapat dilihat Lampiran 20. Kondisi aktual adalah kondisi yang menggambarkan tentang keadaan pengelolaan perikanan yang terjadi pada saat sekarang, yaitu yang terjadi dalam 10 tahun 111 terakhir 1996 – 2005. Kondisi MSY adalah kondisi yang menggambarkan tentang jumlah produksi maksimum yang boleh ditangkap secara berkelanjutan tanpa merusak kelestarian sumberdaya yang ada. Kondisi MEY adalah kondisi yang menggambarkan tentang keadaan yang dapat memberikan keuntungan optimum tanpa merusak kelestarian sumberdaya yang ada. Kondisi open access menjelaskan tentang keadaan perikanan, dimana setiap orang bebas melakukan kegiatan penangkapan terbuka bagi siapa saja yang ingin melakukan kegiatan penangkapan. Pada kondisi inilah jumlah keuntungan yang diperoleh hanya mampu menutupi biaya operasional break even point. Jumlah produksi dari gabungan kedua alat tangkap, alat tangkap arad dan alat tangkap dogol dapat dilihat pada Gambar 23, Gambar 24 dan Gambar 25. Pada Gambar 26, 27 dan 28 disajikan grafik kondisi MSY dan MEY berdasarkan luasan daerah penangkapan ikan. - 500,000.00 1,000,000.00 1,500,000.00 2,000,000.00 2,500,000.00 H asi l T a n g kapan k g Aktual MSY MEY Open Acces Dogol dan Arad Dogol Arad Gambar 23 Jumlah produksi dari gabungan kedua alat tangkap arad dan alat tangkap dogolcantrang pada masing-masing kondisi di perairan Tegal. - 2,000.00 4,000.00 6,000.00 8,000.00 10,000.00 12,000.00 U p a ya tr ip A k tual M S Y M E Y O pen A c c es Dogol dan A rad 112 Gambar 24 Jumlah effort dari gabungan kedua alat tangkap, alat tangkap arad dan alat tangkap dogol pada masing-masing kondisi di Tegal. 1,415,482,341 6,765,908,086 350,785,435 - - 2.00 - 1,000,000,000.00 2,000,000,000.00 3,000,000,000.00 4,000,000,000.00 5,000,000,000.00 6,000,000,000.00 7,000,000,000.00 K e unt unga n R p. MEY Open Acces Dogol dan Arad Dogol Arad Gambar 25 Jumlah keuntungan dari gabungan kedua alat tangkap dengan alat tangkap arad dan dogolcantrang pada masing-masing kondisi di Tegal. 1996 2005 5000000000 10000000000 15000000000 20000000000 25000000000 30000000000 5000 10000 15000 20000 Effort Ni la i T ang ka pan R p Schaefer Produksi Biaya F,MEY Demersal y = -0.0504x + 699.31 R 2 = 0.8475 -200 200 400 600 800 5000 10000 15000 20000 E CP UE 2005 1996 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 5000 10000 15000 20000 Effort Ca tc h Schaefer Produksi A B C y = 699 - E Upaya E, trip Upaya E, trip Upaya E, trip Produksi Lestari Produksi Biaya F, MEY I I I I 113 Keterangan : A. Hubungan antara upaya penangkapan ikan dengan CPUE B. Hubungan antara produksi lestari dengan upaya penangkapan ikan C. Kurva nilai produksi lestari dan biaya operasi perikanan demersal di kota Tegal Gambar 26 Grafik MSY-MEY dari kedua alat tangkap arad dan dogolcantrang di kota Tegal. Keterangan : A. Hubungan antara upaya penangkapan ikan dengan CPUE B. Hubungan antara produksi lestari dengan upaya penangkapan ikan C. Kurva nilai produksi lestari dan biaya operasi perikanan demersal di kota Tegal Gambar 27 Grafik MSY-MEY dari alat tangkap arad di kota Tegal. = 4 mil y = -0.004x + 66.399 R 2 = 0.8074 -20 -10 10 20 30 40 50 60 70 80 5000 10000 15000 20000 E CP UE 1996 2005 -50000 50000 100000 150000 200000 250000 300000 5000 10000 15000 20000 Effort Ca tc h Schaefer Produksi 2005 1996 -500000000 500000000 1000000000 1500000000 2000000000 2500000000 5000 10000 15000 20000 Effort N il a i Tangk a pa n R p Schaefer Produksi Biaya F,MEY A B C y = 699 - E Upaya E, trip Upaya E, trip Upaya E, trip Produksi Lestari Produksi Biaya F, MEY I I I I y = 699 - E 4 mil y = -0.0464x + 631.69 R 2 = 0.8529 -200 -100 100 200 300 400 500 600 700 800 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 E CP UE 2005 1996 -500000 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 Effort Ca tc h Schaefer Produksi 1996 2005 -5000000000 5000000000 10000000000 15000000000 20000000000 25000000000 30000000000 5000 10000 15000 20000 Effort Ni lai T an gk apa n R p Schaefer Produksi Biaya F,MEY A B C Upaya E, trip Upaya E, trip Upaya E, trip Produksi Lestari Produksi Biaya F, MEY I I I I y = 699 - E 114 Keterangan : A. Hubungan antara upaya penangkapan ikan dengan CPUE B. Hubungan antara produksi lestari dengan upaya penangkapan ikan C. Kurva nilai produksi lestari dan biaya operasi perikanan demersal di kota Tegal Gambar 28 Grafik MSY-MEY dari alat tangkap dogolcantrang di kota Tegal.

