Permintaan Agregat Pendekatan Kurva AD – AS

administered prices , harga sembako, nilai tukar, upah minimum, suku bunga, harga periode sebelumnya, dan gaji PNS. Terkait dengan hasil penelitian untuk kasus Indonesia tersebut, hasil pendekatan survei menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi sebagian besar dipengaruhi oleh indikator ekonomi. Satu hal yang perlu menjadi catatan penting yaitu hasil pendekatan survei tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa ekspektasi inflasi tersebut berasal dari common knowledge , sehingga hipotesis ekspektasi rasional sepertinya tetap berlaku untuk setidaknya untuk kasus negara Indonesia.

2.4 Pendekatan Kurva AD – AS

Pendekatan AD – AS dibangun berdasarkan pendekatan dua buah kurva, yaitu kurva permintaan agregat aggregate demandAD dan kurva penawaran agregat aggregate supplyAS yang mewakili terjadinya kondisi keseimbangan ekuilibrium serentak yang terjadi pada pada sisi permintaan dan sisi penawaran. Kurva permintaan agregat adalah kurva yang mewakili sisi permintaan dan menggambarkan bagaimana pengaruh dari harga terhadap output, sedangkan kurva penawaran agregat adalah kurva yang menggambarkan pengaruh dari output terhadap tingkat harga Blanchard, 2006.

2.4.1 Permintaan Agregat

Kurva permintaan agregat dapat diturunkan dari kurva IS – LM yang berdasarkan model Keynesian, yaitu kondisi yang mewakili terjadinya keseimbanganekuilibrium serentak yang terjadi pada pasar barang dan pasar uang. Kurva IS adalah kurva yang mewakili kondisi keseimbangan pada pasar barangjasa yang dinyatakan dalam kombinasi hubungan antara output dan tingkat suku bunga dengan total jumlah barang yang diproduksi sama dengan total jumlah barangjasa yang diminta. Secara ringkas persamaan untuk kurva IS dalam kondisi perekonomian terbuka dari model Keynesian adalah : Y = f G, r,  .............................................. 2.6 dengan : Y = output G = belanja pemerintah r = suku bunga riil  = nilai tukar efektif Kurva LM adalah kondisi yang mencerminkan keseimbangan di pasar uang berdasarkan kombinasi hubungan antara tingkat suku bunga dan output dengan permintaan uang money demand sama besar dengan penawaran uang money supply. Pendekatan Keynesian untuk kondisi real money balanced tersebut dapat diringkas menjadi persamaan berikut Romer, 2006 :   Y r L P M e ,    .............................................. 2.7 dengan : M = stok uang P = tingkat harga Y = output r = suku bunga riil  e = ekspektasi inflasi Merujuk pada pendekatan Keynesian, stok uang M pada persamaan 7 diasumsikan sebagai variabel eksogen, dan sebagai asumsi tambahan, tingkat harga P dianggap tetap sehingga ekspektasi inflasi  e sama dengan nol, sehingga persamaan 7 menjadi   Y r L P M ,  .............................................. 2.8 atau dapat dituliskan pula dalam bentuk        r P M f Y , .............................................. 2.9 Jika kemudian persamaan 2.6 dan persamaan 2.9 digabungkan, akan diperoleh persamaan untuk permintaan agregat :         , , , r G P M f Y .............................................. 2.10 Persamaan 10 secara implisit memperlihatkan bagaimana stok uang riil , belanja pemerintah G, suku bunga riil r dan nilai tukar efektif  dapat memengaruhi permintaan agregat. Empat variabel tersebut, yaitu belanja pemerintah G adalah instrumen kebijakan fiskal sementara suku bunga riil r, nilai tukar efektif  dan stok uang riil bukan merupakan instrumen atau sasaran dari kebijakan moneter secara langsung karena sesungguhnya nilai nominal dari ketiga variabel terakhirlah yang merupakan instrumen dan sasaran kebijakan moneter. Terkait dengan analisis AD – AS, bila pemerintah melakukan kebijakan fiskal yang ekspansif, yaitu dengan meningkatkan belanja pemerintah, maka hal tersebut akan mendorong peningkatan harga, artinya akan menyebabkan       P M       P M terjadinya inflasi. Ilustrasi dari dampak kebijakan fiskal ekspansioner dan kebijakan moneter ekspansioner dalam kerangka analisis IS – LM dan analisis permintaan dan penawaran agregat kurva AD – AS tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Sumber : Blanchard 2004 Gambar 5. Mekanisme transmisi kebijakan fiskal ekpansioner dan kebijakan moneter ekpansioner terhadap inflasi. Saat terjadinya kebijakan fiskal ekspansioner seperti peningkatan belanja pegawai atau peningkatan gaji pegawai pemerintah, output akan meningkat dan menyebabkan permintaan akan uang juga meningkat sehingga menyebabkan suku bunga naik dan kurva IS bergeser ke kanan Gambar 5 panel a atas. Akibat peningkatan output tersebut, permintaan agregat mengalami peningkatan sehingga kurva AD akan bergeser ke kanan dan menyebabkan terjadinya kenaikan harga secara agregat Gambar 5 panel a bawah. Merujuk pada pendekatan analisis AD – AS seperti telah disampaikan sebelumnya, kenaikan harga secara agregat ini didefinisikan sebagai inflasi. Sedikit berbeda dengan ilustrasi kebijakan fiskal ekspansioner, inflasi yang berasal dari sektor moneter berawal dari kenaikan stok uang sebagai hasil dari kebijakan moneter ekspansioner yang menyebabkan kurva LM bergeser ke kanan sehingga menyebabkan suku bunga mengalami penurunan. Akibat penurunan suku bunga tersebut, investasi meningkat dan output juga mengalami peningkatan Gambar 5 panel b atas. Mekanisme selanjutnya sama seperti pada saat terjadinya kebijakan fiskal ekspansioner, kurva AD bergeser ke kanan dan menyebabkan kenaikan harga secara agregat Gambar 5 panel b bawah.

2.4.2 Penawaran Agregat