Konsumsi Ransum Pengelolaan Ternak Babi

12 Schoellhorn 2002. Forskholin juga berperan dalam meningkatkan produksi hormon tiroid. Pemberian daun bangun-bangun selama 60 hari berhasil meningkatkan 80 sifat fagositosis sel netrofil terhadap bakteri Sthaphylococcus aureus secara invitro. Peningkatan kemampuan fagositosis sel netrofil terhadap benda asing yang masuk kedalam tubuh akan membantu individu bertahan melawan agen asing bahkan mematikannya, sehingga individu bersangkutan tetap hidup Santosa 2005. Menurut Damanik et al. 2006, daun bangun-bangun dapat memberikan manfaat kesehatan dan pertumbuhan bayi yang ibunya mengkonsumsi daun bangun-bangun karena daun ini dapat meningkatkan produksi air susu ibu. Peningkatan volume air susu pada induk tikus yang diberi ekstrak daun bangun- bangun terjadi karena adanya peningkatan aktivitas kelenjar mammae yang ditandai dengan meningkatnya jumlah DNA kelenjar dan aktivitas RNA di sistem selular kelenjar mammae Silitonga 1993. Peningkatan kadar DNA dan RNA kelenjar mammae induk tikus terjadi hingga pada pertengahan laktasi, namum penurunannya lebih lambat daripada yang tidak diberi ekstrak bangun-bangun. Dagasawa dan Yanai 1976 melaporkan bahwa RNA dapat dipakai sebagai ukuran kemampuan fungsional suatu jaringan. Dengan kata lain, bahwa aktivitas sintesis sekresi air susu berhubungan erat dengan kadar RNA dalam kelenjar mammae. Daun bangun-bangun mengandung kalium yang berfungsi sebagai pembersih darah, melawan infeksi, mengurangi rasa nyeri dan menimbulkan rasa tenang sehingga sekresi susu menjadi lancar. Menurut Mepham 1987, sapi yang mengalami stres akan membutuhkan tambahan 1 kalium K untuk mencegah penurunan sekresi air susu. Defisiensi K menyebabkan hilangnya nafsu makan, penurunan bobot badan dan penurunan PASI.

