DESAIN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN
Kasus Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani Pulau Lombok
L. Sukardi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Desain Model Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan:
Kasus Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani Pulau Lombok adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, April 2009.
L. Sukardi NIM P061060011
ABSTRACT
L. SUKARDI. Model Design of Local Community Empowerment of Sustainable Forest Management Case Study on Local Community Around Rinjani Mountain
National Park on Lombok Island. Advised by: DUDUNG DARUSMAN, LETI SUNDAWATI, and HARDJANTO.
The Rinjani Mountain National Park RMNP has vital roles in supporting community life in Lombok Island, however, its availability tends to be threatened
due to illegal logging. The poverty of the community around the forest is one of the factors affect the illegal logging. Generally, the purpose of this research is to
formulate model design of community empowerment for sustainable management of RMNP. Specifically, the objectives of this research were 1 in-
depth study of the kind and main factors of interaction between community and RMNP, 2 to investigate the community perception and economic assessment
toward the forestry resource of RMNP, 3 to analyze the relationship between income and participation in sustaining the forestry resources, 4 to formulate the
model and local community empowerment strategies in managing sustainable forestry resources. This research approaches were conducted through 1
document study, 2 interview, 3 direct observation, 4 in-depth interview, and 5 Focus Group Discussion FGD. The qualitative and quantitative descriptive
analysis, multiple regression analysis, Spearman correlation and process hierarchy analysis were employed to analyze the collected data. Based on the
considering aspect of economy, ecology, social and culture, thus, the empowerment model of community for sustainable management of RMNP is
named the Model of MAHAR-RINJANI. This is the abbreviation of “Masyarakat Harmonis dengan Hutan Rinjani” means Harmonious Community with Rinjani
Forest. This abbreviation is then syntheses to formulate empowerment model of community around the RMNP. There are three alternative empowerment models
that could be implemented, including 1 improving the communities welfare and support capability of RMNP, through activities: integrated arboretum RMNP,
climbing environmental oriented, and compensated of forest; 2 the model of welfare enhancement of communities by support capability of sustaining RMN,
through activities: family forest, cattle rearing, and small scale enterprise development of non timber product; and 3 special model to optimize community
participation in sustaining RMNP namely the complaint centre of RMNP. By considering the current real condition, the activity was prioritized on the cattle
rearing by following legal traditional system called Sistem pengkadasan Sapi Rinjani SIDASARI. By this model the number of survive timber is estimated 2 –
4.8 per year. The empowerment had to be conducted through three steps including awareness of farmers, capacity building, empowering and directing for
sustainable harmonious between community members and RMNP. It is also managed comprehensively through participative and collaborative approaches in
terms of economic, social, culture and institution aspect.
Keyword: Empowerment, Local Community, Forest Management, Sustainable
RINGKASAN
L. SUKARDI. Desain Model Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Kasus Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan
Taman Nasional
Gunung Rinjani
Pulau Lombok.
Dibimbing oleh
DUDUNG DARUSMAN, LETI SUNDAWATI, dan HARDJANTO.
Taman Nasional Gunung Rinjani TNGR memiliki fungsi sangat vital dalam mendukung kehidupan masyarakat di Pulau Lombok; akan tetapi
keberadaannya mulai terancam akibat Illegal logging. Salah satu penyebabnya adalah kemiskinan masyarakat di sekitar hutan. Di kawasan Hutan Rinjani,
sekitar 70 dari 600 ribu jiwa penduduk termasuk kategori miskin. Berdasarkan kondisi dan kompleksitas persoalan seperti diuraikan di atas, maka perlu
dilakukan penelaahan dan kajian secara komprehensif berkenaan dengan upaya menjaga kelestarian sumberdaya hutan khususnya TNGR. Karena itu perlu
didesain model pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka pengelolaan hutan berkelanjutan yang dilandasi prinsip keadilan inter dan antar generasi
dengan menekankan integrasi pembangunan lingkungan, sosial dan ekonomi secara proporsional.
