108
menyatakan tidak ditemukannya panel unit root pada variabel interaksi tersebut. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa setelah
dilakukan first differencing, seluruh variabel sudah tidak mengandung unit root lagi.
5.3 Pengujian Kausalitas Granger
Tujuan dari pengujian kausalitas granger antara inflasi dengan beberapa variabel yang diteliti adalah untuk mengetahui variabel-variabel mana yang lebih
dahulu memengaruhi inflasi atau sebaliknya inflasi yang lebih dahulu memengaruhi variabel-variabel lainnya. Hasil pengujian kausalitas granger juga
dapat menyatakan bahwa variabel-variabel yang diteliti saling memengaruhi dengan inflasi atau sebaliknya tidak saling memengaruhi. Satu hal yang perlu
difahami, meski dalam pengujian kausalitas granger dinyatakan bahwa suatu variabel signifikan memengaruhi inflasi, bukan berarti secara otomatis variabel
tersebut akan memberi pengaruh signifikan dalam model data panel. Merujuk pada hasil pengujian kausalitas granger sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 11, didapati empat pola arah hubungan antara inflasi dengan beberapa variabel yang diteliti dan secara tidak langsung merepresntasikan perilaku
hubungan tersebut dari sudut pandang teoritis dan praktis. Pertama, arah hubungan dua arah atau saling memengaruhi, dalam hal ini antara inflasi dengan
penyesuaian suku bunga acuan IR, perubahan jumlah uang beredar riil M1,
perubahan nilai tukar riil XR, penyesuaian gaji PNS W2, dengan
penyesuaian harga BBM BM dan variabel interaksi antara perubahan kondisi
infrastruktur dan perubahan derajat keterbukaan perdagangan OP IS.
Kedua, arah hubungan searah dari variabel yang diteliti memengaruhi inflasi, yaitu output gap OG, kenaikan pengeluaran konsumsi pemerintah
G dan perubahan kondisi infrastruktur
IS, namun tidak berlaku hubungan yang memengaruhi dari inflasi terhadap ketiga variabel tersebut. Ketiga, arah hubungan
searah dari inflasi memengaruhi penyesuaian UMP W1 dan perubahan derajat
keterbukaan perdagangan OP, tetapi tidak sebaliknya. Terakhir adalah tidak
ada hubungan antara inflasi dan interaksi antara perubahan kondisi infrastruktur dengan penyesuaian UMP
W1 IS.
109
Tabel 11. Ringkasan hasil pengujian kausalitas granger antara inflasi dengan beberapa variabel yang diteliti
No. Hipotesis Nol
F-Statistic 1.
OG does not granger cause P
5.6529 P does not granger cause OG
0.4419 2.
IR does not granger cause P 7.0209
P does not granger cause IR 47.9498
3. M1 does not granger cause P
14.6428 P does not granger cause M1
23.5896 4.
XR does not granger cause P 3.4712
P does not granger cause XR 16.8271
5. G does not granger cause P
9.2563 P does not granger cause G
1.5591 6.
W1 does not granger cause P 1.9668
P does not granger cause W1 26.3641
7. W2 does not granger cause P
6.2858 P does not granger cause W2
34.4923 8.
BM does not granger cause P 5.4710
P does not granger cause BM 33.1914
9. IS does not granger cause P
3.4801 P does not granger cause IS
1.5523 10.
OP does not granger cause P 0.0971
P does not granger cause OP 3.7852
11. W1 IS does not granger cause P
0.7191 P does not granger cause W1 IS
1.0030 12.
OP IS does not granger cause dp 5.1231
P does not granger cause OP IS 3.6457
Keterangan : = signifikan pada =
1 Keterangan :
= signifikan pada =
5 Keterangan :
= signifikan pada = 10
Hubungan saling memengaruhi antara inflasi dengan suku bunga acuan memang tidak dapat dipungkiri karena penetapan suku bunga acuan pada
praktiknya bertujuan untuk mencapai tingkat inflasi yang ditargetkan, sedang di sisi lain, dalam proses penentuan besarnya suku bunga, pihak otoritas moneter
memperhatikan kondisi makro ekonomi terkini, salah satunya dengan mengamati inflasi yang terjadi. Berdasarkan tinjauan teoritis, hubungan saling memengaruhi
antara inflasi dengan suku bunga acuan juga dinyatakan dalam aturan suku bunga interest rate rule atau lebih dikenal dengan Taylor rule Romer, 2006.
