67 Jeruk Manis Resort Kembang Kuning, serta di luar kawasan TNGR antara lain
Air Terjun Sindang Gile sekitar Resort Senaru, Air Terjun Benang Setukel dan Benang Kelambu sekitar Resort Aik Berik, dan Air Terjun Tiu Teja sekitar
Resort Santong.
4.2 Zonasi Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Rinjani
Secara keseluruhan luas Hutan Rinjani adalah 124.894 ha dan ditetapkan sebagai kawasan hutan dalam berbagai fungsi, yaitu: hutan lindung 59.304,50
ha, hutan produksi tetap 11.550,74 ha, hutan produksi terbatas 9.194,66 ha, Taman Nasional Gunung Rinjani 41.330 ha, taman wisata alam 359,10 ha dan
taman hutan raya 3.155,00 ha. Penetapan kawasan hutan tersebut didasarkan hasil pengukuhan dan tata batas hutan yang dilaksanakan sejak tahun 1930
sehingga secara yuridis formal mempunyai landasan hukum yang kuat Dinas Kehutanan NTB 1997.
Pasal 1 ayat 14 UU No 5 Tahun 1990 tentang “Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya” menegaskan bahwa taman nasional adalah
kawasan pelesatarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Selanjutnya Peraturan Menteri Kehutanan No P.56Menhut-II2006 tentang “Pedoman Zonasi
Taman Nasional”, pada pasal 1 ayat 4 sampai 10 menjelaskan batasan pengertian zona taman nasional dan selanjutnya fungsi dari masing-masing
zona tersebut dijelaskan pada pasal 6 huruf a sampai g sebagai berikut:
¾ Zona inti adalah bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik
biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi; berfungsi untuk perlindungan ekosistem, pengawetan
flora dan fauna khas beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan dan perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, untuk
kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan penunjang budidaya
¾ Zona rimba untuk wilayah perairan laut disebut zona perlindungan bahari
adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona
pemanfaatan; berfungsi untuk kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian,
pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migran dan menunjang budidaya serta mendukung zona inti.
¾ Zona pemanfaatan adalah bagian taman nasional yang letak, kondisi dan
potensi alamnya, terutama dinamfaatkan untuk pengembangan pariwisata
68 alam dan rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan
pengembangan yang menunjang pemanfatan, kegiatan penunjang budidaya.
¾ Zona tradisional adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk
kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam.
¾ Zona rehabilitasi adalah bagian dari taman nasional yang karena mengalami
kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan sehingga menjadi atau
mendekati kondisi ekosistem alamiahnya.
¾ Zona religi, budaya dan sejarah adalah bagian dari taman nasionai yang
didalamnya terdapat situs religi, peninggalan warisan budaya dan atau sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, perlindungan nilai-
nilai budaya atau sejarah; berfungsi untuk memperlihatkan dan melindungi nilai-nilai hasiI karya, budaya, sejarah, arkeologi maupun keagamaan,
sebagai wahana penelitian; pendidikan dan wisata alam sejarah, arkeologi dan religius.
¾
Zona khusus adalah bagian dari taman nasional karena kondisi yang tidak dapat dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang
kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman nasional antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan
listrik.
Berkenaan dengan kepentingan pengelolaan sebagai Taman Nasional di Indonesia, kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani TNGR dibagi menjadi
beberapa zona pemanfaatan. Pembagian zona ini ditetapkan berdasarkan SK Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: SK
99IVSet-32005 tanggal 26 September 2005 tentang “Penataan Zona pada Taman Nasional Gunung Rinjani”. Posisi dan luas masing-masing zona TNGR
secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 8 dan Tabel 9 berikut.
69
Gambar 8. Pembagian Zonasi TNGR Sumber : WWF Indonesia Program Nusa Tenggara – Mataram, 2008
Keterangan: 1 = Pintu masuk pendakian Rinjani Senaru
5 = Zona Rehabilitasi Aik Berik 9 = Jalur Hijau TNGR
2 = Pemandian Air Panas Goa Susu 6 = Lokasi wisata Permandian Otak Kokok, Joben
10 = Pemandian Air Panas Sebau 3 = Camping Ground Danau Segara Anak
7 = Lokasi Rehabilitasi Swadaya, Kembang Sri 4 = Enclave tidak ada pemukiman
8 = Air Terjun Jeruk Manis, Kembang Kuning
Tabel 9. Luas, Lokasi dan Karakteristik Masing-masing Zona Taman Nasional Gunung Rinjani No Zona Pengelolaan
Luas ha Lokasi Keterangan
1 Zona Inti
20.843,50 Berada di bagian tengah Hutan Rinjani, meliputi Puncak Rinjani, - CH : 2 200 – 3 800 mmth
a. Zona Inti Darat 19.717,50 Danau Segara Anak dan sekitarnya, akan tetapi penyebaran lokasinya
- Ketinggian: 500 – 3 726 m dpl b. Zona Inti Danau
1.126,00 Dari Danau Segara Anak ke arah Sebelah Timur, Utara, dan Selatan sedangkan ke arah Barat hanya sedikit.
