Struktur Pengeluaran Rumahtangga HUBUNGAN PENDAPATAN RUMAHTANGGA DENGAN PARTISIPASI DALAM PELESTARIAN HUTAN

115

7.2 Struktur Pengeluaran Rumahtangga

Bagi masyarakat di kawasan TNGR, proporsi pengeluaran untuk kebutuhan makan masih mendominasi. Dari rata-rata pengeluaran rumahtangga sebesar Rp 513 533,- per bulan, sebanyak 68,15 merupakan pengeluaran untuk makanan. Pengeluaran untuk makanan ini sebagian besarnya 62,19 digunakan untuk membeli beras dan sisanya 37,81 untuk kebutuhan selain beras lauk-pauk. Kecilnya porsi pengeluaran untuk kebutuhan selain beras seperti lauq terutama sayur karena sebagian diambil dari hutan atau wilayah sekitar dan hanya membeli bahan-bahan keperluan lain yang tidak bisa dicaridiambil dari wilayah sekitar, sepeti bumbu-bumbuan, garam, ikan asin dan lain-lain. Struktur pengeluaran rumahtangga seperti yang disajikan pada Tabel 23 mencerminkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat masih relatif rendah karena masih didominasi oleh pengeluaran untuk keperluan makan sehari-hari. Kenyataan ini sesuai dengan Teori Engle yang menegaskan bahwa semakin rendah pendapatan seseorang semakin tinggi proporsi pengeluaran untuk kebutuhan makan dan sebaliknya. Tabel 23. Struktur dan Rata-rata Nilai Pengeluaran Rumahtangga di Kawasan TNGR Alokasi Pengeluaran Nilai Pengeluaran Persen No Rumahtangga Rpbln 1 Makanan Pokok a. Beras 217 660,- 42,38 b. Lauk-pauk 132 333,- 25,77 Total Makanan 349 993,- 68,15 2 Bukan Makanan 34 570,- 6,75 3 Perawatan Kesehatan 21 109,- 4,11 4 Pakaian 23 480,- 4,57 5 Pendidikan 37 683,- 7,34 6 Pengeluaran lain-lain 46 597,- 9,07 Total Pengeluaran Rumahtangga 513 533,- 100,00 Komponen pengeluaran yang disajikan pada Tabel 23 dibatasi hanya pada pengeluaran rutin yang harus dikeluarkan setiap rumahtangga. Pengeluaran-pengeluaran lainnya seperti biaya perbaikan rumah, pengobatan, dan biaya sosial lainnya tidak dihitung karena sifatnya insidental dan besarnya sulit diprediksi secara pasti. 116 Untuk pngeluaran bukan makanan, dibatasi hanya pada kebutuhan rutin yang dianggap harus dipenuhi oleh sebagian anggota masyarakat, yaitu kopiteh dan gula. Kebutuhan ini sudah menyatu dengan masyarakat pedesaan secara turun-temurun dan kepentingannya dianggap setingkat lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan makan. Pengeluaran rutin lainnya adalah perawatan kesehatan, yaitu untuk sabun mandi dan sabun cuci. Khusus untuk pakaian, sebenarnya bukanlah merupakan pengeluaran rutin rumahtangga. Pada umumnya pengeluaran ini dilakukan setahun sekali dan bagi sebagian keluarga bukan merupakan suatu keharusan. Kebutuhan untuk pembelian pakaian biasanya dikeluarkan menjelang Hari Raya Idul Fitri danatau pada saat tahun ajaran baru khusus bagi mereka yang memiliki anak sekolah. Menurut pengakuan masyarakat, dari berbagai komponen pengeluaran seperti yang diilustrasikan pada Tabel 23 di atas, yang harus selalu dipenuhi adalah pengeluaran untuk makan sedangkan kebutuhan lainnya masih bisa ditunda. Inilah yang seringkali memicu masyarakat untuk mengambil jalan pintas mengeksploitasi hasil hutan; di satu sisi ada tuntutan mendesak anggota keluarga harus makan, tetapi di sisi lain peluang kerja di luar kehutanan tidak tersedia. Lebih lanjut jika pengeluaran keluarga ini dikaitkan dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebesar 4,19 orang, maka pengeluaran per kapita masyarakat di kawasan TNGR sebesar Rp 122 561,- per kapita per bulan. Nilai pengeluaran ini juga berada di bawah standar garis kemiskinan di pedesaan NTB. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat di kawasan TNGR masih termasuk kategori miskin.

7.3 Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga

Dokumen yang terkait

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 65 94

Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Batang Gadis (TNBG)

8 75 79

Model partisipatif perhutanan sosial menuju pengelolaan hutan berkelanjutan (Kasus pembangunan hutan kemasyarakatan pada kawasan hutan lindung di Pulau Lombok)

2 79 308

Model partisipatif perhutanan sosial menuju pengelolaan hutan berkelanjutan (Kasus pembangunan hutan kemasyarakatan pada kawasan hutan lindung di Pulau Lombok)

2 37 597

Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan dalam Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan sekitar Desa Gunung Sari di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

0 3 41

Analisis Pengelolaan Koridor antata Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Halimun dengan Kawasan Hutan Lindung Gunung Salak Berdasarkan Kondisi Masyarakat Sekitar

0 4 181

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PELESTARIAN HUTAN LINDUNG :Studi Kasus di Masyarakat Sekitar Hutan Gunung Simpang Cibuluh Cidaun Cianjur Selatan.

1 1 46

Model Pemberdayaan Masyarakat Di Sekitar Kawasan Hutan Kabupaten Jember

0 2 5

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 2 14

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 1 11