15 mengalami kelahiran lambat atau induk gelisah yang mengakibatkan mortalitas
lahir anak babi yang tinggi. Kualitas ransum pada waktu induk bunting sangat mempengaruhi daya
hidup anak-anak babi yang akan lahir. Semakin baik ransum yang diberikan pada waktu bunting semakin baik pula kondisi anak-anak yang akan lahir dan
selanjutnya dapat diharapkan lebih banyak dari anak-anak yang lahir tersebut yang akan dapat disapih. Hal ini dapat disebabkan adanya pengaruh sisa atau
“residual effect” dari ransum yang baik pada waktu bunting tersebut terhadap fase selanjutnya. Pengaruh sisa yang demikian ini tidak hanya berlaku pada waktu
bunting dan menyusui saja, tapi berlaku pula pada fase-fase berikutnya secara berantai Parakkasi 1990.
Pemberian ransum yang berlebihan harus dihindari karena akan membuang-buang ransum pemborosan ransum yang sia-sia dan induk akan
kegemukan sehingga menyulitkan saat beranak dan akan mengurangi litter size. Pemberian ransum yang kurang dari kebutuhan akan mengurangi kekuatan induk
saat proses beranak dan saat anak lahir, mengurangi kemungkinan hidup anak dan induk babi, kapasitas produksi air susu induk akan menurun sehingga
mempengaruhi daya tahan anak babi setelah dilahirkan Parakkasi 1990. Kelompok induk babi yang diberi ekstrak tanaman bangun-bangun 1000
ppm menunjukkan kematian dan pengafkiran induk yang lebih rendah selama masa bunting dan laktasi bila dibandingkan dengan kelompok induk babi yang
tidak diberi ekstrak tanaman bangun-bangun Amrik Bilkei 2004 .
2.4.2. Pemberian Ransum Selama Masa Laktasi
Bila pada waktu bunting peternak harus membatasi jumlah pemberian ransum, maka pada waktu laktasi program tersebut segera harus dirobah kearah
yang lebih bebas. Nilai dari seekor induk antara lain ditentukan oleh banyaknya anak yang dapat disapih dari anak-anak yang dilahirkan dan berat badan anak-
anak babi selama menyusu sampai disapih. Kesehatan anak-anak babi tersebut banyak dipengaruhi oleh cara pemberian ransum pada induk dan anak-anak babi
pada masa menyusu. Produksi air susu induk babi erat hubungannya dengan jumlah anak yang menyusu, maka program pemberian ransum hendaknya
berdasarkan jumlah anak juga Parakkasi 1990.
16 Seekor induk babi saat laktasi dapat menghasilkan sekitar 7.0 kg air susu
sehari yang menunjukkan, bahwa kebutuhan zat-zat makanan dalam ransum induk laktasi jelas lebih tinggi daripada kebutuhan induk babi bunting. Kebutuhan
ransum selama laktasi tergantung dari banyaknya anak yang disusui, sebab semakin banyak anak akan semakin besar perangsang produksi air susu induk.
Cara sederhana untuk menghitung kebutuhan ransum babi menyusu adalah 2 kg ransum untuk induk dan 0.5 kg bagi setiap anak. Ransum penguat yang cukup
harus diberikan kepada induk bila peternak menghendaki produksi air susu yang cukup untuk menyapih anak babi yang sehat Sihombing 2006. Ada beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam mempertimbangkan jumlah dan kualitas ransum pada beberapa hari setelah beranak. Faktor-faktor tersebut antara lain
jumlah dan kondisi anak babi pada waktu itu, bila produksi air susu cukup banyak sedangkan jumlah anak yang lebih sedikit, maka pemberian ransumnya
hendaknya dihemat. Penyumbatan ambing dan masalah laktasi lainnya dapat ditekan dengan mengurangi jumlah ransum yang diberikan pada waktu beranak
yang kemudian ditingkatkan sedikit demi sedikit Parakkasi 1990. Tabel 8 menunjukkan perkiraan kebutuhan ransum induk babi berdasarkan bobot induk
dan jumlah anak babi. Tabel 8 Perkiraan Kebutuhan Ransum Induk Babi Laktasi
Jumlah anak ekor Ransum kg yang menyuplai kebutuhan energi ED
sesuai dengan bobot induk kg 135
180 225
3 3.6
4.0 4.5
4 3.9
4.3 4.8
5 4.2
4.6 5.1
6 4.6
5.0 5.5
7 5.0
5.4 5.9
8 5.2
5.6 6.1
9 5.5
5.9 6.4
10 5.6
6.0 6.5
11 5.6
6.0 6.5
12 5.7
6.1 6.6
Sumber: Alberta Agriculture 1983
Program pemberian ransum pada saat beranak yang tepat untuk semua kondisi belum diperoleh, sehingga peternak selalu harus berusaha untuk
mengadaptasi program pemberian ransumnya dengan kondisi kelahiran yang
17 dihadapi oleh ternaknya Sihombing 2006. Kemampuan ternak babi
mengkonversi makanan kedalam bentuk pertambahan bobot badan disebut dengan efisiensi penggunaan makanan. Efisiensi penggunaan makanan tergantung pada
kebutuhan ternak akan energi dan protein untuk hidup pokok, pertumbuhan, atau fungsi tubuh lainnya, kemampuan ternak untuk mencerna zat makanan, jumlah zat
yang hilang melalui proses metabolisme dan tipe makanan yang dikonsumsi. Menurut Devendra dan Fuller 1979, faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
penggunaan makanan adalah nutrisi, bangsa ternak, lingkungan dan kesehatan ternak.
2.4.3. Litter Size Lahir