2 Zona Rimba
17.349,50 Berada menyebar di seluruh wilayah TNGR mengelilingi Zona Inti - CH : 1 400 – 2 000 mmth
- Ketinggian: 500 – 2 000 m dpl - Kemiringan 10 – 40
3 Zona Pemanfaatan
799,00 a. Zona Pemanfaatan Intensif
398,00 1 Otak Kokok 171 ha; 600 m dpl , 2 Sebau 20 ha; 750 m dpl,
3 Kembang Kuning 150 ha, 4 Senaru 57 ha
- CH : 2 700 mmth - Ketinggian: 600 – 750 m dpl
b. Zona Pemanfaatan Khusus ZPK 401,00
- ZPK Kultural budaya 75,00 1 Sekitar Goa Susu, Goa Payung Goa Manik 25 ha
2 Sekitar Danau Segara Anak 50 ha - Ketinggian: 1 800 - 2 100 m dpl
- CH: 2 800 – 3 400 mmth - ZPK Wisata terbatas
326,00 1 Jalan trail wisata: Sembalun, Kembang Kuning, Senaru, Torean dan Santong;
2 Shelter jalur Senaru, Sembalun dan Kembang Kuning - Savana
- CH: 2 000 – 2 200 mmth - Kemiringan 0-20
4 Zona Lainnya
2.338,00
5
6 7
10
8 9
4 3
2 1
70 a. Zona Pemanfaatan Tradisional
583,00 1 Srijata 418 ha 2 Timbanuh 175 ha
- CH : 1 800 – 2 400 mmth - Ketinggian: 500 – 2 000 m dpl
b. Zona Rehabilitasi 1.755,00 1 Gawah Akar 350 ha ,
2 Memerong 75 ha, 3 Lelongken 300 ha,
4 Lingkung-Kembang Sri 350 ha, 5 Stiling-Lantan 300 ha, dan
6 Kekuang 380 ha. - CH : 1 500 – 2 800 mmth
- Ketinggian: 650 –1 600 m dpl
Total 41.330,00
Sumber : Balai TNGR 2006a dan 2006b.
71 Penetapan zonasi TNGR sebagaimana disajikan pada Tabel 10
didasarkan pada pertimbangan tingkat sensitivitas wilayah yang dikombinasi dengan penyebaran obyek wisatarekreasi, obyek khusus dan jalur jalan kecil
trail yang telah ada. Tingkat sensitivitas wilayah didasarkan pada 7 tujuh kriteria, yaitu: kelerengan, jenis tanah, bahaya vulkanologi, daerah aliran sungai,
keanekaragaman hayati, status flora dan fauna, dan curah hujan Kanwil Kehutanan Propinsi NTB 1997.
Tabel 10. Kriteria Penetapan Zonasi TNGR.
