Interval Waktu Penyapihan hingga Induk Babi Birahi Kembali

menyebabkan involusi uterus yang lebih cepat Martin et al. 2004. Pemberian TTB setelah induk babi beranak ternyata lebih efektif mempercepat waktu birahi kembali setelah penyapihan. Umur penyapihan yang relatif singkat biasanya diikuti dengan masa tidak produktif yang panjang dan masa birahi yang singkat Lucia et al. 1999. Hal ini ada kaitannya dengan rataan umur penyapihan Tabel 37 pada W1 26.17 ± 2.44 hari lebih singkat daripada W2 27.42 ± 2.07 hari, dan penurunan bobot badan induk babi Tabel 26 pada W1 23.74 ± 21.49 kge lebih besar daripada W2 18.07 ± 16.18 kge, sehingga waktu birahi kembali pada W1 4.91 ± 1.30 hari lebih lama dibanding W2 4.00 ± 0.00 hari. Selengkapnya interval waktu pertama kali birahi kembali setelah penyapihan berdasarkan perlakuan diperlihatkan pada Gambar 15. Gambar 15 Interval Waktu Antara Penyapihan hingga Birahi Kembali Interval waktu birahi kembali setelah penyapihan pada induk babi yang diberi ransum berbeda pada W2 yaitu perlakuan R0W2, R1W2, R2W2 dan R3W2 masing-masing adalah sama yaitu empat hari, sedangkan untuk induk babi dengan perlakuan R1W1 5.67 hari sedangkan yang paling lama dan R2W1 3.67 hari adalah yang paling cepat. Berdasarkan interval waktu penyapihan hingga induk babi birahi kembali akan lebih baik jika ransum dengan TTB tersebut diberikan pada W2 atau setelah induk babi beranak. Interval waktu birahi kembali setelah penyapihan yang semakin lama akan memperpanjang masa tidak produktif induk babi. Semakin 5,00 5,67 3,67 5,50 4,00 4,00 4,00 4,00 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 R0 R1 R2 R3 W E I h ari Ransum perlakuan W1 W2 lama masa tidak produktif induk babi tersebut, maka akan semakin besar biaya yang dikeluarkan dan pada akhirnya akan mengurangi keuntungan peternak.

4.6.10. Siklus Reproduksi dan Frekuensi Induk Babi Beranak per Tahun

Siklus reproduksi sangat dipengaruhi oleh lama laktasi dan lama waktu dari penyapihan hingga birahi kembali, sedangkan lama bunting hampir seragam untuk semua jenis babi yaitu kurang lebih 114 hari. Rataan siklus reproduksi dan frekuensi induk babi beranak dalam penelitian ini masing-masing adalah 145.52 ± 2.04 hari dan 2.50 ± 0.03 kalitahun. Siklus reproduksi dan frekuensi induk babi beranak per tahun selama penelitian ditunjukkan pada Tabel 28. Tabel 28 Pengaruh Perlakuan terhadap Satu Siklus Reproduksi dan Frekuensi Beranak per Tahun Pemberian Ransum Rataan R0 R1 R2 R3 -------------------------------Satu siklus reproduksi hari --------------------------------- W1 147.00±0.00 145.00±4.36 145.67±0.57 143.50±0.70 145.45±2.34 W2 145.33±1.15 144.00±2.83 146.67±1.53 147.50±0.70 145.60±1.78 Rataan 146.17 ± 1.17 144.60 ± 3.44 145.6 ±1.03 145.50±2.38 ------------------------Frekuensi beranak kalitahun ------------------- W1 2.48 ± 0.00 2.52 ± 0.08 2.51 ± 0.01 2.54 ± 0.01 2.51 ± 0.04 W2 2.51 ± 0.02 2.54 ± 0.05 2.51 ± 0.03 2.48 ± 0.01 2.51 ± 0.03 Rataan 2.50 ± 0.02 2.52 ± 0.06 2.51 ± 0.02 2.51 ± 0.04 Keterangan: R0 = ransum kontrol, R1= ransum kontrol + 2.5 TTB, R2 = ransum kontrol + 5 TTB, R3 = ransum kontrol + 7.5 TTB, W1 = umur kebuntingan hari ke-107; W2 = waktu beranak Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa taraf penambahan TTB dalam ransum dan waktu pemberian serta interaksi keduanya tidak berpengaruh baik terhadap siklus reproduksi maupun frekuensi beranak per tahun pada induk babi. Waktu pemberian ransum perlakuan berpengaruh nyata P0.05 terhadap jarak waktu penyapihan hingga birahi kambali Tabel 27. Perbedaan jarak waktu penyapihan hingga birahi kembali tidak mempengaruhi lama siklus reproduksi dan frekuensi beranak per tahun, karena perbedaan interval waktu penyapihan hingga birahi kembali pada W1 dan W2 hanya berbeda satu hari. Peet 2000 menyatakan, bahwa masa tidak produktif berpengaruh terhadap frekuensi induk babi beranak per tahun. Rataan umur sapih laktasi dalam penelitian ini adalah 26.79 ± 2.30 hari dengan koefisien keragaman 8.5 dan rataan frekuensi beranak adalah 2.50 ± 0.03 kalitahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Sihombing 2006 yang menyatakan, bahwa induk babi dengan lama laktasi 28 hari akan beranak 2.5 kalitahun atau lima kali dalam dua tahun. Perbedaan siklus reproduksi yang tidak nyata mengakibatkan frekuensi induk babi beranak per tahun juga tidak berbeda nyata. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa siklus reproduksi ternak babi sangat nyata P0.01 dipengaruhi oleh umur penyapihan. Umur penyapihan yang relatif singkat biasanya diikuti oleh masa tidak produktif yang panjang dan masa birahi yang singkat Lucia et al. 1999. Menurut Peet 2000, masa tidak produktif berpengaruh terhadap frekuensi induk babi beranak per tahun, namun tidak demikian halnya dengan hasil penelitian ini, karena perbedaan masa tidak produktif hanya satu hari sehingga frekuensi beranak per tahun tidak dipengaruhi.

4.7. Pengaruh Perlakuan terhadap Penampilan Anak Babi Menyusu

4.7.1. Konsumsi Ransum Harian Anak Babi

Pemberian ransum anak babi selama penelitian dilakukan sekali setiap hari yaitu pada pagi hari. Ransum mulai diberikan pada anak babi ketika berumur sepuluh hari. Pada umur ini babi mulai mencoba mencium dan menjilati ransum yang diberikan, kemudian pada hari berikutnya anak babi sudah mulai mengkonsumsinya walaupun jumlahnya masih sedikit. Konsumsi ransum anak babi menyusu dipengaruhi oleh ketersediaan air susu induk babi sebagai sumber gizi bagi anaknya. Semakin banyak PASI babi, maka konsumsi ransum anak babi biasanya akan semakin sedikit, demikian juga sebaliknya. Kandungan protein kasar, lemak kasar dan kandungan abu dari ransum anak babi sudah sesuai dengan ketentuan ransum anak babi prasapih dalam SNI 2006b, sedangkan energi metabolis, kalsium dan fosfor belum mencapai standar minimum ransum anak babi prasapih SNI 2006b. Energi metabolis yang rendah akan mendorong anak babi mengkonsumsi ransum lebih banyak. Kandungan serat kasar ransum anak babi 4.02 melebihi batas maksimum menurut SNI 2006b. Kandungan serat kasar yang melebihi batas maksimum akan mengakibatkan KRH anak babi menurun. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa KRH per litter dan per ekor anak babi masing-masing adalah 34.5 ± 11.5 glitterh dengan