21
2.4.6. Fase Siklus Birahi
Walaupun setiap spesies mempunyai ciri-ciri khas dari pola siklus birahinya, namun pada dasarnya adalah sama. Siklus birahi umumnya dibagi atas
empat fase atau periode yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Beberapa penulis memilih pembagian siklus birahi atas dua fase, fase folikular atau
estrogenik yang meliputi proestrus dan estrus, dan fase luteal atau progestational yang terdiri atas metestrus dan diestrus. Pada babi rataan lama waktu periode
proestrus, estrus, metestrus dan diestrus masing-masing adalah 3, 3, 4 dan 11 hari Toelihere 1979. Siklus birahi pada babi selengkapnya diperlihatkan pada
Gambar 2.
Gambar 2. Siklus Birahi pada Babi Kirkwood 1999 Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode pada saat folikel de
Graaf bertumbuh dibawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang makin bertambah Toelihere 1979. Sistem reproduksi memulai persiapan-
persiapan untuk pelepasan ovum dari ovarium. Setiap folikel bertumbuh dengan cepat selama dua sampai tiga hari sebelum estrus. Pada periode ini, sekresi
estrogen ke dalam urine meningkat dan mulai terjadi penurunan konsentrasi progesteron di dalam darah.
22 Estrus adalah periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan
penerimaan pejantan oleh hewan betina. Folikel de Graaf membesar dan menjadi matang Toelihere 1979. Ovum mengalami perubahan kearah pematangan.
Selama periode ini umumnya hewan betina mencari dan menerima pejantan untuk berkopulasi. Penerimaan terhadap pejantan selama estrus disebabkan oleh
pengaruh estradiol pada sistem syaraf pusat, yang menghasilkan pola penerimaan pejantan oleh betina. Pada kebanyakan ternak ovulasi terjadi menjelang akhir
periode estrus. Konsentrasi hormon-hormon reproduksi seperti progesteron, estradiol, LH dan FSH selengkapnya diperlihatkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Perubahan Hormon Reproduksi selama Siklus Estrus Richard 1999. keterangan: LH = luteinizing hormone; FSH = follicle-stimulating
hormone; PGF = prostaglandin F-2 alpha; GnRH = gonadotropin- releasing hormone
Metestrus atau postestrus adalah periode segera sesudah estrus yaitu korpus luteum bertumbuh cepat dari sel-sel granulosa folikel yang telah pecah
dibawah pengaruh LH dari adenohypofisa Toelihere 1979. Metestrus sebagian besar berada dibawah pengaruh hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus
luteum. Progesteron menghambat sekresi FSH oleh adenohyphophisa sehingga menghambat pembentukan folikel de Graaf yang lain dan mencegah terjadinya
23 estrus. Selama metestrus uterus mengadakan persiapan-persiapan seperlunya
untuk menerima dan memberi makan embrio. Diestrus adalah periode terakhir dan terlama siklus birahi pada ternak-
ternak mammalia Toelihere 1979. Korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata. Pada akhir periode ini,
korpus luteum memperlihatkan perubahan-perubahan retrogresif dan vakuolisasi secara gradual. Endometrium dan kelenjar-kelenjar beregresi ke ukuran semula.
Mulai terjadi perkembangan folikel primer dan sekunder dan akhirnya kembali ke proestrus. Pada spesies yang bukan polyestrus, dapat terjadi anestrus. Anestrus
yang fisiologik umumnya ditandai oleh ovarium dan saluran kelamin yang tenang dan tidak berfungsi.
2.4.7. Interval Waktu antara Penyapihan hingga Birahi Kembali
Interval waktu antara penyapihan hingga birahi kembali dapat diartikan juga sebagai waktu kosong atau masa tidak produktif. Pada masa tersebut induk
tidak mengalami kebuntingan maupun laktasi. Masa tidak produktif ternak babi dalam satu tahun dapat diminimalkan dengan mempersingkat setiap jarak waktu
tersebut. Umur penyapihan yang relatif singkat biasanya diikuti oleh masa tidak produktif yang panjang dan periode birahi yang singkat Lucia et al. 1999. Masa
tidak produktif berpengaruh terhadap frekuensi induk beranak per tahun Peet 2000.
Birahi sesudah penyapihan biasanya terjadi 3-8 hari kemudian apabila anak babi disapih pada umur 6-8 minggu. Interval ke birahi sesudah penyapihan
dini 2-3 minggu adalah lebih lama dan bervariasi Toelihere 1993. Babi betina yang habis beranak baru bisa dikawinkan kembali setelah 5-7 hari menyapih
anaknya. Pengawinan kembali dapat dilakukan apabila kondisi babi dalam keadaan sehat, sebab induk menyusui yang pemeliharaan dan pemberian
pakannya kurang baik akan cepat menjadi kurus, apalagi bila jumlah anaknya cukup banyak Asih 2003. Babi dapat dikawinkan 3-10 hari setelah penyapihan
bila diberikan makanan yang baik. Pemberian pakan ini ditujukan agar jumlah sel telur yang dihasilkan lebih banyak Suharno Nazaruddin 1994.
Induk babi hendaknya dikawinkan lagi pada birahi pertama setelah anaknya disapih, bila kondisi babi baik. Bila kondisinya kurang baik maka