Mortalitas Prasapih Pengaruh Perlakuan terhadap Penampilan Anak Babi Menyusu

7.46 ± 8.22 . Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa penambahan TTB dalam ransum yang diberikan pada W1 akan meningkatkan daya tahan anak babi yang lebih baik daripada W2. Penambahan ekstrak daun katuk Sauropus andogynus L Merr hingga 0.1 dengan waktu pemberian yang berbeda didalam ransum induk juga menghasilkan persentase mortalitas prasapih anak babi yang lebih tinggi yaitu 15.96 Simorangkir 2008. Perbedaan ini dapat disebabkan induk babi yang mendapatkan ransum dengan penambahan TTB mungkin memiliki mothering ability yang lebih baik. Penambahan TTB dalam ransum induk akan memberikan rasa tenang pada induk babi sehingga mengurangi mortalitas prasapih. Senyawa aktif yang terkandung dalam bangun-bangun dapat menstimulus ovarium untuk menghasilkan hormon progesteron. Kadar hormon progesteron yang terkandung didalam darah akan memperbaiki sifat keindukan babi, namun hal ini perlu didukung dengan data lebih lanjut. Mortalitas anak babi yang terjadi selama penelitian disebabkan oleh tertindih induk, penyakit mencret dan lingkungan. Tertindih adalah faktor utama penyebab kematian anak babi prasapih. Faktor kedua penyebab kematian pada penelitian ini adalah mencret. Hal ini bisa terjadi karena anak babi kedinginan, menjadi lemas dan sulit mendapatkan air susu dari induk, sehingga anak babi tersebut akhirnya mati. Hurley 1999 menyatakan, bahwa lebih daripada 60 kematian anak babi sebelum disapih disebabkan oleh faktor induk dan juga pengaruh dari pasokan nutrisi yang diakibatkan oleh rendahnya produksi susu induk yang akan mempengaruhi pertumbuhan anak babi. Dugaan yang menyatakan bahwa kadar Growth Hormone GH dan immunoglobulin meningkat didalam air susu kambing jika ransum induk ditambah dengan daun bangun-bangun Rumetor 2008 menjadi semakin kuat. Hal yang sama mungkin juga terjadi pada air susu induk babi jika ransumnya ditambah dengan TTB. Persentase mortalitas anak babi prasapih dari induk babi dengan ransum R3 3.86 ± 4.25 jauh lebih rendah daripada R0 15.03 ± 18.76, sebagaimana persentase lahir mati pada R3 3.33 ± 8.16 juga lebih rendah daripada R0 7.81 ± 6.60 . Hal ini menunjukkan bahwa taraf penambahan TTB yang semakin meningkat dalam ransum induk babi diduga dapat menurunkan persentase mortalitas anak babi prasapih. Persentase mortalitas anak babi prasapih berdasarkan perlakuan diperlihatkan pada Gambar 19. Gambar 19 Persentase Mortalitas Anak Babi Prasapih Persentase mortalitas anak babi prasapih tertinggi adalah pada perlakuan R0W2 20.8 dan yang terendah adalah pada perlakuan R3W1 2.38 meskipun tidak nyata. Penambahan TTB dalam ransum yang diberikan pada W1 Gambar 19 memperlihatkan, bahwa pemberian R1 belum mampu menurunkan persentase mortalitas anak babi prasapih dibanding R0, tetapi dengan ransum R2 dan R3 menurunkan mortalitas lebih rendah daripada kontrol. Namun pada W2 pemberian ransum R0 dapat menurunkan persentase mortalitas lebih baik dari kontrol. Kandungan senyawa aktif dalam TTB diduga berperan dalam mengaktifkan sistem pertahanan tubuh ternak. Hal ini sesuai dengan Santosa 2005 menyatakan, bahwa pemberian ekstrak daun bangun-bangun berhasil meningkatkan 80 sifat fagositik sel netrofil. Peningkatan kemampuan fagositosis yang dilakukan sel netrofil adalah salah satu manifestasi sistem respon immun yang dipunyai dalam mengatasi benda asing yang masuk kedalam tubuh. Analisis korelasi menunjukkan bahwa mortalitas berkorelasi nyata P0.05 9,23 12,04 3,03 2,38 20,80 13,90 8,10 5,34 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 R0 R1 R2 R3 P er sen tas e m o rt al it as Ransum perlakuan W1 W2 dengan bobot lahir. Analisa korelasi menujukkan bahwa bobot lahir semakin berat maka mortalitas sapih akan semakin berkurang.