Zona Kriteria
Inti - Wilayah
sensitivitas tinggi
- Wilayah sensitivitas sedang yang ditinjau dari
lokasinya lebih efektif dikelola sebagai zona inti Rimba -
Wilayah sensitivitas
sedang - 50 m sisi kiri dan 50 m sisi kanan jalan raya yang
bisa dilalui kendaraan roda 4 pada wilayah sensitivitas tinggi
- 25 m sisi kiri dan 25 m sisi kanan sepanjang jalur trail pada wilayah sensitivitas tinggi
- Daerah obyek wisata terbatas pada wilayah
sensitivitas tinggi Pemanfaatan
Intensif - Wilayah sensitivitas rendah danatau sedang
berpotensi untuk kegiatan rekreasi, pendidikan atau penelitian bagi semua lapisan pengunjung
Pemanfaatan Khusus - Daerah obyek wisata yang sudah ramai dikunjungi oleh wisatawan dan masyarakat yang berada di
wilayah sensitivitas tinggi dan sedang dengan kondisi topografi dan jalan relatif sulitberat dan
fasilitas pelayanan pengunjung sangat terbatas
Sumber : Kanwil Kehutanan Propinsi NTB 1997. Zona inti meliputi inti darat dan inti danau, terdapat di bagian tengah
TNGR yang dikelilingi oleh zona rimba. Namun di sepanjang jalur pendakian, termasuk ke dalam zona pemanfaatan dan di bagian sebelah Utara Danau
Segara Anak merupakan zona khusus wisata yang diperuntukkan bagi para pendaki untuk mendirikan tenda. Dari Gambar 8 di atas, nampak bahwa zona
pemanfaatan berada di bagian Selatan TNGR termasuk zona pemanfaatan khusus wisata yang terdapat di beberapa tempat seperti Air Terjun Jeruk Manis
Resort Kembang Kuning dan Air Terjun Otak Kokoq Resort Joben.
72 Zona pemanfaatan tradisional juga berada di bagian Selatan, yaitu di
wilayah Srijata Resort Joben seluas 418 ha dan di Timbanuh Resort Kembang Kuning seluas 175 ha. Sementara itu di beberapa lokasi terdapat zona
rehabilitasi, yaitu di Gawah Akar, Memerong, Lelongken, Kembang Sri, dan Stiling sampai Lantan
Khusus di wilayah Resort Sembalun Timur Laut TNGR terdapat enclave yaitu di Dusun Memerong dan Dendaun, Desa Sembalun Lawang. Akan tetapi
tidak ada masyarakat yang bermukim di tempat ini, hanya merupakan tanah milik masyarakat yang dibuktikan dengan kepemilikan Surat Pemberitahuan Pajak
Tahunan SPPT. Di Dusun Dendaun, terdapat tanaman kopi arabica yang dikenal dengan Kopi Sembalun dan di bagian pinggir terdapat beberapa pohon
kayu. Sementara di Dusun Memerong umumnya berupa padang alang-alang dan digunakan sebagai tempat penggembalaan sapi oleh masyarakat. Beberapa
tahun yang lalu, tempat ini digunakan untuk menanam bawang putih, akan tetapi setelah budidaya bawang putih kurang menguntungkan secara ekonomi, tempat
ini dibiarkan kosong. Satu hal yang perlu dicermati, meskipun secara de jure pembagian zonasi
Taman Nasional Gunung Rinjani TNGR sudah jelas lokasi dan luas masing- masing, namun secara de facto batas antar masing-masing zona tidak jelas.
Hingga saat ini belum ada tanda yang jelas yang membatasi dan memisahkan antar zona sehingga jangankan masyarakat, petugas lapanganpun sebagian
tidak mengetahui secara jelas dan pasti batas dari masing-masing zona, bahkan seringkali hanya menggunakan feeling dalam menentukan batas antar zona.
Semua ini berimplikasi terhadap perencanaan dan implementasi kegiatan serta penerapan ketentuan-ketentuan pada setiap zona TNGR tidak dapat
diberlakukan secara efektif. Karena itu perlu dilakukan penataan kembali dan sosialisasi zonasi TNGR sehingga pengelolaannya dapat dilakukan secara lebih
terarah dan efektif sesuai dengan fungsi masing-masing zona. Ketidakjelasan tata batas kawasan juga merupakan salah satu kendala
yang dihadapi Taman Nasional Gunung Halimun TNGH sehingga mengakibatkan munculnya kerumitan dalam upaya pengelolaan. Bahkan, sering
menimbulkan konflik antara petugas TNGH dengan pihak lain, baik dengan masyarakat maupun dengan instansi lain. Oleh karena itu, dalam rangka
pemantapan kawasan tersebut, maka dilakukan upaya-upaya, antara lain: 1 rekonstruksi tata batas, yaitu penataan batas ulang kawasan TNGH melalui
73 kerjasama kehutanan dengan pemerintah daerah dan melibatkan pula
persetujuan masyarakat setempat, 2 penataan batas zonasi, yaitu penataan batas berdasarkan fungsi kawasan yang mencakup zona inti, zona rimba dan
zona pemanfaatan intensif, dan 3 survei Identifikasi kawasan hutan dalam rangka usulan perluasan kawsan TNGH Widada 2008.
4.3 Potensi TNGR 4.3.1 Flora dan Fauna