Model Perbedaan Kondisi Infrastruktur antar Wilayah

122 10, sedangkan Wald chi-test menunjukkan P – value yang kurang dari 1. Sayangnya, pada metode panel dinamis non spasial didapati kondisi yang tidak konsisten dengan teori ekonomi yang berlaku umum seperti money growth memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap inflasi dan hal ini sulit dijelaskan baik secara teoritis maupun empiris. Disamping itu, ditemui pula besarnya derajat pass through dan interaksi antara perubahan kondisi infrastruktur dan perubahan derajat keterbukaan perdagangan tidak signifikan pengaruhnya terhadap inflasi  = 10, sementara model dasar menyatakan hal sebaliknya. Berdasarkan pemeriksaan validitas hasil estimasi yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan bahwa metode data panel dinamis non spasial kurang konsisten dengan teori ekonomi yang berlaku secara umum dan model sebelumnya. Tidak jauh berbeda dengan metode data panel dinamis non spasial, hasil estimasi dari metode SAB juga menyatakan pengaruh dari money growth yang negatif terhadap inflasi, namun tidak signifikan, sementara didapati besarnya exchange rate pass through yang juga tidak signifikan. Selain itu, pengaruh penyesuaian BBM yang pada model dasar berpengaruh positif dan signifikan, pada estimasi persamaan 3.8 tidak terlihat signifikan pada taraf 10, meskipun pengaruhnya tetap positif terhadap inflasi. Berdasarkan perbandingan hasil estimasi dengan menggunakan kedua metode data panel dinamis, secara relatif metode data panel spasial dinamis lebih baik dibanding metode non spasial, namun estimasi yang diberikan kurang robust jika dibandingkan dengan estimasi model dasar. Meski demikian, perlu digarisbawahi bahwa estimasi tersebut merupakan hasil terbaik yang diperoleh dalam penelitian ini, sehingga estimasi tersebut tetap akan digunakan dalam interpretasi model terkait dengan penerapan kebijakan kerangka penargetan inflasi di Indonesia.