110
Keterkaitan antara inflasi dengan perubahan nilai tukar riil pada praktiknya bekerja dari jalur imported inflation, yaitu ketika nilai tukar memengaruhi inflasi
sementara inflasi akan memengaruhi nilai tukar riil melalui perbedaan tingkat harga di dalam dan di luar negeri atau karena perbedaan tingkat inflasi. Secara
teoritis, inflasi juga dapat memengaruhi nilai tukar riil melalui paritas suku bunga. Berbeda dengan mekanisme hubungan antara inflasi dan nilai tukar riil, hubungan
saling memengaruhi antara inflasi dengan perubahan jumlah uang beredar M1 riil sedikit rumit jika dirunut jalur transmisinya.
Merujuk pada kerangka analisis AD – AS untuk jangka pendek, inflasi akan membuat jumlah stok uang riil berubah dan hal ini akan menyebabkan
perubahan tingkat output Blanchard, 2004. Adanya perubahan output ini akan kemudian akan direspon oleh pasar tenaga kerja dengan melakukan penyesuaian
tingkat penyerapan tenaga kerja atau dengan kata lain akan memengaruhi tingkat pengangguran dalam pendekatan hukum Okun Okun’s law. Dalam analisis kurva
Phillips, perbedaan tingkat pengangguran tersebut kemudian akan memicu terjadinya inflasi. Demikian seterusnya, mekanisme tersebut terus terjadi sehingga
baik inflasi maupun perubahan jumlah uang riil saling memengaruhi satu dengan lainnya.
Hasil pengujian kausalitas granger juga menyatakan bahwa terjadi proses saling memengaruhi antara inflasi dengan penyesuaian gaji pegawai pemerintah.
Layaknya penentuan upah minimum, penyesuaian gaji PNSTNIPolri, utamanya untuk golongan terendah, merupakan salah satu cara untuk menjaga daya beli dari
pegawai pemerintah tersebut agar tidak tergerus oleh inflasi, meski di sisi lain diharapkan juga akan meningkatkan kinerja mereka. Penyesuaian tingkat gaji
tersebut, pada praktiknya tentu saja harus mempertimbangkan besarnya inflasi untuk menghindari terjadinya money illusion. Sebaliknya, kenaikan gaji
pemerintah merupakan salah satu faktor yang membentuk ekspektasi masyarakat atas inflasi Solikin dan Sugema, 2004. Seperti telah dibahas sebelumnya,
mekanisme kenaikan gaji PNSTNIPOLRI ini memengaruhi inflasi melalui permintaan agregat.
Variabel selanjutnya pada pola hubungan pertama adalah penyesuaian harga BBM, dalam hal ini harga BBM bersubsidi yang terdiri dari bensin premiun,
111
solar dan minyak tanah. Baik secara teoritis maupun secara empiris, sudah tidak dapat disangsikan bila terjadi penyesuaian pada harga BBM akan memicu terjadi
inflasi, namun kondisi sebaliknya tidak mudah dijelaskan. Dalamm praktiknya, inflasi akan menambah berat beban subsidi yang kelak harus ditutup dengan
penerimaan negara yang bersumber dari pendapatan sektor pajak dan non pajak jika subsidi terus diterapkan. Apabila penerimaan negara pada tahun berjalan tidak
dapat mencukupi beban subsidi tersebut, maka akan terjadi defisit fiskal yang pada saat itu juga harus ditutup. Beberapa pilihan dalam menutup defisit fiskal
tersebut adalah melakukan pinjaman, yaitu dengan meluncurkan surat utang negara untuk hutang yang berasal dari dalam negeri atau melalui pinjaman luar
negeri, menerapkan kebijakan pengurangan subsidi atau bahkan pemerintah meminta otoritas moneter untuk melakukan pencetakan uang. Semua pilihan
tersebut pada akhirnya akan berujung pada terjadinya inflasi, termasuk pilihan penyesuaian harga BBM untuk mengurangi subsidi.
Variabel terakhir pada hubungan pertama adalah interaksi antara perubahan kondisi infrastruktur dan perubahan derajat keterbukaan perdagangan
OP IS. Pada pembahasan selanjutnya, akan dijelaskan hubungan searah dari perubahan kondisi infrastruktur dalam memengaruhi inflasi dan inflasi dalam
memengaruhi derajat keterbukaan berdasarkan kausalitas granger. Berdasarkan dua arah hubungan tersebut, maka interaksi antara perubahan kondisi infrastruktur
dan perubahan derajat keterbukaan perdagangan dengan inflasi akan menjadi hubungan dua arah yang saling memengaruhi satu dengan lainnya.
