Kesimpulan Pendahuluan Pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal yang berkelanjutan di perairan Tegal Jawa Tengah

73 Suseno 2004 mengatakan bahwa kebijakan pengelolaan perikanan tangkap dengan paradigma rasional selama ini dirasakan tidak efektif dalam mendukung pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan karena sudah overfishing, yang diduga karena permasalahan penegakan hukum law enforcement. Ketidak efektifan kebijakan ini ditunjukan pada hasil penelitian di kedua lokasi penelitian Kota Tegal dan Kabupaten Pekalongan, yang mana produksi aktualnya mengarah pada kondisi overfishing, serta diduga telah berperan dalam memicu konflik antar alat tangkap internal allocation. Daerah penangkapan ikan demersal yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogol cantrang relatif jauh dari pesisir pantai sehingga dalam melakukan operasi tangkapannya tidak berbenturan dengan nelayan yang mengoperasikan alat tangkap lainnya seperti gillnet, karena memang ikan target penangkapannya berbeda. Daerah penangkapan jaring dogolcantrang dan arad juga berbeda. Meskipun kadang jaring dogolcantrang juga menangkap di daerah penangkapan ikan dekat pantai, namun tidak banyak dan sifatnya insidentil saja. Menurut Pramono, 2006, sampai saat ini, pengoperasian jaring arad dan dogolcantrang di Kota Tegal tidak menimbulkan friksi dan konflik antar nelayan. Wilayah yang berbatasan dengan perairan Tegal, di sebelah Barat adalah perairan Brebes dan dan sebelah Timur adalah perairan Pemalang. Kedua wilayah tersebut tidak terdapat alat tangkap arad, karena di kedua wilayah tersebut tidak mengizinkan pengoperasian arad. Daerah penangkapan ikan demersal yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogolcantrang relatif jauh dari pesisir sehingga dalam melakukan operasi tangkapannya tidak berbenturan dengan nelayan yang mengoperasikan alat tangkap lainnya seperti gillnet. Menurut Pramono, 2006, sampai saat ini, pengoperasian jaring arad dan dogolcantrang di Kota Tegal tidak menimbulkan friksi dan konflik antar nelayan.

4.7 Kesimpulan

1 Sumberdaya perikanan demersal di perairan Tegal, dominan dihasilkan oleh alat tangkap jaring arad dan dogolcantrang saja. Jenis alat tangkap lainnya yang menangkap ikan demersal adalah trammel net dan pukat pantai sudah jarang dioperasikan oleh nelayan. 74 2 Pada umumnya alat tangkap jaring arad dioperasikan di perairan Tegal dan sekitarnya, dioperasikan pada perairan 0 – 4 mil dan jaring dogol cantrang umumnya dioperasikan di perairan 4 – 12 mil. 3 Terdapat 8 jenis sumberdaya ikan demersal yang selama 10 tahun terakhir 1996 – 2005, didaratkan di Kota Tegal, yakni jenis ikan manyung, pari, kuniran, beloso, pepetek, tigawaja, udang dan cumi-cumi. 5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