Tujuan umum penelitian adalah merumuskan desain model pemberdayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan berkelanjutan. Secara
spesifik penelitian ini bertujuan 1 menelaah bentuk dan faktor-faktor penentu interaksi masyarakat dengan hutan Taman Nasional Gunung Rinjani TNGR
Pulau Lombok, 2 mengkaji persepsi dan penilaian ekonomi masyarakat lokal terhadap sumberdaya hutan, 3 menganalisis hubungan antara tingkat
pendapatan dengan partisipasi masyarakat dalam pelestarian sumberdaya hutan, dan 4 merumuskan model dan strategi pemberdayaan masyarakat lokal
dalam pengelolaan hutan berkelanjutan.
Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan TNGR yaitu Resort Santong, Senaru, Sembalun, Aikmel, dan Stiling. Pengumpulan data dan informasi obyektif
dilakukan dengan pendekatanteknik: 1 penelusuran dokumen, 2 wawancara interview, 3 observasi langsung ke lapangan direct observation, 4
wawancara mendalam in-depth interview, dan 5 Focus Group Discussion FGD. Jumlah contoh ditetapkan secara quota sebanyak 30 rumahtangga pada
setiap lokasi penelitian yang ditentukan secara random sampling. Untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari para responden, dilakukan wawancara
mendalam dengan informan kunci key informan pada setiap lokasi penelitian. Data dan informasi dianalisis melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif dan
dijadikan dasar untuk merumuskan berbagai alternatif desain model pemberdayaan masyarakat sekitar TNGR. Selanjutnya untuk menentukan
prioritas kegiatan pemberdayaan dilakukan Analisis Hirarki Proses AHP didasarkan pada kriteria pengelolaan hutan secara lestari, yaitu: ekonomi,
ekologibiofisik, dan sosial-budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk interaksi masyarakat dengan
hutan TNGR adalah: 1 mengambilmemanfaatkan hasil hutan, 2 kegiatan pendakian, dan 3 bercocok tanam. Namun demikian interaksi yang
dikhawatirkan mengancam keberadaan TNGR adalah memanfaatkan hasil hutan, sedangkan pendakian dilakukan bukan dengan motif ekonomi dan
kegiatan bercocok tanam dilakukan pada lokasi yang telah ditetapkan secara resmi.
Interaksi masyarakat dengan TNGR, khususnya pengambilan pemanfaatan hasil hutan kayu HHK dilakukan karena alasanmotif ekonomi.
Meski demikian, pengambilan kayu secara liar illegal logging ini merupakan pilihan terakhir bagi masyarakat karena tidak ada alternatif lain yang dapat
dilakukan guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hasil analisis menunjukkan bahwa interaksi masyarakat untuk mengambil hasil hutan kayu HHK secara
nyata significant dipengaruhi oleh 7 tujuh faktor yang dapat dipilahkan menjadi 3 tiga kategori sesuai dengan kriteria pengelolaan hutan lestari Sustainable
Forest Management-SFM, yaitu: 1 berkenaan dengan kondisi biofisik TNGR, yaitu lokasi interaksi; 2 berkenaan dengan sosial budaya masyarakat, meliputi:
WTP dan pengetahuan lokal atau kebiasaan turun-temurun dalam mengambil memanfaatkan hasil hutan kayu HHK; dan 3 berkenaan dengan ekonomi
masyarakat, meliputi: pengeluaran untuk kebutuhan makanan, penghasilan dari luar hutan, keterlibatan dalam HKm, dan kepemilikanpemeliharaan sapi.
Masyarakat menyadari pentingnya kelestarian TNGR, akan tetapi adanya desakan kebutuhan ekonomi keluarga menyebabkan tata nilai dan
kearifan lokal dalam menjaga dan memelihara hutan TNGR mengalami benturan. Dalam hal ini tata nilai dan kearifan lokal cenderung semakin longgar
karena adanya tuntutan kebutuhan ekonomi yang mendesak. Dengan demikian diperlukan alternatif kegiatan ekonomi produktif yang diharapkan dapat
mengkompensasi penghasilan yang diperoleh dari hasil hutan terutama hasil hutan kayu.
