Peraturan Perundangan tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan

143 yang dapat mengakomodir kepentingan kehutanan sekaligus kepentingan kebutuhan masyarakat. 2. Di lokasi HKm ada keengganan masyarakat menanam kayu, baik di Desa Sesaot, Desa Santong maupun Desa Sambelia, disebabkan antara lain oleh: a Sempitnya lahan garapan kurang dari 0,25 haKK. b Sampai saat ini belum ada kepastian hak masyarakat terhadap tanaman kayu-kayuan di hutan. Hal ini menyebabkan kontraproduktif terhadap kegiatan-kegiatan positif yang sudah dilakukan. Misalnya upaya rehabilitasi di Sambelia dan reboisasi di Santong sudah menunjukkan harapan keberhasilan dimana tanaman sengon sudah berdiameter di atas 20 cm dan tinggi di atas 15 meter. Namun dengan tidak adanya kepastian hak, masyarakat cenderung secara diam-diam menebang untuk mendapatkan lahan garapannya kembali. c Kebijakan yang tidak mendorong bahkan menghambat masyarakat untuk mau menanam jenis kayu, antara lain pengaturan sharing benefit yang tercantum dalam Perda Kabupaten Lombok Barat No. 10 Tahun 2003, yaitu untuk jenis kayu-kayuan dengan komposisi 80 bagian pemerintah dan 20 untuk masyarakat; sedangkan untuk jenis non kayu sebaliknya.

8.4 Peraturan Perundangan tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan

Dari hasil identifikasi dan kajian terhadap peraturan perundangan, ditemukan sejumlah peraturan regulasi yang berkenaan dengan pengelolaan hutan termasuk TNGR yang mengedepankan partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Regulasi tersebut berupa Undang-undang UU, Peraturan Pemerintah PP dan Surat Keputusan SK Gubernur dan Perda Kabupaten. Adapun untuk regulasi non formal yang diidentifikasi adalah berupa kearifan lokal masyarakat pengetahuan lisan yang diturunkan antar generasi berupa kesepakatan dan ketentuan lokal awig-awig yang harus dipatuhi semua warga saat ini sedang dirancang Perda Pengukuhan Keberadaan Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan Adat. Hasil identifikasi regulasi tertulis berkenaan dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutanan adalah sebagai berikut: 144 1 UU No 51990 tentang “Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya” Dalam Bab IX tentang peranserta masyarakat; pada pasal 37 dinyatakan bahwa masyarakat harus berperanserta dalam kegiatan konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. 2 UU No 231997 tentang “Pengelolaan Lingkungan Hidup” Bab III tentang hak, kewajiban dan peranserta masyarakat; pasal 5 dan pasal 6 mengatur tentang aspek partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. 3 UU No 91990 tentang “Kepariwisataan” Bab IV tentang peranserta masyarakat; pada pasal 30 dinyatakan bahwa masyarakat memiliki kesempatan berperanserta dalam penyelenggaraan kepariwisataan 4 UU No 411999 tentang “Kehutanan” Bab IX tentang peranserta masyarakat; pada pasal 70 dinyatakan bahwa masyarakat harus turut berperanserta dalam pembangunan kehutanan. 5 PP No 34 Tahun 2002 tentang “Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, dan Penggunaan Kawasan Hutan” Bagian IX Pasal 51 mengatur tentang pemberdayaan masyarakat setempat di dalam dan atau sekitar hutan 6 PP No 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan Pasal 19 ayat 1 menyebutkan bahwa perlindungan hutan atas kawasan hutan yang pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat hukum adat, dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab masyarakat hukum adat. Pasl 19 ayat 2: perlindungan hutan yang diserahkan kepada hukum adat dilaksanakan berdasarkan kearifan tradisional yang berlaku dalam penda propinsi danatau pemda kabupatenkota 7 PP No 6 Tahun 2007 tentang “Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan”; Diganti dengan PP No 3 Tahun 2008 Bagian kesebelas: Pemberdayaan Masyarakat Setempat; pasal 83, 84, dan 87 mengatur tentang Pemberdayaan Masyarakat 8 Peraturan Menteri Kehutanan No P.01Menhut-II2004 tentang “Pemberdayaan Masyarakat Setempat di dalam dan atau Sekitar Hutan dalam Rangka Social Forestry” 145 Pasal 2 sampai dengan pasal 11 menjelaskan secara terperinci tentang pemberdayaan masyarakat berkenaan dengan soscial forestry. 9 Peraturan Menteri Kehutanan No P.19Menhut-II2004 tentang ”Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam” Bab III tentang pelaksanaan kolaborasi pengelolaan telah mengatur secara detail dan terperinci mengenai mekanisme kolaborasi pengelolaan kawasan hutan. Pada Bab IV juga membahas tentang mekanisme pembinaan dan pengendalian kolaborasi pengelolaan yang dilakukan tersebut. 10 Peraturan Menteri Kehutanan No P.56Menhut-II2006 tentang ”Pedoman Zonasi Taman Nasional” Bab IV Pasal 19 mengatur tentang peranserta masyarakat dalam zonasi taman nasional 11 SK Gubernur NTB No. 152003 tentang ”Pembentukan Badan Pembina Trekking Rinjani RTMB” Bab VIII tentang tatacara pengambilan keputusan; pada pasal 14 dinyatakan bahwa keputusan yang menyangkut kebijakan Rinjani Trek Management Board RTMB dilakukan melalui rapat yang berdasarkan musyawarah dan mufakat. 12 SK Gubernur NTB No. 3392001 tentang ”Pembentukan Tim Kaji Tindak Partisipatif dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Kawasan Rinjani”. Dalam Surat Keputusan ini dijelaskan bahwa pengelolaan wilayah TNGR dan sumberdaya alamnya dilakukan secara partisipatif dengan mengedepankan keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat. 13 Perda Lombok Barat No 4 Tahun 2007 tentang ”Pengelolaan Jasa Lingkungan” Pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa untuk membantu institusi multi pihak dalam pengelolaan jasa lingkungan harus ada wakil dari masyarakat setempat. 146 8.5 Model Pemberdayaan 8.5.1 Alternatif Model Pemberdayaan Masyarakat

Dokumen yang terkait

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 65 94

Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Batang Gadis (TNBG)

8 75 79

Model partisipatif perhutanan sosial menuju pengelolaan hutan berkelanjutan (Kasus pembangunan hutan kemasyarakatan pada kawasan hutan lindung di Pulau Lombok)

2 79 308

Model partisipatif perhutanan sosial menuju pengelolaan hutan berkelanjutan (Kasus pembangunan hutan kemasyarakatan pada kawasan hutan lindung di Pulau Lombok)

2 37 597

Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan dalam Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan sekitar Desa Gunung Sari di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

0 3 41

Analisis Pengelolaan Koridor antata Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Halimun dengan Kawasan Hutan Lindung Gunung Salak Berdasarkan Kondisi Masyarakat Sekitar

0 4 181

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PELESTARIAN HUTAN LINDUNG :Studi Kasus di Masyarakat Sekitar Hutan Gunung Simpang Cibuluh Cidaun Cianjur Selatan.

1 1 46

Model Pemberdayaan Masyarakat Di Sekitar Kawasan Hutan Kabupaten Jember

0 2 5

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 2 14

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 1 11