Model Penargetan Inflasi Hasil Estimasi .1 Model Dasar

120 Pemeriksaan selanjutnya adalah apakah arah dari koefisien regresi sudah sesuai dengan nilai parameter yang diharapkan. Tabel 13 memperlihatkan, dari sebelas penduga koefisien yang dihasilkan oleh metode SAB, dua diantaranya yaitu peningkatan belanja pemerintah daerah dan penyesuaian UMP tidak sesuai dengan nilai parameter yang diharapkan. Pada pembahasan sebelumnya, anomali tentang pangaruh peningkatan belanja pemerintah daerah terhadap inflasi telah disinggung dan dapat diterima karena merujuk dari beberapa penelitian empiris kondisi tersebut pernah ditemui, sementara untuk penyesuaian UMP yang berpengaruh negatif terhadap inflasi, namum karena pengaruhnya tidak siginifkan maka dapat diterima, mengingat pada pengujian kausalitas granger memang demikian kondisinya. Berdasarkan uraian tersebut, maka secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa metode SAB relatif konsisten dan robust untuk mengestimasi persamaan 3.6 dibanding metode REM dan model yang diharapkan dapat memberi gambaran mengenai dinamika inflasi di Indonesia pada tataran provinsi, sesuai dengan tujuan penelitian.

5.4.2 Model Penargetan Inflasi

Pembahasan mengenai model penargetan inflasi dimaksud mengacu pada persamaan 3.7 dan persamaan 3.8 yang masing-masing diestimasi dengan menggunakan metode panel data dinamis non spasial dan metode panel data spasial dinamis. Berbeda penyajian pada tabel sebelumnya, pada model penargetan inflasi yang disajikan pada Tabel 14 tidak ditampilkan estimasi untuk metode panel data statis namun langsung menggunakan metode panel data dinamis, sehingga tidak dilakukan lagi pemeriksaan dari continuum hasil estimasi sebagaimana sebelumnya. Perlu diutarakan pula bahwa pada estimasi metode panel data dinamis non spasial menggunakan perlakuan yang sama dengan model dasar, yaitu menggunakan persamaan variabel instrumen dengan pertumbuhan M1 ditetapkan sebagai predetermine variabel, sementara pada metode spasial dinamis digunakan sistem persamaan simultan dengan variabel endogen dan predetermine variabel yang sama seperti sebelumnya, namun hanya menggunakan tiga variabel instrumen yaitu laju perubahan tertimbang spasial dari UMP, derajat keterbukaan 121 perdagangan dan kondisi infrastruktur agar bisa menangkap terjadinya spillover antar provinsi. Tabel 14. Hasil estimasi model data panel dinamis untuk penargetan inflasi Variabel FD-GMM SAB lag P 0,7070 0,5852 0,1825 0,2437 W P - 0,5257 0,2318 OG -0,0299 -0,0055 0,0702 0,1835 IR -0,0093 -0,0076 0,0010 0,0018 M1 -0,0470 -0,0303 0,0225 0,0252 XR 0,0536 0,0818 0,0513 0,0570 G -0,0099 -0,0028 0,0188 0,0137 W1 - -0,0114 0,0165 W2 0,0350 0,0201 0,0124 0,0089 BM 0,0765 0,0134 0,0072 0,0343 W1  IS 0,0016 - 0,0262 OP  IS -0,0442 -0,0841 0,0483 0,2242 DIT -0,0138 -0,0083 0,0108 0,0110 lag P  DIT 0,3390 0,1617 0,1751 0,1823 XR  DIT 0,0090 -0,1142 0,0623 0,0941 Wald-Test 4741,49 [0.0000] 40091,01 [0,0000] Arelano-Bond - m 1 -3,7782 [0.0002] -1,8505 [0,0642] Arelano-Bond - m 2 0,7203 [0.4714] -1,0238 [0,3059] Sargan Test 23,6955 [1.0000] 13,9952 [1,0000] Keterangan : dit = dummy Inflation Targeting : signifikan pada 1 : standart error : signifikan pada 5 [ ] : P-value : signifikan pada 10 Hasil estimasi baik dengan menggunakan metode dinamis spasial dan metode spasial dinamis memperlihatkan terpenuhinya syarat perlu yaitu hasil uji Sargan tidak signifikan pada  sebesar 10 sementara uji Arellano-Bond untuk m 1 signifikan pada tingkat kesalahan 10 dan m 2 tidak signifikan pada taraf uji 122 10, sedangkan Wald chi-test menunjukkan P – value yang kurang dari 1. Sayangnya, pada metode panel dinamis non spasial didapati kondisi yang tidak konsisten dengan teori ekonomi yang berlaku umum seperti money growth memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap inflasi dan hal ini sulit dijelaskan baik secara teoritis maupun empiris. Disamping itu, ditemui pula besarnya derajat pass through dan interaksi antara perubahan kondisi infrastruktur dan perubahan derajat keterbukaan perdagangan tidak signifikan pengaruhnya terhadap inflasi  = 10, sementara model dasar menyatakan hal sebaliknya. Berdasarkan pemeriksaan validitas hasil estimasi yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan bahwa metode data panel dinamis non spasial kurang konsisten dengan teori ekonomi yang berlaku secara umum dan model sebelumnya. Tidak jauh berbeda dengan metode data panel dinamis non spasial, hasil estimasi dari metode SAB juga menyatakan pengaruh dari money growth yang negatif terhadap inflasi, namun tidak signifikan, sementara didapati besarnya exchange rate pass through yang juga tidak signifikan. Selain itu, pengaruh penyesuaian BBM yang pada model dasar berpengaruh positif dan signifikan, pada estimasi persamaan 3.8 tidak terlihat signifikan pada taraf 10, meskipun pengaruhnya tetap positif terhadap inflasi. Berdasarkan perbandingan hasil estimasi dengan menggunakan kedua metode data panel dinamis, secara relatif metode data panel spasial dinamis lebih baik dibanding metode non spasial, namun estimasi yang diberikan kurang robust jika dibandingkan dengan estimasi model dasar. Meski demikian, perlu digarisbawahi bahwa estimasi tersebut merupakan hasil terbaik yang diperoleh dalam penelitian ini, sehingga estimasi tersebut tetap akan digunakan dalam interpretasi model terkait dengan penerapan kebijakan kerangka penargetan inflasi di Indonesia.

5.4.3 Model Perbedaan Kondisi Infrastruktur antar Wilayah