4.7.5. Litter Size Sapih

Sapih yaitu tahap pertumbuhan suatu hewan atau ternak tidak lagi bergantung pada air susu induknya dan mulai mengkonsumsi ransum padat dan cair Inglis 1980. Litter size sapih sangat tergantung pada litter size lahir dan mortalitas prasapih. Rataan litter size sapih pada penelitian ini adalah 8.95 ± 2.40 ekor. Hasil ini lebih tinggi daripada hasil penelitian Hutapea 2009 dan Herawaty 2006 dengan rataan litter size sapih masing-masing adalah 8.00 ±3.14 dan 8.47 ekor. Litter size sapih menurut perlakuan dalam penelitian ini selengkapnya diperlihatkan pada Tabel 36. Tabel 36 Pengaruh Perlakuan terhadap Litter Size Sapih Pemberian Ransum Rataan R0 R1 R2 R3 -------------------------------------- Littersize sapih ekor ---------------------------------- W1 9.33 ± 0.58 6.67 ± 2.31 ab 11.33 ± 1.15 a 8.67 ± 4.16 b 9.00 ± 2.73 ab W2 6.67 ± 1.53 9.67±2.08 a 8.33 ± 1.53 ab 11.00 ± 1.00 ab 8.92 ± 2.15 b Rataan 8.00 ± 1.79 8.17 ± 2.56 9.83 ± 2.04 9.83 ± 2.99 Keterangan: Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom atau baris yang berbeda menunjukkan hasil nyata P0,05, R0 = ransum kontrol, R1= ransum kontrol + 2.5 TTB, R2 = ransum kontrol + 5 TTB, R3 = ransum kontrol + 7.5 TTB, W1 = waktu kebuntingan hari ke-107; W2 = waktu sesaat setelah beranak Hasil analisis ragam menunjukkan taraf penambahan TTB dalam ransum dan waktu pemberian tidak berpengaruh nyata terhadap litter size sapih, tetapi interaksi keduanya berpengaruh nyata P0.05. Tabel 36 memperlihatkan litter size sapih pada W1 9.00 ± 2.73 ekor sedikit lebih tinggi daripada W2 8.92 ± 2.15 ekor, demikian juga litter size sapih dengan ransum R2 9.83 ± 2.04 ekor dan R3 9.83 ± 2.99 ekor adalah yang tertinggi tetapi R2 mempunyai standar deviasi yang lebih rendah sedangkan R0 8.00 ± 1.79 ekor adalah yang terendah. Dengan demikian dapat dikatakan litter size sapih meningkat dengan meningkatnya taraf penambahan TTB dalam ransum, meskipun peningkatan tersebut tidak menyebabkan perbedaan yangnyata. Litter size sapih ini terkait dengan litter size lahir dan mortalitas prasapih. Litter size lahir hidup W1 10.17 ekor lebih tinggi daripada W2 9.67 ekor, dan dengan ransum R2 11.17 ekor adalah litter size lahir hidup yang tertinggi sedangkan R0 8.83 ekor adalah yang terendah. Persentase mortalitas pada W1 6.67 lebih rendah daripada W2 12.04, dan persentase mortalitas pada ransum R3 3.86 adalah yang terrendah tetapi pada R0 15.03 adalah yang tertinggi. Gambar 20 secara rinci memperlihatkan litter size sapih anak babi berdasarkan perlakuan. Gambar 20 Litter Size Sapih Gambar 20 terlihat, bahwa perlakuan R2W1 11.33 ± 1.15 ekor