Penelitian Sebelumnya TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Inflasi

2.9 Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian empiris yang menjelaskan tentang keterkaitan inflasi dengan beberapa variabel lain yang memengaruhinya disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Ringkasan hasil penelitian sebelumnya No. Peneliti Objek Tujuan Metode dan Data Hasil 1. Beirne 2009 Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan atau memicu terjadinya inflasi secara komprehensif pada 10 negara anggota baru dari Uni Eropa. Metode panel data dinamis dengan menggunakan data kuartalan tahun 1998 – 2007, Variabel-variabel yang diteliti adalah yang mewakili kondisi spesifik dari setiap negara dan merepresentasikan faktor global. Inflasi inersia, nilai tukar nominal efektif NEER, defisit fiskal, belanja pemerintah, investasi PMTB, kondisi infrastruktur dan variabel-variabel yang menggambarkan tekanan inflasi yang berasal faktor global berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi di negara-negara yang diteliti. 2. Benigno and Faia 2010 Meneliti tentang bagaimana mekanisme transmisi dari globalisasi dan besarnya dampak pass-through terhadap inflasi. Metode yang digunakan adalah Seemingly Unrelated Regressions SUR dengan data yang digunakan adalah kuartalan tahun 1983 – 2008 untuk 5 industri manufaktur di Amerika Serikat. Derajat pass-through akan meningkat seiring dengan bertambahnya produk asing ke pasar domestik. Lebih lanjut, tingkat ketergantungan dari perusahaan domestik yang menggunakan komponen impor dalam melancarkan strategi penentuan harga juga meningkat bila kemudian terjadi peningkatan derajat kompetisi dengan perusahaan asing. 59 3. Bowdler and Malik 2006 Meneliti tentang dampak keterbukaan perdagangan terhadap volatilitas inflasi. Metode panel dinamis dengan model unbalanced panel. Penelitian dilakukan pada 96 negara dengan data kuartalan tahun 1961 – 2000. Keterbukaan perdagangan memberikan pengaruh negatif terhadap volatilitas inflasi. Hubungan tersebut terlihat sangat kuat pada negara-negara berkembang developing and emerging market economies . 4. Gali and Gertler 2000 Membangun model struktural inflasi dengan mengakomodir aturan backward-looking berdasarkan kurva Phillips versi New Keynesian New Keynesian Phillips Curve NKPC. Metode GMM nonlinear dengan variabel instrumen dan marginal cost sebagai driving force variable dalam model NKPC hibrid. Model hibrid cukup robust dlm menjelaskan aturan backward-looking, sementara aturan forward-looking lebih dominan dalam menjelaskan inflasi. 5. Lemos 2004b Meneliti tentang pengaruh dari penetepan upah minimum terhadap tingkat harga. Studi kasus yang digunakan adalah negara Amerika Serikat namum menggunakan berbagai teknik estimasi termasuk data dengan tahun yang berbeda- beda. Penyesuaian upah minimum akan memberi dampak positif terhadap tingkat upah dan harga namun tidak berdampak negatif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja, namun pengaruhnya terhadap inflasi relatif kecil, berdasarkan berbagai teknik estimasi yang digunakan. 6. Wimanda 2006 Melakukan studi tentang karakteristik, konvergensi dan determinan inflasi regional di Indonesia Metode yang digunakan adalah Granger causality; koefisien korelasi; koefisien konvergensi  dan ; dan OLS Inflasi regional cenderung divergen, sementara determinan penting dalam inflasi regional adalah ekspektasi inflasi backward looking dan nilai tukar. 7. Lünnemann and Mathä 2005 Meneliti tentang derajat kekakuan harga dan persistensi inflasi, khususnya terkait dengan harga yang diatur dan tarif jasa untuk 15 negara Uni Eropa. Disagregasi indeks HICP. Administred prices cenderung rigid ke bawah dan cukup besar dalam memengaruhi inflasi. Jika dikeluarkan dari paket penghitungan indeks harga, maka akan mengurangi terjadinya persistensi dari inflasi secara agregat. 8. Solikin 2007 Melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik tekanan inflasi di Indonesia Menggunakan metode SVAR model dekomposisi Cholesky, dengan analisi data kuartalan tahun 1974 – 2002. FEVD menunjukkan bahwa guncangan pada sisi penawaran, yang merupakan agregasi dari shock dari luar negeri dan kondisi penawaran agregat, relatif lebih dominan dalam memengaruhi harga dibanding sisi permintaan. Implikasi hasil adalah kebijakan moneter masih dapat digunakan secara berhati-hati untuk memengaruhi inflasi. 9. Solikin 2004 Meneliti tentang keberadaan dari kurva Phillip dalam perekonomian Indonesia Model yang digunakan adalah hybrid NKPC yg diestimasi dengan GMM, sementara driving force variable adalah output gap , dengan estimasi output gap berbagai metode Kurva Phillips versi NKPC memang benar eksis, dengan tradeoff antara output gap dan tingkat inflasi berubah seiring dengan terjadinya perubahan struktural di Indonesia time dependent . Selain itu diketahui pula bahwa perilaku forward-looking berperan lebih penting dalam membentuk inflasi dibanding dengan unsur backward-looking. 61 10. Mehrotra et al. 2007 Membangun sebuah model inflasi untuk negara China dalam perspektif provinsi untuk melihat sampai sejauh mana NKPC dapat menangkap proses terjadinya inflasi pada tingkat provinsi. Baseline model adalah hybrid NKPC dengan driving force variable adalah output gap, yg diestimasi metode GMM. Kemudian untuk menjelaskan perbedaan pembentukan inflasi digunakan regresi probit. Inflasi dengan output gap sebagai driving force variable dan aturan forward-looking cukup baik dalam menjelaskan perilaku inflasi hanya provinsi-provinsi di wilayah pesisir timur saja akan tetapi tidak dapat menjelaskan perilaku inflasi di wilayah lainnya. 11. Al-Nasser et al . 2009 Berusaha untuk membuktikan validitas dari hubungan negatif antar keterbukaan perdagangan dengan tingkat inflasi yang sebelumnya telah diteliti oleh Romer 1993. Metode yang digunakan adalah metode data panel, dengan jumlah negara yang diteliti sebanyak 152 negera untuk tahun 1950 – 1992. Pada prinsipnya hasil penelitian dari Romer masih berlaku sampai dengan tahun 1990-an dan mementahkan kritik yang menyatakan hubungan yang sebaliknya. Hasil penelitian cukup robust karena berdasarkan pembagian kelompok negara-negara menunjukkan hasil yang sama. 12. Prasertnukul et al . 2010 Meneliti tentang dampak dari diadopsinya kerangka kerja penargetan inflasi inflation- targeting framework ITF terhadap pass-through dan volatilitas nilai tukar di Indonesia, Filipina, Thailand dan Korea. Metode yang digunakan adalah OLS, SURE dan VAR untuk melihat dampak pass-through, dan untuk melihat volatilitas digunakan metode GARCH, dengan data bulanan dari Januari 1990 - Juni 2007. Secara umum, dengan diadopsinya ITF, akan menurunkan derajat exchange rate pass-through dan volatilitas inflasi. Khusus untuk Indonesia, pengaruhnya tidak terlihat signifikan.

2.10 Kerangka Pemikiran Penelitian