2.4. Pengelolaan Ternak Babi

2.4.1. Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum adalah faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup dan menentukan produksi. Tingkat konsumsi adalah jumlah ransum yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan ransum tersebut diberikan ad libitum 13 Parakkasi 1990. Tingkat konsumsi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan ternak, bobot badan, ransum yang diberikan, serta beberapa faktor lain seperti temperatur lingkungan dan kesehatan ternak. Parakkasi 1990 juga menyatakan, bahwa semakin besar ukuran ternak menyebabkan konsumsi ternak akan meningkat. Biaya untuk memelihara induk merupakan 13 dari seluruh biaya untuk produksi daging babi, sedangkan ransum merupakan ¾ bagian. Ransum demikian penting untuk menentukan penampilan, daya hidup, jumlah anak yang lahir; demikian pula untuk menentukan kualitas anak-anak babi yang disapih. Pemberian ransum induk babi pada umumnya yang dikenal ada dua sistem yaitu self feeding dan hand feeding. Pada sistem self feeding tenaga buruh dapat dikurangi seminimum mungkin, tetapi jumlah konsumsi sulit dikontrol, tetapi sebaliknya dengan yang hand feeding Parakkasi 1990. Kunci keberhasilan pemberian ransum babi induk dengan cakupan yang panjang yakni selama induk bunting dan selama anak menyusu. Kini telah ada kesepakatan yang umum, bahwa bagi babi induk selama bunting dengan kondisi lingkungan yang bebas dari infestasi parasit yang parah sudah cukup diberi ransum 1.8-2.3 kghari dan diberikan per individu. Pemberian ransum yang meningkat selama masa bunting, drastis meningkatkan bobot badan induk tetapi sangat kecil pengaruhnya terhadap bobot anak babi yang baru lahir Sihombing 2006. Pemberian ransum yang tinggi tidak memperbaiki bobot anak maupun jumlah anak yang lahir, maka demi penghematan biaya ransum, pemberian ransum kepada induk selama bunting harus dibatasi. Tabel 5 menunjukkan pengaruh pemberian jumlah ransum yang berbeda terhadap beberapa peubah performans reproduksi induk babi. Tabel 5 Efek Pemberian Jumlah Ransum yang Berbeda terhadap Performans Reproduksi Induk Babi Peubah Ransum kg 1.8 3.2 Anak lahir hidup ekor 10.2 9.4 Bobot anak lahir kg 1.5 1.6 Banyak anak disapih kg 8.9 8.6 Rataan bobot anak sapih kg 7.0 7.1 Sumber: Sihombing 2006 14 Hasil-hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan terbalik antara jumlah ransum yang diberikan selama bunting dengan yang diberikan selama laktasi Tabel 6. Semakin banyak ransum yang diperoleh selama bunting, maka semakin menurun yang dikonsumsi selama laktasi, hal ini akan kecil artinya bila tidak ada hubungan yang langsung antara jumlah ransum yang diperoleh selama laktasi dengan banyak air susu yang dihasilkan. Tabel 6 Pengaruh Jumlah Komsumsi Ransum selama Bunting terhadap Jumlah Ransum yang Dikonsumsi selama Laktasi Konsumsi ransum selama bunting kg 0.9 1.4 1.9 2.4 3.0 Tambahan bobot kebuntingan kg 5.9 3.3 51.2 62.8 74.4 Konsumsi ransum laktasi kghari 4.3 4.3 4.4 3.9 3.4 Perubahan bobot laktasi kg 6.1 0.9 -4.4 -7.6 -8.5 Sumber: Sihombing 2006 Semakin meningkat ransum yang diperoleh, produksi air susu juga meningkat Tabel 7. Produksi air susu yang tinggi dapat meningkatkan laju pertumbuhan anak menyusu. Memaksimalkan produksi air susu induk babi haruslah membatasi ransum induk selama masa bunting, atau bisa juga dengan cara menambahkan pakan tambahan yang akan meningkatkan kecernaan pakan. Pengaruh konsumsi ransum terhadap produksi air susu induk babi diperlihatkan pada Tabel 7. Tabel 7 Pengaruh Konsumsi Ransum terhadap Produksi Air Susu selama 21 Hari Masa Laktasi Produksi Air Susu kg Komsumsi ransum kgeh 4.5 5.3 6.0 6.8 Paritas 1 5.9 5.4 6.7 6.1 Paritas 2 5.4 6.0 6.6 6.6 Paritas 3 5.5 6.8 7.3 8.0 Sumber: Sihombing 2006 Ternak yang kehilangan bobot badan selama bunting akan memasuki masa laktasi dengan simpanan lemak tubuh rendah dapat merugikan masa laktasi berikutnya dan interval antara penyapihan hingga birahi kembali dan keberhasilan pengawinan Sihombing 2006. Menjaga jumlah ransum yang diberikan saat beranak harus diusahakan sama seperti selama bunting agar induk tidak 15 mengalami kelahiran lambat atau induk gelisah yang mengakibatkan mortalitas lahir anak babi yang tinggi. Kualitas ransum pada waktu induk bunting sangat mempengaruhi daya hidup anak-anak babi yang akan lahir. Semakin baik ransum yang diberikan pada waktu bunting semakin baik pula kondisi anak-anak yang akan lahir dan selanjutnya dapat diharapkan lebih banyak dari anak-anak yang lahir tersebut yang akan dapat disapih. Hal ini dapat disebabkan adanya pengaruh sisa atau “residual effect” dari ransum yang baik pada waktu bunting tersebut terhadap fase selanjutnya. Pengaruh sisa yang demikian ini tidak hanya berlaku pada waktu bunting dan menyusui saja, tapi berlaku pula pada fase-fase berikutnya secara berantai Parakkasi 1990. Pemberian ransum yang berlebihan harus dihindari karena akan membuang-buang ransum pemborosan ransum yang sia-sia dan induk akan kegemukan sehingga menyulitkan saat beranak dan akan mengurangi litter size. Pemberian ransum yang kurang dari kebutuhan akan mengurangi kekuatan induk saat proses beranak dan saat anak lahir, mengurangi kemungkinan hidup anak dan induk babi, kapasitas produksi air susu induk akan menurun sehingga mempengaruhi daya tahan anak babi setelah dilahirkan Parakkasi 1990. Kelompok induk babi yang diberi ekstrak tanaman bangun-bangun 1000 ppm menunjukkan kematian dan pengafkiran induk yang lebih rendah selama masa bunting dan laktasi bila dibandingkan dengan kelompok induk babi yang tidak diberi ekstrak tanaman bangun-bangun Amrik Bilkei 2004 .

2.4.2. Pemberian Ransum Selama Masa Laktasi