5.1 Pendahuluan

Pemanfaatan yang lestari adalah pemanfaatan sumberdaya perikanan pada kondisi yang berimbang, yaitu tingkat pemanfaatannya tidak melebihi kemampuan sumberdaya untuk memperbaharui diri. Tingkat pemanfaatan masing-masing sumberdaya perikanan berbeda tergantung pada ukuran besarnya masing-masing sumberdaya perikanan. Pauly 1983 mengemukakan bahwa produksi ikan pada waktu tertentu dapat dijadikan indikator dari ukuran stok ikan pada saat itu sehingga pengelolaan stok ikan untuk periode berikutnya dapat ditentukan. Dengan bertambahnya tekanan pada stok ikan karena adanya aktivitas penangkapan, konsep pertumbuhan alami harus tetap dipertahankan yang artinya jumlah kematian ikan akibat penangkapan dan kematian alami tidak boleh lebih besar dari proses penambahan stok ikan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa jumlah tangkapan tertinggi suatu jenis ikan tangkapan maksimum lestariMSY ditambah dengan jumlah kematian alami ikan tersebut tidak boleh melebihi jumlah penambahan stok ikan tersebut. Kemampuan sumberdaya perikanan untuk memperbaharui diri mereka melalui pertumbuhan dan rekrutmen sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya dalam hal pengadaan sumber makanan, persaingan antar dan inter spesies, lingkungan yang sehat dan sesuai, dan adanya predator. Jika aktivitas penangkapan dilakukan dengan tidak hati-hati walaupun jumlahnya tidak melebihi daya dukung suatu sumberdaya perikanan, maka aktivitas penangkapan tersebut cepat atau lambat akan membahayakan kemampuan sumberdaya perikanan dalam memperbaharui diri Pauly, 1983. Sustainable fisheries management erat kaitannya dengan aktivitas penangkapan yang bertanggung jawab responsible fisheries. Pengertian “pemanfaatan berkelanjutan” tidak hanya kegiatan atau aktivitas perikanan yang lestari semata tetapi juga merupakan aktivitas perikanan yang memenuhi persyaratan-persyaratan responsible fisheries, yaitu penggunaan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan. Aktivitas perikanan dikatakan lestari jika konsistensi kemampuan sumberdaya perikanan untuk pulih kembali terpelihara setiap saat tanpa mengabaikan stabilitas tangkapan sekarang. Dengan kata lain aktivitas perikanan lestari adalah sangat memperhatikan keinginan untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan sekaligus menjaga kelestariannya. 77 Dalam pengelolaan dan pemanfaatan stok sumberdaya ikan di suatu wilayah perairan, yang perlu dikaji terlebih dahulu adalah tentang kondisi biologi dari sumberdaya tersebut. Kondisi biologi disini adalah tentang kondisi sumberdaya ikan, yang dikaitkan dengan berapa besarnya potensi lestari dan tingkat pemanfaatannya. Sebagian besar dari ikan demersal yang didaratkan di Tegal pada umumnya hanya ditangkap oleh dua jenis alat saja yaitu alat tangkap dogolcantrang dan juga arad. Jenis alat tangkap seperti pukat pantai, gillnet dasar dan lainnya sebenarnya juga bisa menangkap ikan demersal tetapi dalam jumlah yang relatif kecil, sehingga oleh Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal tidak didata. Dari beberapa macam jenis ikan demersal yang ditangkap dengan alat tangkap dogol dan arad yang selama 10 tahun terakhir dari tahun 1996 sampai dengan 2005 tertangkap, adalah jenis ikan manyung, pepetek, tigawaja, beloso, pari, kuniran serta jenis lainnya seperti cumi-cumi dan udang. Udang merupakan ikan target khususnya untuk alat tangkap arad. Jenis ikan demersal lainnya seperti pepetek, tigawaja, pari dan lainnya merupakan hasil tangkapan sampingan lainnya dari alat tangkap arad. Jenis ikan demersal seperti pari, tigawaja, manyung, beloso, kuniran dan lainnya merupakan tujuan utama dari pengoperasian alat tangkap dogolcantrang Kemampuan alat tangkap arad dan jaring dogolcantrang sangat berbeda. Hal ini disebabkan baik dari ukuran unit penangkapan alat tangkap, kapal dan jumlah ABK serta cara pengoperasian sangat berbeda, juga dari tujuan ikan targetnya. Alat tangkap arad memang ditujukan untuk menangkap udang dengan hasil sampingan ikan demersal, sedangkan alat tangkap dogolcantrang lebih ditujukan untuk menangkap semua jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, terutama jenis ikan demersal. Jenis ikan demersal yang selalu tertangkap dengan alat tangkap dogolcantrang selama 10 tahun terakhir antara lain manyung, pepetek, tigawaja, beloso, pari, kuniran serta jenis cumi-cumi. Selain itu, jenis ikan demersal lainnya yang juga tertangkap dengan alat tangkap dogolcantrang antara lain adalah jenis ikan kakap, bambangan, kerapu, dan lain sebagainya. Jenis-jenis ikan tersebut tidak tertangkap secara kontinyu dalam 10 tahun terakhir dari Tahun 1996 – 2005.

5.2 Tujuan