6.5.2 Analisis finansial

Berdasarkan analisis finansial yang meliputi : Net Present ValueNPV, Internal Rate of Return, Net benefit-cost ratio, Payback period, usaha perikanan arad dan dogolcantrang di perairan laut Tegal layak untuk dikembangkan. Untuk menentukan kelayakan usaha, pendapatan para ABK juga perlu dipertimbangkan. Sistem bagi hasil antara pemilik modal dengan para ABK adalah 50:50. Jumlah pendapatan yang didapatkan oleh masing-masing ABK berkisar Rp 4.215.833,33tahun untuk alat tangkap arad dan Rp 6.119.375,00tahun untuk alat tangkap dogol. Adapun nilai masing-masing indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 27 dan Tabel 28. Sedangkan perhitungan masing-masing indikator finansial dapat dilihat pada Lampiran 22 dan 23. Tabel 27 Nilai perhitungan dari analisis finansial alat tangkap dogol No Indikator Nilai Syarat kelayakan Keputusan 1. NPV22 Rp. 143.444.652,16 Layak 2. IRR 40 discount rate 22 Layak 3. Net BC ratio 1,06 1 Layak 4. Payback period 28 bulan 10 tahun Layak Tabel 28 Nilai perhitungan dari analisis finansial alat tangkap arad No Indikator Nilai Syarat kelayakan Keputusan 1. NPV Rp. 3.645.358,00 Tidak layak 2. IRR 19 discount rate 22 Tidak layak 3. Net BC ratio 0,94 1 Tidak layak 4. Payback period 43 bulan 10 tahun Layak

6.5.3 Alokasi unit penangkapan demersal optimum

Untuk mengetahui alokasi jumlah optimum alat tangkap arad dan dogolcantrang terutama dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan demersal tanpa harus merusak kelestarian 115 sumberdaya yang ada, maka terlebih dahulu dicari model fungsi matematikanya dengan menggunakan program linear goal programming. Tujuan yang akan dicapai dalam proses optimasi ini adalah untuk : 1 Memanfaatkan sumberdaya ikan demersal hingga mencapai nilai yang optimum sesuai dengan jumlah produksi pada kondisi MEY. Model fungsi matematikanya adalah : DAl + 39.552,28X1 + 2.157.549,09X2 = 1.433.772,54 2 Meminimalkan kendala constraint yang ada dalam mengoptimalkan hasil tangkapan sesuai dengan C MSY , jumlah trip sesuai dengan E MSY dan mengoptimalkan pendapatan yang berpatokan pada BEP. Berdasarkan tujuan yang akan dicapai tersebut di atas serta kendala-kendala yang ada, maka pertidaksamaan dibangun untuk menyelesaikan masalah ini. Dalam rangka menentukan alokasi unit penangkapan dalam memanfaatkan ikan demersal, digunakan beberapa faktor pembatas. Bentuk pertidaksamaan tersebut adalah sebagai berikut: Minimumkan Z = DA1 + DA2 + DB3 Dengan faktor kendala sebagai berikut: DA1 + 375,11 X1 + 2,04 X2 = 2429360,8 DA2 + 24,04 X1 + 88,44 X2 = 19248,32 DB3 + 88,5 X1 + 22 X2 = 1415,5 264 X1 = 9369,8 300 X2 = 9878,5 Keterangan: DA1 : simpangan terhadap jumlah hasil tangkapan DA2 : simpangan terhadap jumlah trip DB3 : simpangan terhadap jumlah pendapatan X1 : jumlah alat tangkap dogol X2 : jumlah alat tangkap arad A11 : jumlah rata-rata hasil tangkapan per trip alat tangkap dogol A12 : jumlah rata-rata hasil tangkapan per trip alat tangkap arad A13 : nilai hasil tangkapan MEY A21 : jumlah rata-rata tripunit alat tangkap dogol A22 : jumlah rata-rata tripunit alat tangkap arad 116 A23 : nilai upaya MEY A31 : nilai BEP alat tangkap dogol A32 : nilai BEP alat tangkap arad A33 : nilai pendapatan MEY A41 : jumlah rata-rata trip alat tangkap dogol A42 : jumlah trip MEY alat tangkap dogol A51 : jumlah rata-rata trip alat tangkap arad A52 : jumlah trip MEY alat tangkap arad Untuk mencapai hasil yang optimal baik dari aspek biologi maupun ekonomi maka dilakukan optimasi untuk menentukan alokasi alat tangkap yang optimum digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan demersal di Tegal. Tujuan akhirnya adalah untuk mengatur jumlah alat tangkap dogolcantrang dan arad yang boleh dioperasikan di perairan Tegal dan sekitarnya.

