Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

terampil menjawab soal matematika, sehingga penalaran matematis siswa terabaikan. Banyak siswa yang masih kesulitan dalam mengamati pola demi pola dari suatu pola gambarbilangan dan mengestimasi aturan yang membentuk pola tersebut. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh TIMMS The Trends International Mathematics and Science Study pada tahun 2011 menempatkan siswa Indonesia pada urutan ke-38 dari 45 negara dengan nilai rata-rata untuk kemampuan matematika secara umum adalah 386 yang berarti berada pada level rendah, karena standar minimal nilai rata-rata kemampuan matematika yang ditetapkan oleh TIMSS yaitu 500. 4 Capaian rata-rata peserta Indonesia pada TIMSS 2011 mengalami penurunan dari capaian rata-rata pada TIMSS 2007 yaitu 397, dimana kerangka kerja TIMSS 2011 tidak berbeda dengan kerangka kerja TIMSS 2007. 5 Objek penelitian TIMSS adalah siswa kelas IV dan kelas VIII. Indonesia hanya mengikuti untuk kelas VIII saja. Ada dua aspek yang dinilai yaitu, aspek materi dan aspek kognitif. Aspek materi untuk kelas VIII adalah data dan peluang, bilangan, aljabar, dan geometri. Pada aspek kognitif untuk kelas VIII meliputi pengetahuan knowing, penerapan applying, dan penalaran reasoning. Berdasarkan hasil TIMSS 2011 rata-rata persentase yang paling rendah yang dicapai oleh peserta didik Indonesia adalah pada domain kognitif pada level penalaran yaitu sebesar 17, sedangkan pada level pengetahuan sebesar 37 dan pada level penerapan sebesar 23. 6 Terlihat jelas bahwa kemampuan penalaran terdapat dalam aspek kognitif. Pada kenyataannya, skor rata-rata siswa Indonesia adalah 386. Dengan skor rata-rata ini, siswa Indonesia kelas VIII termasuk ke dalam kategori rendah. Hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa masih tergolong rendah. Kemampuan penalaran matematis siswa yang masih rendah, maka dalam 4 Ina V.S. Mullis et.al , TIMSS 2011 international Result in mathematics, Boston College Chessnut Hill, 2011, h. 42. 5 Rosnawati, Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Indonesia pada TIMSS 2011, 2013, http:staff.uny.ac.idsitesdefaultfilespenelitian.Makalah-Semnas-2013-an-R- Rosnawati-FMIPA-UNY.pdf , h. 2. 6 Ibid., h. 2. pembelajaran matematika di kelas, kemampuan penalaran matematis siswa merupakan salah satu kemampuan yang harus ditingkatkan. Dilain pihak ketika peneliti melakukan observasi di kelas VIII MTs Daarul Hikmah Pamulang Barat, ditemukan bahwa guru menerapkan pembelajaran masih menggunakan strategi ekspositori yang lebih bertumpu pada siswa. Setelah melakukan wawancara terhadap guru pengampu pelajaran matematika di MTs Daarul Hikmah Pamulang Barat, peneliti menyimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika dikelas masih menghadapi beberapa masalah yang harus diselesaikan, yaitu masih kurangnya kemampuan penalaran induktif siswa. Hal ini ditandai dengan siswa mengalami kesulitan dalam menarik kesimpulan secara umum generalisasi dari data yang teramati. Selain itu banyak siswa yang masih kesulitan memberi penjelasan terhadap model, atau pola yang ada serta menggunakan pola dalam mengajukan dugaan. Rendahnya kemampuan penalaran ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, kemampuan penalaran induktif siswa perlu dikembangkan, sehingga diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi upaya peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa. Siswa belajar secara individual tidak bisa bereksplorasi, mengemukakan pendapat dan kesimpulan yang ia peroleh. Agar siswa dapat memiliki kemampuan penalaran induktif matematika, hendaknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi kreativitasnya bersama teman secara berkelompok dalam penyelesaian permasalahan matematika. Dengan belajar secara berkelompok hal ini akan membuat siswa berdiskusi mengungkapkan gagasannya yang ia peroleh serta mengemukakan kesimpualan yang di peroleh. Guru harus cermat dalam pemilihan model atau strategi pembelajaran yang digunakan saat mengajar, sehingga siswa dapat memahami dengan jelas setiap materi yang disampaikan dan akhirnya akan membuat proses belajar mengajar tercapai secara optimal. Salah satu strategi pembelajaran yang diimplementasikan dalam pembelajaran matematika adalah Strategi heuristik vee. Strategi heuristik vee merupakan salah satu strategi Heuristik menggunakan metode “V” yaitu metode untuk membantu siswa memahami struktur pengetahuan dan proses bagaimana pengetahuan dikonstruksi. Strategi ini juga bertumpu pada usaha-usaha untuk menggali pengetahuan yang diketahui siswa dan mengatasi dalam permasalahan matematika. Dengan strategi heuristik vee lebih menekankan kepada kegiatan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya dengan pengetahuan awal yang dimiliki sebelumnya, kemudian mempresentasikan di depan kelas dan membuat generalisasi atau kesimpulan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Selain itu, dalam strategi ini siswa dituntut belajar aktif untuk menemukan sendiri suatu permasalahan yang ada. Dalam kegiatan pembelajarannya siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya, sehingga siswa mengetahui darimana pengetahuan barunya itu ada dan dapat dikonstruksi serta siswa diberikan kebebasan dalam mengungkapkan gagasan masing-masing sehingga siswa dapat memberikan penjelasan terhadap data dan membuat kesimpulan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Strategi heuristik vee merupakan suatu strategi pembelajaran yang membantu siswa mengintegrasikan konsep-konsep yang telah diketahui sebelumnya. Diawal prosesnya, siswa diminta untuk berpikir mengenai suatu materi thinking, kemudian akan diberikan masalah problem yang harus dipecahkan dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya, masalah tersebut diselesaikan dalam proses yang dinamakan doing, melalui proses doing siswa memperoleh catatan dari masalah yang diamati dan memperoleh fakta berdasarkan teori yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk membangun pengetahuan melalui penyelidikan, guru bertugas sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa saat proses penyelidikan. Heuristik vee menekankan pada pembelajaran bermakna karena memiliki keterpaduan konseptual dan metodologi. Perubahan konseptual yaitu perubahan dari teori, prinsip dan konsep menuju catatan, transformasi, dan klaim pengetahuan yang dihubungkan oleh kejadian. Strategi ini membantu siswa membangun kemampuan penalaran induktif matematis siswa. Dari uraian di atas penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul” Pengaruh Strategi Pembelajaran Heuristik Vee Terhadap Kemampuan Penalaran Induktif Matematis S iswa”

A. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka timbul berbagai permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pembelajaran matematika di sekolah yang masih diajarkan secara konvensional, menjadi pusat pembelajaran teaching center. 2. Pembelajaran matematika yang biasa dilakukan lebih berkonsentrasi pada penyelesaian soal yang bersifat prosedural saja. 3. Siswa cenderung bersikap pasif dalam proses pembelajaran matematika. 4. Rendahnya kemampuan penalaran induktif matematis siswa.

B. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas pemahaman tentang variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan strategi pembelajaran heuristik vee yang terstruktur, sebagai berikut: orientasi, pengungkapan gagasan siswa thinking, pengungkapan permasalahan problem, pengkontruksian pengetahuan baru, dan evaluasi. 2. Penelitian ini terbatas pada peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa dengan indikator generalisasi, memberi penjelasan terhadap model, fakta, hubungan, atau pola yang ada dan memperkirakan jawaban. 3. Penelitian ini dilakukan pada siswa MTs kelas VIII materi persamaan garis.

C. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kemampuan penalaran induktif matematis siswa yang menggunakan strategi heuristik vee? 2. Bagaimana kemampuan penalaran induktif matematis siswa yang menggunakan strategi konvensional? 3. Apakah pengaruh penggunaan strategi heuristik vee terhadap kemampuan penalaran induktif matematis siswa lebih tinggi dibanding dengan pengaruh penggunaan strategi konvensional terhadap kemampuan penalaran induktif matematis siswa?.

E. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk menganalisis kemampuan penalaran induktif matematis siswa yang pembelajarannya diterapkan dengan strategi heuristik vee. 2. Untuk menganalisis kemampuan peanalaran induktif matematis siswa yang pembelajarannya dilakukan secara konvensional. 3. Untuk menganalisis apakah kemampuan penalaran induktif matematis siswa yang menggunakan strategi heuristik vee lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan strategi konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti a Dapat memunculkan sikap peka terhadap permasalahan pendidikan sehingga dapat memotivasi peneliti untuk masalah-masalah lain dalam dunia pendidikan b Meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti terhadap berbagai aspek pembelajaran penemuan dan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika, dapat mengaplikasi dan kemudian mengembangkannya dalam proses belajar mengajar. 2. Bagi guru sebagai alternatif strategi pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran induktif matematis siswa. 3. Bagi siswa untuk membantu siswa mengembangkan dan meningkatkan kemampuan penalaran induktif menggunakan pembelajaran dengan strategi heuristik vee. 4. Bagi sekolah secara umum dapat menambah referensi baru dalam menggunakan dengan strategi heuristik vee dalam pembelajaran. 10

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Matematika

Istilah matematika berasal dari perkataan latin mathematic, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike , yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu knowledge, science. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar. 1 Menurut Johnson dan Rising dalam bukunya yang dikutip Suherman mengatakan bahwa, matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika adalah pola berpikir. 2 Reys dkk dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. 3 Ruseffendi menjelaskan matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunia nya secara empirik kemudian diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif. Jadi matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir dan bernalar. Dari pendapat para ahli yang di paparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan cara atau proses berpikir dengan menggunakan penalaran. Matematika merupakan ilmu yang memiliki keterkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, kreatif dan sistematis. Dalam dunia pendidikan matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan sangat penting, hal ini dapat dilihat bahwa disemua jenjang pendidikan terdapat mata pelajaran 1 Erman Suherman, dkk., Common Text Book: Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia UPI, 2001, h. 17-18 2 Ibid., h. 19. 3 Ibid.