Hasil Posttest Kemampuan Penalaran Induktif Matematis Siswa

1 2 3 4 5 6 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 F re k uens i Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Nilai Kemampuan Penalaran Induktif Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Gambar 4.1 menunjukkan adanya perbedaan kemampuan penalaran induktif matematis antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa kurva kelas eksperimen lebih bergeser ke kanan. Nilai tertinggi pada kelas kontrol masih lebih rendah dibandingkan nilai tertinggi pada kelas eksperimen. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen sebesar 93, sedangkan kelas kontrol hanya 75 dengan selisih nilai 18. Pada kelas eksperimen nilai terendah juga lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Nilai terendah pada kelas eksperimen sebesar 39, sedangkan kelas kontrol hanya 36 dengan selisih nilai 3. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan penalaran induktif matematis siswa kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan strategi heuristik vee lebih tinggi daripada kemampuan penalaran induktif matematis siswa kelas kontrol yang diajarkan dengan strategi ekspositori.

2. Indikator Kemampuan Penalaran Induktif Matematis Siswa Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol Penelitian ini mengukur kemampuan penalaran induktif berdasarkan tiga indikator diantaranya generalisasi, memperkirakan jawaban dan memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan atau pola yang ada. Ditinjau dari indikator penalaran induktif matematis tersebut, skor persentase rata-rata indikator penalaran induktif matematis pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Indikator Penalaran induktif Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No. Indikator Eksperimen kontrol ̅ ̅ 1 Generalisasi 3,08 77 5,13 64,12 2 Memberi penjelasan 2,63 65,67 6,46 53,82 3 Memperkirakan jawaban 2,52 63 4 50 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara skor kemampuan penalaran induktif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ditinjau dari tiga indikator tersebut. Jika dilihat dari masing-masing indikator siswa yang mampu mencapai indikator generalisasi pada kelas eksperimen sebesar 77 dari seluruh siswa, sedangkan siswa pada kelas kontrol mendapat rata-rata skor lebih kecil yaitu sebesar 64,12 dengan selisih 12,88. Hal ini berarti, siswa pada kelas eksperimen lebih mampu membuat generalisasi dari masalah yang diberikan dibandingkan kelas kontrol. Nilai skor rata-rata pada indikator memberi penjelasan siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol yaitu mampu mencapai skor sebesar 65,67, sedangkan kelas kontrol hanya mencapai skor sebesar 53,82, dengan selisih sebesar 11,85. Artinya, siswa pada kelas eksperimen juga lebih mampu memberikan penjelasan terhadap hubungan atau pola yang ada dibandingkan kelas kontrol, karena persentase rata-rata skor siswa kelas eksperimen pada indikator tersebut lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Pada Tabel 4.4 terlihat untuk indikator yang ketiga yaitu memperkirakan jawaban siswa pada kelas eksperimen mampu mencapai skor sebesar 63 dari seluruh siswa, sedangkan siswa pada kelas kontrol hanya mampu mencapai skor sebesar 50 dari seluruh siswa, dengan selisih 13. Artinya, siswa pada kelas eksperimen juga lebih mampu memperkirakan jawaban dari masalah yang diberikan dibandingkan kelas kontrol, karena persentase rata-rata skor siswa kelas eksperimen pada indikator memperkirakan jawaban lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan uraian di atas dari ketiga indikator kemampuan penalaran induktif matematis siswa yang diukur pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, pada indikator generalisasi, memperkirakan jawaban dan memberi penjelasan memiliki selisih nilai skor rata-rata terbesar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini berarti, kemampuan penalaran induktif matematis siswa pada indikator tersebut memiliki perbedaan yang paling besar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Secara visual skor persentase indikator penalaran induktif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam diagram berikut ini: Gambar 4.2 Grafik Nilai Indikator Kemampuan Penalaran Induktif Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Gambar 4.4 terlihat bahwa ketercapaian indikator kemampuan penalaran induktif matematis siswa pada kelas eksperimen selalu lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Artinya, siswa pada kelas eksperimen memiliki kemampuan penalaran induktif matematis yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Dari grafik tersebut juga terlihat bahwa kedua kelas baik eksperimen maupun kontrol memiliki nilai terendah pada indikator memperkirakan jawaban dibandingkan indikator lainnya. Artinya, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol kurang mampu dalam memperkirakan jawaban. 10 20 30 40 50 60 70 80 N il ai In d ikat o r Pe n al ar an In d u kt if M ate m atis Eksperimen Kontrol

B. Analisis data

Analisis data yang digunakan adalah pengujian hipotesis mengenai perbedaan dua rata-rata dua kelompok. Uji yang digunakan adalah uji-t. Pengujian uji-t untuk mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan penalaran induktif matematis siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu: 1. Uji Prasyarat Dalam penelitian ini, uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji lilliefors. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan kriteria diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil perhitungan uji normalitas pada kelompok eksperimen, diperoleh harga l hitung = 0,100 sedangkan dari tabel harga kritis uji lilliefors diperoleh l tabel untuk jumlah sampel 25 pada taraf s ignifikansi α = 5 adalah 0,173. Karena l hitung kurang dari sama dengan l tabel 0,100 ≤ 0,173, maka H diterima, artinya data yang terdapat pada kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas pada kelompok kontrol diperoleh harga l hitung = 0,110, sedangkan dari tabel harga kritis uji lilliefors diperoleh l tabel untuk jumlah sampel 24 pada taraf s ignifikansi α = 5 adalah 0,181. Karena l hitung kurang dari sama dengan l tabel 0,110 ≤ 0,181, maka H diterima, artinya data yang terdapat pada kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut: