Siklus Reproduksi dan Frekuensi Induk Babi Beranak per Tahun

0.03 kalitahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Sihombing 2006 yang menyatakan, bahwa induk babi dengan lama laktasi 28 hari akan beranak 2.5 kalitahun atau lima kali dalam dua tahun. Perbedaan siklus reproduksi yang tidak nyata mengakibatkan frekuensi induk babi beranak per tahun juga tidak berbeda nyata. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa siklus reproduksi ternak babi sangat nyata P0.01 dipengaruhi oleh umur penyapihan. Umur penyapihan yang relatif singkat biasanya diikuti oleh masa tidak produktif yang panjang dan masa birahi yang singkat Lucia et al. 1999. Menurut Peet 2000, masa tidak produktif berpengaruh terhadap frekuensi induk babi beranak per tahun, namun tidak demikian halnya dengan hasil penelitian ini, karena perbedaan masa tidak produktif hanya satu hari sehingga frekuensi beranak per tahun tidak dipengaruhi.

4.7. Pengaruh Perlakuan terhadap Penampilan Anak Babi Menyusu

4.7.1. Konsumsi Ransum Harian Anak Babi

Pemberian ransum anak babi selama penelitian dilakukan sekali setiap hari yaitu pada pagi hari. Ransum mulai diberikan pada anak babi ketika berumur sepuluh hari. Pada umur ini babi mulai mencoba mencium dan menjilati ransum yang diberikan, kemudian pada hari berikutnya anak babi sudah mulai mengkonsumsinya walaupun jumlahnya masih sedikit. Konsumsi ransum anak babi menyusu dipengaruhi oleh ketersediaan air susu induk babi sebagai sumber gizi bagi anaknya. Semakin banyak PASI babi, maka konsumsi ransum anak babi biasanya akan semakin sedikit, demikian juga sebaliknya. Kandungan protein kasar, lemak kasar dan kandungan abu dari ransum anak babi sudah sesuai dengan ketentuan ransum anak babi prasapih dalam SNI 2006b, sedangkan energi metabolis, kalsium dan fosfor belum mencapai standar minimum ransum anak babi prasapih SNI 2006b. Energi metabolis yang rendah akan mendorong anak babi mengkonsumsi ransum lebih banyak. Kandungan serat kasar ransum anak babi 4.02 melebihi batas maksimum menurut SNI 2006b. Kandungan serat kasar yang melebihi batas maksimum akan mengakibatkan KRH anak babi menurun. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa KRH per litter dan per ekor anak babi masing-masing adalah 34.5 ± 11.5 glitterh dengan koefisien keragaman KK 33.51 dan 4.03 ± 1.64 geh dengan KK 40.66. Tabel 29 memperlihatkan komposisi dan zat nutrisi ransum anak babi yang digunakan selama penelitian. Tabel 29 Komposisi dan Kualitas Ransum Anak Babi Bahan Makanan Kandungan Zat Nutrisi Standar Kualitas Ransum Jagung 50.00 EM kkalkg 2758.32 - a Min 3000 c Bekatul 8.00 Protein kasar 18.36 21.11 a Min 19.00 b Konsentrat T51 c 5.00 Lemak kasar 3.86 6.94 a Maks 7.00 b Meat bone meal c 3.00 Serat kasar 4.02 5.06 a Maks 4.00 b Soy bean meal c 22.00 Kalsium 0.49 - a 0.90-1.20 Wheat pollard c 10.00 Fosfor 0.58 - a 0.60-0.90 Mineral makro c 2.00 Abu 4.08 5.03 a Maks 7.00 b c Keterangan : EM = energi metabolis, a = hasil perhitungan, b = analisa proksimat PAU IPB 2010, c = SNI ransum anak babi prasapih 2006b. Semua anak babi diharapkan memperoleh ransum dan air minum yang sama karena pemberiannya dilakukan ad libitum. Hasil ini sangat jauh berbeda dengan hasil penelitian Simorangkir 2008, dengan menggunakan hingga 0.1 ekstrak daun katuk dalam ransum induk babi yang menunjukkan, bahwa KRH anak babi selama penelitian adalah 329 ± 17.03 glitterh. Hasil penelitian Simorangkir 2008 juga menyatakan, bahwa ransum anak babi mulai diberikan pada hari ke-5 setelah anak babi lahir. Hal ini bisa terjadi karena PASI babi yang dihasilkan dalam penelitian ini 253 ± 81 glittermenyusui lebih tinggi daripada simorangkir 2008 yaitu sebesar 207.10 ± 56.1 glittermenyusui, sehingga konsumsi ransum anak menjadi lebih sedikit. Interaksi antara taraf penambahan TTB dalam ransum dan waktu pemberian pada induk babi berpengaruh nyata P0.05 terhadap KRH anak babi per litter, sedangkan taraf TTB dalam ransum dan waktu pemberiannya tidak berpengaruh nyata. Tabel 30 memperlihatkan, KRH anak babi pada perlakuan R0W1 50.0 ± 23.0 glitterh adalah yang tertinggi dan berbeda nyata P0.05 dengan perlakuan R1W1 30.5 ± 6.0 glitterh, R2W2 27.1 ± 5.7 glitterh dan R0W2 22.83 ± 9.2 glitterh, tetapi tidak berbeda dengan perlakuan lainnya. Konsumsi ransum harian anak babi pada perlakuan R0W2 22.83 ± 9.2 glitterh adalah yang terendah dan berbeda nyata P0.05 dengan perlakuan R0W1 50.0 ± 23.0 glitterh dan R1W2 41.6 ± 13.6 glitterh tetapi tidak berbeda dengan