Persepsi masyarakat terhadap keberadaan TNGR termasuk dalam kategori “sedang”. Meski demikian secara parsial persepsi terhadap manfaat
fungsional dan manfaat keberadaan termasuk kategori “tinggi”. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat telah merasakan manfaat tidak langsung
manfaat fungsional keberadaan TNGR sebagai pencegah banjir, longsor, dan pelindung dari badai.
Rata-rata penghasilan masyarakat di kawasan TNGR adalah sebesar Rp 507 839,- per bulan dimana lebih dari 30-nya bersumber dari hasil hutan,
sementara rata-rata pengeluaran sebesar Rp 513 533,- per bulan 68,15 diantaranya merupakan pengeluaran untuk kebutuhan makan. Pendapatan
rumahtangga memiliki hubungan positif dengan partisipasi dalam pelestarian TNGR. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan kesejaheraan
ekonomi, maka semakin besar kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelestarian TNGR.
Berdasarkan potensi dan sasaran yang diinginkan, maka desain model pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan TNGR berkelanjutan adalah
model yang menjamin keharmonisan antara masyarakat dengan TNGR yang disebut MAHAR-RINJANI Masyarakat Harmonis dengan Hutan Rinjani. Ada 3
tiga alternatif model pemberdayaan yang dapat dilakukan, yaitu: 1 model yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan daya
dukung TNGR dengan kegiatan: Arboretum Terpadu TNGR, Pendakian Berwawasan Lingkungan, dan Hutan Kompensasi; 2 model peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan kondisi daya dukung TNGR tetap lestari dengan kegiatan: Hutan Keluarga, Pemeliharaan Sapi, dan Pengembangan
Usaha Kecil HHBK; dan 3 model yang khusus untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam pelestarian TNGR, yaitu Posko Pengaduan TNGR.
Hasil Analisis Hirarki Proses AHP dengan pertimbangan ekonomi, ekologi, dan sosial budaya menunjukkan bahwa bentuk kegiatan yang menjadi
prioritas adalah pengembangan ternak sapi dengan Sistem Pengkadasan Sapi Rinjani SIDASARI. Dengan model ini selain dapat meningkakan pendapatan
juga diarahkan untuk menghasilkan biogas yang dapat mengganti pengguaan kayu bakar. Setiap sasaran yang diberdayakan dengan memelihara 3 ekor sapi
dapat mengurangi penebangan liar illegal logging sebanyak 2 - 4,8 pohon per
tahun. Secara kumulatif selama 4 empat tahun pembinaan di seluruh kawasan TNGR 9 resort, jumlah pohon yang tidak ditebang untuk keperluan kayu bakar
mencapai 1 258 – 4 355 pohon. Pemberdayaan harus dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: tahap
penyadaran, peningkatan kapasitas dan pendayaan yang diarahkan untuk menciptakan harmonisasi berkelanjutan antara masyarakat dengan Hutan Rinjani
TNGR. Pemberdayaan harus ditangani secara komprehensif menyangkut aspek ekonomi, sosial-budaya dan kelembagaan yang dilakukan melalui
pendekatan partisipatif dan kolaboratif.
Akhirnya, berdasarkan kesimpulan dan temuan lapangan lainnya maka disarankan pemberdayaan dilakukan secara partisipatif dan berkesinambungan;
bukan pendekatan proyek yang sifatnya parsial dan insidental. Dalam pelaksanaannya perlu koordinasi serta sinkronisasi program dan kegiatan antar
dinasinstansi sehingga pemberdayaan terhadap masyarakat kelompok sasaran dapat dilakukan secara efektif dan komprehensif.
Kata kunci: pemberdayaan, masyarakat lokal, pengelolaan hutan, berkelanjutan
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
DESAIN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN
Kasus Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani Pulau Lombok
L. Sukardi