5.4.3 Model Perbedaan Kondisi Infrastruktur antar Wilayah

Sebelum menjelaskan hasil estimasi dari model ini, perlu diketahui bahwa untuk melihat perbedaan kondisi infrastruktur terhadap volatilitas inflasi, maka hanya akan difokuskan bagaimana peran dari interaksi antara perubahan kondisi infrastruktur dan perubahan derajat keterbukaan perdagangan terhadap inflasi dirinci menurut kelompok wilayah Jawa dengan luar Jawa berdasarkan persamaan 123 3.9 dan 3.10 dan kelompok wilayah Kawasan Barat Indonesia KBI dengan Kawasan Timur Indonesia KTI, dari persamaan 3.11 dan 3.12. Seperti metode estimasi sebelumnya, pada FD-GMM dibuat sistem persamaan variabel instrumen dengan predetermined variable yang sama, kecuali pada kelompok wilayah KBI dengan KTI ditambah interaksi antara perubahan kondisi infrastruktur dan perubahan derajat keterbukaan perdagangan, sementara untuk metode SAB menggunakan persamaan simultan dengan satu variabel endogen, yaitu keterkaitan inflasi secara spasial W P dan predetermined variable sebagaimana digunakan pada model dasar, namun tambahan variabel instrumen untuk model pada masing-masing kelompok wilayah berbeda. Untuk melihat inflasi kelompok wilayah Jawa dengan luar Jawa digunakan variabel instrumen berupa laju perubahan tertimbang spasial dari UMP, derajat keterbukaan perdagangan, kondisi infrastruktur dan suku bunga riil, sementara pada kelompok wilayah KBI dengan KTI tambahan instrumen yang digunakan sama dengan instrumen yang digunakan pada model dasar, guna menangkap terjadinya spillover secara spasial. Hasil estimasi dari perbedaan kondisi kelompok wilayah sebagaimana disajikan pada Tabel 15 menyatakan terpenuhinya syarat perlu dengan menggunakan uji Sargan dan uji Arellano-Bond statistik m 1 dan m 2 , baik diestimasi dengan FD-GMM maupun dengan metode SAB. Meski demikian, terdapat beberapa catatan terkait dengan estimasi yang dihasilkan oleh metode FD-GMM dan SAB, terkait dengan konsistensi dengan hasil estimasi model dasar. Pada model perbedaan inflasi Jawa dengan luar Jawa, pertumbuhan M1 yang diestimasi dengan FD-GMM menunjukkan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap inflasi pada taraf 10, sementara pada model dasar dampaknya tidak signifikan. Sementara untuk estimasi dengan metode SAB menunjukkan hasil yang sama dengan model dasar, baik arah maupun signifikansi dari seluruh variabel yang memengaruhi inflasi. Sedangkan untuk model perbedaan inflasi antara KBI dengan KTI, hasil estimasi metode FD-GMM memperlihatkan arah dan signifikansi yang sama pada hampir semua variabel, kecuali pengaruh dari interaksi antara perubahan kondisi infrastruktur dan perubahan derajat 124 keterbukaan perdagangan yang pengaruhnya signifikan pada  sebesar 10 di model dasar, pada model ini tidak memberikan pengaruh signifikan. Pada pendugaan dengan metode SAB, perbedaan dengan model dasar hanya terjadi pada signifikansi dari hasil estimasinya saja. Tabel 15. Hasil estimasi model data panel dinamis untuk perbedaan volatilitas inflasi antar wilayah Variabel Wilayah Jawa dan Luar Jawa Wilayah KBI dan KTI FD-GMM SAB FD-GMM SAB lag P 0,9655 0.7562 0.9746 0.7116 0,1632 0.1281 0.0606 0.1577 W P - 0.3468 - 0.3769 0.1338 0.1851 OG 0,0529 0.0585 0.0499 0.0434 0,0741 0.1147 0.0979 0.0769 IR -0,0086 -0.0070 -0.0086 -0.0068 0,0008 0.0010 0.0006 0.0013 M1 -0,0248 0.0009 -0.0264 0.0005 0,0150 0.0323 0.0200 0.0302 XR 0,1015 0.0597 0.1035 0.0512 0,0344 0.0179 0.0218 0.0245 G -0,0216 -0.0205 -0.0227 -0.0211 0,0186 0.0304 0.0234 0.0347 W1 - -0.0288 - -0.0337 0.0606 0.0502 W2 0,0317 0.0299 0.0322 0.0309 0,0091 0.0142 0.0114 0.0161 BM 0,0873 0.0482 0.0867 0.0443 0,0037 0.0186 0.0044 0.0233 W1  IS 0,0332 - 0.0270 - 0,0470 0.0600 OP  IS -0,1245 -0.1065 -0.1199 -0.1998 0,0545 0.2232 0.2023 0.2998 OP  IS  DJW 0,1406 0.0729 - - 0,1408 0.8023 OP  IS  DKTI - - -0.0190 -0.0222 0.3389 0.4244 Wald-Test 7204,13 [0.0000] 7148.29 [0.0000] 4439.41 [0.0000] 5181.61 [0.0000] Arelano-Bond - m 1 -3,3110 [0.0009] -2.2204 [0.0264] -3.1054 [0.0019] -2.1411 [0.0323] Arelano-Bond - m 2 0,4095 [0.6822] -0.6614 [0.5084] 0.2837 [0.7766] -0.8335 [0.4046] Sargan Test 25,0530 [1.0000] 24.4450 [1.0000] 25.0623 [0.8861] 22.5063 [1.0000] 2 Keterangan : djw = dummy Pulau Jawa : signifikan pada 1 dkti = dummy KTI : signifikan pada 5 : standart error : signifikan pada 10 [ ] : P-value Secara umum, estimasi dari kedua metode memperlihatkan hasil yang cukup baik karena tanda koefisien cukup konsisten dengan hasil estimasi yang 125 diperoleh dari model dasar, permasalahannya hanya pada masalah tingkat signifikansi dari koefisien hasil estimasi saja. Oleh karenanya, pendugaan dengan kedua metode data panel dinamis tersebut tetap akan digunakan, mengingat interpretasi model hanya akan difokuskan pada interaksi antara perbedaan kondisi infrastruktur dan trade openness terhadap inflasi saja sedangkan variabel lainnya digunakan untuk melihat robustness hasil estimasi. 5.5 Respon Inflasi terhadap Variabel-variabel Non Kebijakan 5.5.1 Peran