50 2 Observasi langsung ke lapangan
direct observation, dimaksudkan untuk mengetahui dan melihat secara langsung berbagai gejala dan perilaku
stakeholders, serta keberadaan dan ketersediaan infrastruktur pendukung. Hasil observasi ini digunakan sebagai dasar klarifikasi dan cek silang
cross check berbagai informasi dan fenomena yang terungkap, terutama sekali
berkenaan dengan kondisi biofisik TNGR. 3
Focus Group Discussion FGD, dilakukan untuk menggali gagasan-gagasan dalam rangka merumuskan desain model pemberdayaan masyarakat lokal
dalam pengelolaan hutan berkelanjutan. Pendekatan ini dilakukan guna mendapatkan informasi dan gagasan komprehensif yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat sasaran.
3.3.2 Teknik Penentuan Contoh, Responden, dan Pakar
Berkenaan dengan tujuan penelitian 1, 2, dan 3 dilakukan pengumpulan data dan informasi dari masyarakat lokal yang berada di sekitar kawasan hutan
TNGR. Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah semua masyarakat yang berdomisili di sekitar kawasan hutan TNGR. Jumlah contoh ditetapkan secara
quota sebanyak 30 rumahtangga pada setiap lokasi penelitian yang ditentukan
secara random sampling. Adapun responden dalam penelitian ini adalah kepala
keluarga dari rumahtangga contoh. Untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari para responden,
dilakukan wawancara mendalam dengan para informan kunci key informan.
Dalam penelitian ini informan yang diwawancarai secara mendalam adalah: Kepala Balai TNGR, bagian Perlindungan dan Pengawasan Kawasan Hutan
Balai TNGR, Kepala Seksi Konservasi Wilayah SKW 1 Lombok Barat dan SKW 2 Lombok Timur, Kepala-kepala Resort, Petugas Keamanan Polhut, Petugas
Pengendali Ekosistem Hutan PEH, Dinas Kehutanan Propinsi NTB, Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Kepala-kepala desa dan tokoh masyarakat
di sekitar TNGR, Direktur WWF Program Nusa Tenggara, Ketua Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan YPMP, Direktur Pelaksana
Rinjani Trek Management Board RTMB, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pedesan Universitas Mataram, dan Ketua Koperasi Sinar Rinjani Sembalun Koperasi yang menangani pendakian ke Gunung Rinjani.
Selanjutnya untuk merumuskan strategi dan model yang aspiratif tujuan penelitian 4, maka dilakukan
Focus Group Discussion FGD dengan melibatkan
51 berbagai stakeholder secara komprehensif, yaitu tokoh masyarakat, tokoh
agama, kelompok pemuda peduli lingkungan, ibu-ibu rumahtangga di sekitar TNGR, kelompok masyarakat peduli hutan, petugas Pengendali Ekosistem Hutan
PEH, petugas keamanan TNGR Polhut, kepala-kepala resort, aparat Balai TNGR, dan aparat desa. FGD dilakukan di Resort Kembang Kuning, dan Resort
Sembalun. Selain FGD, dilakukan juga diskusi dengan para pihak yang dilaksanakan di Resort Joben, Kantor Balai TNGR Mataram, Kantor SPTN II
Lombok Timur, Kantor YPMP Bayan Lombok Barat Bagian Utara, dan Balai Desa Sembalun Lombok Timur Bagian Utara.
Penentuan pakar dilakukan melalui penelusuran snow-bowling dengan
persyaratan utama adalah ahli dalam perhutanan sosial. Penerapan metode snow-bowling ini dilakukan dengan penentuan pakar pertama, selanjutnya pakar
pertama memberikan usulan dan rekomendasi untuk penentuan pakar berikutnya dan seterusnya. Dalam penelitian ini, para pakar dan praktisi yang dihubungi dan
diajak berdiskusi adalah Pakar Kehutanan, Pakar Kelembagaan Kehutanan, Pakar Pemberdayaan Masyarakat, Pakar Sosiologi, serta Pakar Perencanaan
dan Perekonomian Mikro Pedesaan.
3.3.3 Variabel Penelitian