Output Potensial dan Output Gap

Berdasarkan hipotesis tersebut, NKPC dengan basis model hibrid dapat dituliskan sebagai: ヾ t = b ヾ t-1 + f t { ヾ t+1 } + mc t ’ .............................................. 2.4 atau dengan menggunakan variabel output gap sebagai driving force variabel Solikin 2004; Mehrotra et al. 2007 : ヾ t = b ヾ t-1 + f t { ヾ t+1 } + y t – y t .............................................. 2.5 dengan b dan f masing-masing merupakan koefisien dekomposisi dari beberapa parameter dalam permodelan, sekaligus mencerminkan perilaku backward-looking dan forward-looking dari inflasi.

2.3.1 Output Potensial dan Output Gap

Output potensial sering diartikan sebagai level dari kegiatan ekonomi ketika permintaan agregat dan penawaran agregat berada pada kondisi yang konsisten dengan tingkat inflasi yang stabil, sementara kesenjangan output output gap adalah deviasi dari output aktual terhadap tingkat output potensial. Kedua indikator tersebut kian menjadi fokus perhatian, karena kemudian sering digunakan untuk menilai sampai sejauh mana efektivitas dari kebijakan makro ekonomi. Konsep di atas sepertinya dekat dengan definisi yang diberikan oleh Friedman 1968, dalam Gibbs, 1995, yaitu tingkat output maksimum yang bisa dihasilkan tanpa menimbulkan kenaikan inflasi. Definisi yang sedikit berbeda dengan Friedman diberikan oleh Okun 1962, dalam Gibbs, 1995, yang mengatakan bahwa output potensial yang diproksi dengan GNP potensial, bukanlah suatu level yang dapat dihasilkan oleh sejumlah permintaan agregat yang tidak terbatas. Suatu negara bisa saja lebih produktif dalam jangka pendek di bawah tekanan inflasi, namun target untuk memaksimumkan produksi dan tingkat penyerapan tenaga kerja dibatasi oleh keinginan untuk melakukan stabilisasi harga dan mendorong terjadinya pasar bebas atau lebih tepatnya pasar persaingan sempurna. Berdasarkan tujuan tersebut, maka penggunakan tenaga kerja secara penuh full employment harus dipahami sebagai tuntutan untuk memaksimumkan produksi tanpa adanya tekanan inflasi Gibbs, 1995. Lebih lanjut, Justiniano and Primiceri 2008 memberikan definisi tentang output potensial yang berbeda dengan output natural. Output potensial merupakan tingkatan output yang dihasilkan dalam kondisi pasar barang dan pasar tenaga kerja pada pasar persaingan sempurna, sementara output natural adalah output yang dihasilkan ketika pasar tidak dalam keadaan persaingan sempurna namun harga dan upah cukup fleksibel. Berdasarkan perbedaan ini, maka dapat disimpulkan bahwa definisi Justiniano and Primiceri mengenai output potensial cenderung merujuk pada definisi dari Okun tentang output potensial, sementara definisi tentang output natural tidak berbeda dengan definisi dari Friedman, meski keduanya mensyaratkan adanya kondisi NAIRU non-accelerating inflation rate of unemployment . Meskipun konsep di atas sudah cukup jelas, namun dalam praktiknya, baik output potensial, output natural dan output gap adalah unobservable component. Banyak kalangan telah memahami bahwa estimasi yang dihasilkan seringkali dapat dikatakan tidak pasti mengingat perbedaan pendekatan yang digunakan. Perbedaan ini menjadi hal yang problematik karena akan menyebabkan cara diagnosa yang berbeda terhadap kondisi makro ekonomi termasuk rekomendasi kebijakan yang akan dibuat. Cerra and Saxena 2000 menyatakan, setidaknya ada enam pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung output potensial, yaitu metode Hodrick-Prescott HP filter, metode unobserved components dengan beberapa model turunannya, metode struktural VAR dari pendekatan Blanchard Quah, pendekatan fungsi produksi, demand-side model dan sistem estimasi dari output potensial dan NAIRU dengan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode. Penelitian yang sepertinya bisa menjawab bagaimana dinamika output potensial diperoleh dari Justiniano and Primiceri 2008 dengan menggunakan pendekatan dynamic stochastic general equilibrium DSGE untuk mengetahui level output potensial dan output natural pada negara Amerika Serikat berdasarkan data PDB triwulanan. Secara umum, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa output potensial terlihat lebih halus sehingga output gap yang dihasilkan cenderung lebih dekat dengan hasil estimasi dengan pendekatan detrending tradisional. Kondisi sebaliknya, output natural cenderung lebih volatile , sebagai akibat tingginya variasi guncangan dari segi markup. Fluktuasi dari guncangan ini terjadi karena pada pasar persaingan yang tidak sempurna, perusahaan memiliki insentif untuk menaikkan atau menurunkan markup agar dapat memaksimumkan keuntungannya.

2.3.2 Ekspektasi Inflasi