6.6 Pembahasan

Hasil tangkapan ikan demersal yang diperoleh pada kondisi MSY di Kota Tegal tahun 1996 - 2005 sebesar 2.429.360,64 kg. Hasil tangkapan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan hasil tangkapan pada saat kondisi pengelolaan aktual, MEY dan open access. Hasil tangkapan ikan pada kondisi MSY merupakan hasil tangkapan maksimum lestari. Pengelolaan sumberdaya ikan dari ketiga kondisi di atas tidak boleh melewati produksi maksimum lestari karena akan mengakibatkan sumberdaya ikan demersal menjadi tidak berkelanjutan untuk pengelolaan di masa yang akan datang sustainable. Jika dilihat dari jumlah produksi kedua alat tangkap pada masing-masing kondisi dapat diketahui bahwa jumlah tersebut sudah mendekati nilai MSY ikan demersal di Tegal. Oleh karena itu harus perlu dikelola dengan baik agar tidak sampai melebihi nilai optimum lestarinya. Pada masing-masing kondisi MSY, MEY dan open access kedua alat tangkap memberikan kontribusi yang besar untuk dapat meningkatkan produksi yaitu sebesar 71,10. Perbandingan upaya penangkapan antara kedua alat tangkap dengan alat tangkap arad dan dogolcantrang pada kondisi aktual, MSY; MEY dan open access dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa jumlah upaya penangkapan yang dilakukan oleh kedua alat tangkap dogol dan arad di Kota Tegal pada kondisi pengelolaan MEY sebesar 2.501,57 trip per tahun. Jumlah upaya trip pada kondisi ini lebih kecil daripada ketiga kondisi aktual, MSY dan open access. Kondisi pengelolaan tertinggi adalah pada kondisi aktual dimana jumlah tripnya adalah sebesar 10.096,98 trip, kemudian kedua tertinggi 117 adalah pada kondisi MSY 6.952,04 per tahun. Nilai pengelolaan pada kondisi open access adalah sebesar 5.003,14 trip ini lebih besar daripada jumlah trip pada saat open access. Keuntungan usaha perikanan demersal pada saat kondisi aktual, MSY, MEY dan open access dapat dilihat pada Gambar 25. Gambar tersebut menunjukkan bahwa keuntungan tertinggi yang diperoleh dari ikan demersal yang ditangkap oleh kedua alat tangkap adalah pada tingkat MEY yaitu sebesar Rp. 1.415.482.341,00. Nilai ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan optimum diperoleh pada kondisi tersebut tanpa merusak kelestarian sumberdaya yang ada. Nilai keuntungan ini akan terus berkurang sampai mencapai nilai titik balik modal break even point yaitu pada kondisi pengelolaan open access. Apabila upaya penangkapan ikan terus menerus dilakukan sehingga melewati nilai titik pulang modal maka akan mengakibatkan kerugian bagi nelayan. Untuk alat tangkap arad jumlah keuntungan tertinggi diperoleh pada kondisi MEY juga, dimana jumlah keuntungan yang dapat diperoleh adalah sebesar Rp 350.785.435,00. Selanjutnya pada saat open access, nelayan tidak memperoleh keuntungan lagi. Sedangkan untuk alat tangkap dogolcantrang jumlah keuntungan tertinggi diperoleh pada kondisi MEY juga, dimana jumlah keuntungan yang dapat diperoleh adalah sebesar Rp 6.765.908.086,00. Selanjutnya pada saat open access, nelayan tidak memperoleh keuntungan lagi. Hubungan antara total penerimaan dan biaya penangkapan dari kedua alat tangkap tersebut dalam menangkap ikan demersal dapat dilihat pada Gambar 26, 27 dan 28. Pada Gambar 26 menunjukkan bahwa jumlah produksi ikan demersal pada kondisi saat ini masih berada dibawah kondisi open access dan MSY. Hal yang sama juga terjadi pada tingkat upaya penangkapan effort yang masih berada dibawah kondisi open access dan MSY. Ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di Tegal sudah optimum. Oleh karena itu tidak terbuka peluang untuk memanfaatkan sumberdaya ikan demersal pada perairan Tegal, terkecuali dengan memperluas kondisi daerah penangkapan ikan. Hal ini dapat dilakukan terutama untuk unit penangkapan dogolcantrang yang relatif mampu untuk menjangkau daerah penangkapan ikan yang lebih jauh. Untuk mendapatkan keuntungan yang optimum, maka pemanfaatan sumberdaya ikan perlu dibatasi pada kondisi maximum economic yield. Hal ini disebabkan karena tingkat pengupayaan pada keadaan ini akan memberikan keuntungan yang optimum dan efisien serta tidak akan menyebabkan terjadinya kepunahan sumberdaya ikan akibat adanya upaya 118 penangkapan yang berlebihan. Jumlah effort pada kondisi aktual, yaitu sebesar 10.097 triptahun masih jauh lebih banyak dari jumlah effort pada kondisi MSY 6.952 triptahun dan Open access 5.003 triptahun dan MEY 2.501 triptahun. Secara bio-ekonomi menunjukan bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di perairan Tegal dan sekitarnya belum melampaui batas potensi lestarinya atau MSY nya Gambar 26. Nilai tingkat pemanfaatan aktual, MSY maupun open access masih lebih rendah dibandingkan dengan MSY. Namun demikian tingkat pemanfaatan aktual memerlukan upaya penangkapan yang lebih banyak dibandingkan dengan dengan upaya pada kondisi MSY, MEY maupun open access. Hal ini bisa dikatakan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di perairan Tegal sudah tidak menarik dan cenderung tidak menguntungkan lagi karena memerlukan upaya penangkapan yang lebih banyak. Dengan upaya penangkapan yang lebih banyak, maka memerlukan biaya yang lebih besar lagi. Analisis finansial alat tangkap jaring dogol masih layak untuk dioperasikan dan alat tangkap jaring arad tidak layak lagi. Meskipun kelayakan usaha jaring dogolcantrang layak, namun perlu dicermati karena tingkat keuntungan Net BC ratio nya hanya 1,06 saja. Ini berarti bahwa tingkat keuntungan pengoperasian jaring dogolcantrang sangat kecil. Kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dari pengoperasian dogolcantrang dan arad, salah satunya karena kondisi sumberdaya ikan demersal yang cenderung menurun. Di samping itu, kebutuhan akan biaya operasi penangkapan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun mengakibatkan pengoperasian kedua alat tangkap tersebut cenderung merugi. Berdasarkan kedua analisis tersebut analisis bio-ekonomi dan analisis kelayakan usaha dari perikanan arad di perairan Tegal juga sudah mengindikasikan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan demersal sudah tidak menarik dan tidak menguntungkan lagi karena memerlukan biaya yang lebih besar. Untuk itu maka, agar kondisi ini menjadi lebih baik dan kondisi sumberdaya perikanan demersal di perairan Tegal tetap lestari dan pemanfaatannya berkelanjutan, maka perlu dikelola dengan lebih baik lagi. Dari hasil perhitungan diperoleh diperoleh hasil bahwa untuk alokasi untuk alat tangkap arad pada kondisi MSY sebanyak 74 unit dan untuk alat tangkap dogolcantrang adalah sebanyak 26 unit. Pada kondisi MEY jumlah arad yang boleh dioperasikan adalah sebanyak 33 unit dan dogol 35 unit. Pada kondisi Open Access, jumlah jaring arad yang boleh dioperasikan adalah 66 unit dan dogol sebanyak 18 unit. Jumlah saat ini untuk alat tangkap dogolcantrang 119 adalah sebanyak 347 unit dan arad sebanyak 359 unit. Jumlah yang ada sekarang sudah melebihi alokasi jumlah yang sebaiknya dioperasikan, sehingga hal ini perlu untuk segera dilakukan pengurangan.

6.7 Kesimpulan