Jenis dan Sumber Data

dengan : nilai DKTI = 0 untuk KBI dan nilai DKBI = 1 untuk KTI nilai dari  1 diharapkan positif + untuk dummy Pulau Jawa, sebaliknya  2 diharapkan bernilai negatif  untuk dummy KTI.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang berasal dari berbagai sumber. Data yang dikumpulkan adalah data panel tahunan dari seluruh provinsi di Indonesia, kecuali provinsi pemekaran sehingga jumlah provinsi yang dianalisis adalah 26 provinsi, masing-masing dengan rentang waktu tahun 1999 – 2009. Adapun deskripsi dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini seperti dapat dilihat pada persamaan 3.5 dan 3.6 adalah sebagai berikut : 1. Harga P diwakili dengan IHK ibukota provinsi sebagai proksi dari tingkat harga pada level provinsi dan dinyatakan dalam bentuk logaritma natural. Dasar penggunaan proksi ini adalah ibukota provinsi sebagai pusat pertumbuhan yang akan memengaruhi daerah lainnya di luar ibukota provinsi. 2. Output aktual Y diproksi dengan PDRB atas dasar harga konstan adhk. Output potensial YPOT merupakan estimasi dari PDRB adhk dengan metode detrending. Output gap OG selanjutnya diturunkan dengan menghitung deviasi antara output aktual terhadap output potensialnya. OG = ln Y – ln YPOT. Terkait dengan proses estimasi output potensial, data PDRB adhk yang digunakan adalah periode tahun 1983 – 2009, sementara untuk analisis hanya menggunakan tahun 2000 – 2009. 3. Proksi dari nilai tukar KURS yang digunakan adalah kurs rupiah per dolar AS, sementara dari nilai tukar nominal efektif XR dihitung dengan membagi kurs dengan tingkat harga atau dalam bentuk logaritma natural XR = ln KURS – P. 4. Proksi dari suku bunga nominal adalah suku bunga acuan dari BI BI rate, sementara suku bunga riil IR dihitung dengan persamaan Fisher, yaitu suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi yang diharapkan Mankiw, 2007. Tingkat inflasi  e yang diharapkan diproksi inflasi IHK periode sebelumnya. 5. Jumlah uang beredar JUB yang digunakan adalah jumlah uang beredar dalam arti sempit. Jumlah uang beredar riil M1 diproksi dengan membagi besarnya jumlah uang beredar dalam arti sempit dengan tingkat harga. Dalam bentuk logaritma natural M1 = ln JUB – P. 6. Pengeluaran belanja pemerintah daerah secara nominal GEXP dihitung dengan menjumlahkan seluruh belanja pemerintah daerah untuk barang dan jasa pada tingkat provinsi dan kabupatenkota dalam satu provinsi, sementara belanja riil G diperoleh dengan membagi belanja nominal dengan tingkat harga. Dalam bentuk logaritma natural G = ln GEXP – P. 7. Indeks Harga BBM BM merupakan proksi dari administred prices yang dinyatakan dalam bentuk logaritma natural. Indeks harga ini dikonstruksi dari perkembangan harga bensin premium, harga solar dan harga minyak tanah berdasarkan nilai konsumsi masing-masing dan tidak diterbitkan secara resmi oleh BPS. 8. Upah minimum nominal diproksi dengan dua variabel, yaitu besarnya gaji PNS terendah GPNS dan Upah Minimum Provinsi UMP. Upah minimum riil untuk sektor swasta W1 dan pemerintah W2 masing-masing dihitung dengan membagi upah minimum nominal dengan tingkat harga, atau dalam bentuk logaritma natural W1 = ln UMP – P dan W2 = ln GPNS – P. 9. Kondisi infrastruktur IS diwakili oleh infrastruktur jalan raya, dengan diproksi dengan panjang jalan raya dengan kondisi baik km dibagi dengan luas wilayah km 2 dan kemudian dinyatakan dalam bentuk logaritma natural. Proksi ini mengacu pada pendekatan yang telah banyak diterapkan dalam beberapa penelitian, termasuk oleh Asian Development Bank ADB. 10. Derajat keterbukaan perdagangan trade openness diproksi dengan membagi nilai total trade nilai ekspor ditambah impor dengan total output. Nilai ekspor dan impor dimaksud diambil dari data PDRB menurut penggunaan, sementara total output menggunakan PDRB total, keduanya pada tingkat provinsi dan dinyatakan merupakan PDRB nominal atau PDRB atas dasar harga berlaku adhb. Secara umum, sumber data dan data dasar yang akan digunakan dalam analisis dirangkum dalam tabel berikut : Tabel 5. Sumber data dan data dasar yang digunakan dalam analisis No. Variabel Keterangan Sumber 1. IHK rebasing : tahun dasar 2000 BPS : diolah 2. PDRB adhk rebasing : tahun dasar 2000 jutaan rupiah BPS : diolah 3. KURS Rupiah per dolar AS BI 4. Suku bunga BI rate BI 5. Jumlah uang beredar Jumlah uang beredar dalam arti sempitM1 BI 6. Indeks Harga BBM rebasing : tahun dasar 2000 BPS : diolah 7. Upah Minimum Provinsi UMP Dalam rupiah Kemenakertrans 8. Gaji PNS terendah Dalam rupiah Kemenkeu 9. Panjang jalan Panjang jalan raya dengan kondisi baik km BPS 10. Luas wilayah Dalam km 2 BPS 11. Ekspor Nilai ekspor dari PDRB menurut penggunaan atas dasar harga berlaku jutaan rupiah BPS 12. Impor Nilai impor dari PDRB menurut penggunaan atas dasar harga berlaku jutaan rupiah BPS 13. PDRB adhb PDRB atas dasar harga berlaku jutaan rupiah BPS 14. IRIO 2005 Digunakan sebagai matriks penimbang spasial model spatial lag W Bappenas BPS : diolah Keterangan : jumlah uang beredar pada level nasional Selanjutnya, mengingat keterbatasan data untuk jumlah uang beredar pada tingkat provinsi, maka dilakukan estimasi dengan metode proporsi jumlah uang beredar dalam arti sempit pada level nasional dengan alokator yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga berlaku adhb menurut provinsi. Estimasi ini merujuk pada teori kuantitas uang, yang menyatakan bahwa jumlah uang beredar berbanding lurus dengan aktivitas perekonomian yang diproksi dengan PDRB atas dasar harga berlaku. Alasan lain dalam penggunaan indikator PDRB atas dasar harga berlaku menurut provinsi sebagai pendekatan dari jumlah uang beredar menurut provinsi adalah korelasinya yang tinggi dengan jumlah uang beredar pada level nasional.

3.4 Hipotesis Penelitian