Selanjutnya, untuk pola hubungan yang kedua, yaitu output gap, perubahan
pengeluaran pemerintah
dan perubahan
kondisi infrastruktur
memengaruhi inflasi, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Secara umum, pada bab sebelumnya telah sesungguhnya telah membahas bagaimana ketiga variabel
tersebut memengaruhi inflasi, namun tidak dijelaskan apakah inflasi dapat memengaruhi keduanya. Terkait dengan output gap yang merupakan deviasi dari
output aktual terhadap output potensialnya yang menggambarkan tren output riil dalam jangka panjang sehingga tidak dapat dipengaruhi oleh variabel nominal.
Hal ini tentu sejalan dengan landasan teoritis yang telah disampaikan pada bab sebelumnya. Sementara untuk pengeluaran pemerintah daerah, tidak dipengaruhi
112
oleh inflasi karena dalam melakukan belanja pengeluaran pemerintah sudah diatur dalam APBD yang notebenenya disyahkan oleh DPRD terlebih dahulu sesuai
dengan tujuan, sasaran, target dan program pembangunan yang sudah digariskan dan wajib untuk dilaksanakan. Oleh karenanya, pengeluaran belanja pemerintah
tidak terlalu terpengaruh oleh tingkat inflasi. Kemudian, untuk perubahan kondisi infrastruktur, dalam teori pertumbuhan regional sebagaimana telah disampaikan
pada sebelumnya dinyatakan secara implisit bahwa kondisi infrastruktur merupakan variabel eksogen yang tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya,
termasuk oleh inflasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, wajar jika analisis kausalitas granger menyatakan hubungan yang searah dari perubahan kondisi
infrastruktur memengaruhi inflasi namun tidak terjadi hubungan yang sebaliknya. Pola hubungan ketiga menyatakan bahwa inflasi memengaruhi upah
minimum provinsi UMP dan perubahan derajat keterbukaan perdagangan trade openness
tetapi tidak berlaku sebaliknya. Alasan UMP tidak memengaruhi inflasi akan dijelaskan kemudian pada saat pembahasan model, sementara pada bagian
ini hanya akan dibahas mengenai bagaimana inflasi memengaruhi UMP. Penyesuaian UMP dilakukan setiap tahun melalui proses negosiasi antara
perwakilan pihak perusahaan dan serikat pekerja dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi. Salah satu indikator ekonomi yang umumnya digunakan dalam
proses tersebut adalah tingkat inflasi. Terkait dengan kausalitas Granger yang digunakan, maka lag dari inflasi yang memengaruhi perubahan UMP tahun
berjalan. Sepertinya, hal ini terkait dengan perilaku backward looking dari wage setter
dalam menentukan besarnya UMP. Sedangkan pengaruh dari inflasi terhadap perubahan derajat keterbukaan bekerja melalui transmisi jalur nilai tukar
riil yang tentu saja dipengaruhi oleh inflasi seperti telah dijelaskan sebelumnya. Satu hal yang sedikit mengherankan adalah bagaimana perubahan derajat
keterbukaan perdagangan tidak memengaruhi inflasi sebagaimana ramalan dari teori standar perdagangan internasional. Hal ini bisa terjadi ketika dampak bauran
dari keterbukaan perdagangan menyebabkan terjadinya peningkatan ekspor dan impor secara bersamaan sehingga tidak berpengaruh terhadap harga.
Hasil pengujian kausalitas yang terakhir menyatakan bahwa tidak hubungan saling memengaruhi antara inflasi dengan interaksi antara perubahan
113
kondisi infrastruktur dengan penyesuaian UMP W1 IS. Tidak adanya
keterkaitan ini terkait erat dengan pola hubungan kedua yaitu inflasi tidak dapat memengaruhi perubahan kondisi infrastruktur namun yang terjadi adalah
hubungan sebaliknya dan pola hubungan ketiga yang menyatakan penyesuaian UMP tidak memengaruhi inflasi, tetapi inflasilah yang memengaruhi penyesuaian
UMP. Akibat dari kedua pola hubungan tersebut secara serentak, maka interaksi antara perubahan kondisi infrastruktur dengan penyesuaian UMP tidak
memengaruhi inflasi.
5.4 Hasil Estimasi 5.4.1 Model Dasar