Penurunan Bobot Badan Induk Babi Menyusui

Penurunan bobot badan induk babi dengan ransum R3 27.52 ± 18.29 kgekor adalah yang tertinggi dan dengan ransum R2 18.20 ± 18.98 kgekor adalah yang terendah, hal ini sejalan bila dikaitkan dengan PASI babi per hari, yaitu induk babi dengan ransum R3 6.36 kglitterh adalah yang tertinggi dan ransum R2 4.68 kglitterh adalah yang terendah. Analisa korelasi menunjukkan adanya korelasi nyata P0.05 antara PASI babi dan penurunan bobot badan induk babi selama laktasi. Semakin besar PASI babi maka akan diikuti dengan penurunan bobot badan induk babi akan semakin besar. Tabel 26 juga memperlihatkan, bahwa induk babi dengan perlakuan R3W2 36.54 ± 6.00 kge mengalami penurunan bobot badan yang paling besar dan perlakuan R2W2 4.03 ± 16.00 kge adalah yang paling kecil. Konsumsi ransum harian induk babi pada perlakuan R2W2 adalah yang tertinggi tetapi PASI terendah, sehingga penurunan bobot badan yang dialami oleh induk babi menjadi lebih rendah daripada perlakuan lainnya. Periode beranak atau paritas induk babi dengan perlakuan R2W2 untuk masing-masing ulangan adalah paritas ke-2, 2 dan 3, sehingga konsumsi ransum lebih banyak untuk mempertahankan bobot tubuh induk. Apabila dihubungkan dengan konsumsi ransum harian KRH, induk babi yang diberi ransum perlakuan pada W1 3.36 kgeh lebih rendah daripada W2 3.51 kgeh, dengan KRH yang lebih rendah dan litter size lahir yang lebih tinggi maka penurunan bobot badan induk babi selama laktasi akan lebih besar pada W1 daripada W2. Perbedaan penurunan bobot badan induk babi selama laktasi akan berpengaruh terhadap masa pemulihan bobot badan induk kembali. Hal ini juga berhubungan dengan waktu penyapihan hingga birahi kembali yang akan semakin lama. Konsumsi ransum harian induk babi selama masa laktasi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan induk babi itu sendiri dan juga pembentukan air susu untuk kebutuhan anak babi tersebut. Penurunan bobot badan induk babi secara tidak langsung terjadi karena pengaruh senyawa laktogogue dalam TTB yang berperan dalam proliferasi sel sekresi mammae dan mendorong pembentukan air susu lebih besar. Konsumsi ransum harian babi yang tidak meningkat dengan signifikan menyebabkan sebagian cadangan energi yang terdapat didalam tubuh induk babi dirombak sebagai bahan pembentuk air susu, sehingga bobot badan induk babi menurun. Hal lain yang juga turut mempengaruhi adalah litter size anak babi yang lebih banyak mendorong induk babi menghasilkan air susu yang banyak juga.

4.6.9. Interval Waktu Penyapihan hingga Induk Babi Birahi Kembali

Interval waktu antara penyapihan anak hingga induk babi birahi kembali weaning to estrus intervalWEI dapat diartikan juga sebagai waktu kosong atau masa tidak produktif. Pada masa tersebut induk babi tidak mengalami kebuntingan maupun laktasi. Masa tidak produktif induk babi dalam satu tahun dapat diminimalkan dengan mempersingkat setiap jarak waktu tersebut. Rataan interval waktu antara penyapihan hingga induk birahi kembali pada penelitian ini adalah 4.47 ± 1.03 hari. Interval waktu antara penyapihan hingga induk babi birahi kembali selama penelitian diperlihatkan pada Tabel 27. Tabel 27 Pengaruh Perlakuan terhadap Interval Waktu Induk Babi Birahi Kembali setelah Penyapihan Pemberian Ransum Rataan R0 R1 R2 R3 ------------------- Interval waktu sapih hingga birahi kembali hari ------------------- W1 5.00 ± 0.00 5.67 ± 1.53 3.67 ± 0.58 5.50 ± 2.12 4.91 ± 1.30 W2 a 4.00 ± 0.00 4.00 ± 0.00 4.00 ± 0.00 4.00 ± 0.00 4.00 ± 0.00 Rataan b 4.50 ± 0.55 5.00 ± 1.41 3.83 ± 0.41 4.75 ± 1.50 Keterangan: Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata P0.05, R0 = ransum kontrol, R1= ransum kontrol + 2.5 TTB, R2 = ransum kontrol + 5 TTB, R3 = ransum kontrol + 7.5 TTB, W1 = umur kebuntingan hari ke-107; W2 = waktu sesaat setelah beranak Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa waktu pemberian ransum dengan taraf TTB yang berbeda berpengaruh nyata P0.05 terhadap interval waktu antara penyapihan hingga induk babi birahi kembali, sedangkan taraf penambahan TTB dalam ransum dan interaksinya dengan waktu pemberian tidak berpengaruh nyata. Interval waktu dari penyapihan hingga induk babi birahi kembali pada W2 4.00 ± 0.00 hari nyata P0.05 lebih singkat daripada W1 4.91 ± 1.30 hari. Hal ini erat kaitannya dengan KRH induk babi, dimana induk babi pada W2 lebih besar daripada W1. Semakin besar KRH, maka konsumsi TTB juga semakin besar. Menurut Damanik et al. 2006 tanaman bangun-bangun berperan mengontrol postpartum bleeding pendarahan setelah beranak dan sebagai uterine cleansing agent agen pembersih uterus. Peran TTB ini juga menyebabkan involusi uterus yang lebih cepat Martin et al. 2004. Pemberian TTB setelah induk babi beranak ternyata lebih efektif mempercepat waktu birahi kembali setelah penyapihan. Umur penyapihan yang relatif singkat biasanya diikuti dengan masa tidak produktif yang panjang dan masa birahi yang singkat Lucia et al. 1999. Hal ini ada kaitannya dengan rataan umur penyapihan Tabel 37 pada W1 26.17 ± 2.44 hari lebih singkat daripada W2 27.42 ± 2.07 hari, dan penurunan bobot badan induk babi Tabel 26 pada W1 23.74 ± 21.49 kge lebih besar daripada W2 18.07 ± 16.18 kge, sehingga waktu birahi kembali pada W1 4.91 ± 1.30 hari lebih lama dibanding W2 4.00 ± 0.00 hari. Selengkapnya interval waktu pertama kali birahi kembali setelah penyapihan berdasarkan perlakuan diperlihatkan pada Gambar 15. Gambar 15 Interval Waktu Antara Penyapihan hingga Birahi Kembali Interval waktu birahi kembali setelah penyapihan pada induk babi yang diberi ransum berbeda pada W2 yaitu perlakuan R0W2, R1W2, R2W2 dan R3W2 masing-masing adalah sama yaitu empat hari, sedangkan untuk induk babi dengan perlakuan R1W1 5.67 hari sedangkan yang paling lama dan R2W1 3.67 hari adalah yang paling cepat. Berdasarkan interval waktu penyapihan hingga induk babi birahi kembali akan lebih baik jika ransum dengan TTB tersebut diberikan pada W2 atau setelah induk babi beranak. Interval waktu birahi kembali setelah penyapihan yang semakin lama akan memperpanjang masa tidak produktif induk babi. Semakin 5,00 5,67 3,67 5,50 4,00 4,00 4,00 4,00 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 R0 R1 R2 R3 W E I h ari Ransum perlakuan W1 W2