Anak Babi Mati Lahir

menitekor. Hal ini mungkin terkait dengan kandungan senyawa aktif didalam TTB yang dikonsumsi induk babi membantu mempercepat proses beranak sehingga lebih lancar, dan mengurangi resiko kematian saat beranak. Persentase anak babi mati lahir pada W1 dengan ransum R2 2.78 ± 4.81 adalah yang terendah dan dengan ransum R1 9.23 ± 10.09 adalah yang tertinggi. Menurut Santosa 2005 semakin tinggi taraf ekstrak daun bangun-bangun diberikan dalam ransum tikus putih, maka mortalitas akan semakin menurun. Pemberian daun bangun-bangun selama 60 hari berhasil meningkatkan 80 sifat fagositosis sel netrofil terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Peningkatan kemampuan fagositosis sel netrofil terhadap benda asing yang masuk kedalam tubuh akan membantu individu bertahan melawan agen asing, bahkan mematikannya sehingga individu bersangkutan tetap hidup. Menurut Mepham 1987, daun bangun-bangun mengandung kalium yang berfungsi sebagai pembersih darah, melawan infeksi dan menciutkan selaput lendir. Sihombing 2000 melaporkan, bahwa penggunaan daun bangun–bangun dikombinasikan dengan hati ikan dan vitamin C, dapat meningkatkan ketersediaan Fe yang direfleksikan dengan peningkatan kadar Hb dan Ferritin darah. Analisis korelasi menunjukkan, bahwa jumlah anak babi mati lahir berkorelasi P0.05 dengan bobot lahir anak babi per litter dan paritas induk babi. Semakin besar bobot lahir per litter maka kasus anak babi mati lahir akan semakin kecil dan sebaliknya semakin besar paritas induk babi maka akan semakin tinggi anak babi mati lahir.

4.6.6. Bobot Lahir Anak Babi

Bobot lahir per litter dalam penelitian ini adalah 15.12 ± 3.83 kg dengan koefisien keragaman KK 25 dan bobot lahir per ekor adalah 1.52 ± 0.18 kg dengan KK 11. Hutapea 2009 menyatakan, rataan bobot lahir anak babi dengan pemberian tepung daun bangun-bangun hingga 3.75 dalam ransum induk babi adalah 1.18 ± 0.14 kgekor. Simorangkir 2008 menyatakan, rataan bobot lahir anak babi dengan pemberian ekstrak daun katuk didalam ransum induknya adalah 1.36 ± 0.17 kgekor. Kurniawan 2006 yang meneliti hubungan antara bobot lahir dengan litter size lahir menyatakan, bahwa bobot lahir anak babi adalah 1.30 kgekor. Ketiga hasil tersebut lebih rendah daripada hasil pada penelitian ini yaitu 1.52 ± 0.18 kg. Pengaruh perlakuan terhadap bobot lahir per litter size dan per ekor anak babi dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Lahir per Litter dan per Ekor Pemberian Ransum Rataan R0 R1 R2 R3 -------------------------------------Bobot lahir kglitter ----------------------------------- W1 15.87 ± 3.49 13.43 ± 5.93 16.60 ± 2.01 14.53 ± 6.74 15.11 ± 4.39 W2 13.85 ± 4.22 13.65 ± 2.09 15.00 ± 4.77 18.03 ± 0.45 15.13 ± 3.40 Rataan 14.86 ± 3.63 13.54 ± 3.98 15.80 ± 3.39 16.28 ± 4.68 -----------------------------------Bobot lahir kgekor ------------------------------------- W1 1.48 ± 0.24 1.64 ± 0.10 1.58 ± 0.53 1.56 ± 0.17 1.56 ± 0.69 W2 1.50 ± 0.10 1.42 ± 0.09 1.46 ± 0.04 1.56 ± 0.21 1.49 ± 0.12 Rataan 1.49 ± 0.17 1.53 ± 0.14 1.51 ± 0.27 1.56 ± 0.17 Keterangan: R0 = ransum kontrol, R1= ransum kontrol + 2.5 TTB, R2 = ransum kontrol + 5 TTB, R3 = ransum kontrol + 7.5 TTB, W1 = waktu kebuntingan hari ke-107; W2 = waktu sesaat setelah beranak Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa taraf penambahan TTB dalam ransum dengan waktu pemberian pada induk babi yang berbeda serta interaksi keduanya tidak berpengaruh baik terhadap bobot lahir anak babi per litter maupun per ekor. Bobot lahir anak per litter dengan pemberian ransum perlakuan pada W1 15.11 ± 4.39 kglitter sedikit lebih rendah daripada W2 15.13 ± 3.40 kglitter, tetapi sebaliknya rataan bobot lahir per ekor pada W1 1.56 ± 0.69 kgekor lebih tinggi daripada W2 1.49 ± 0.12 kgekor. Perbedaan antara bobot lahir per litter dan per ekor pada penelitian ini sangat dipengaruhi oleh litter size lahir total anak babi. Analisis korelasi menunjukkan adanya korelasi P0.01 antara bobot lahir per litter dengan litter size lahir. Hal ini berarti semakin banyak litter size lahir maka akan semakin berat bobot lahir per litter, tetapi sebaliknya semakin banyak litter size lahir maka bobot per ekor anak babi akan semakin kecil. Pada Gambar 12 a dan b terlihat bahwa semakin besar bobot lahir per litter tidak selalu diikuti bobot lahir per ekor ataupun sebaliknya. Rataan bobot lahir per litter dan per ekor selama penelitian selengkapnya diperlihatkan pada Gambar 12. a b Gambar 12 Bobot Lahir Anak Babi a per Litter dan b per Ekor