Permainan berdasarkan waktu bermain

pukul 09.00-12.00 WIB, permainan yang dimainkan pada waktu sore atau malam hari kira-kira 14.00-18.00 WIB. 3.1. Permainan tradisional yang dimainkan pada pagi hari hari. Permainan tradisional yang dimainkan pada siang hari kira-kira sekitar jam 09.00-12.00 WIB. Permainan-permainan di bawah ini, cenderung dimainkan pada siang hari pada waktu istirahat atau jeda sekolah. Hal tersebut dapat diperjelas oleh pernyataan dari informan 3 sebagai berikut. “menawi wonten ing sekolahan, lare-lare sami dolanan nalika jam istirahat. Jam istirahat menika watawis jam 08.45 WIB ngantos dumugi 09.00 WIB lan jam istirahat kedua nalika jam 11.45 WIB ngantos dumugi 12.00 WIB. Bisane sami dolanan egrang ing halaman sekolah, kucing-kucingan pas olah raga, lajeng gobak sodor kadang kala” CLW 03. “apabila saat di sekolahan, anak-anak sering bermaian pada jam istirahat. Jam istirahat tersebut jam 08.45 WIB sampai dengan 09.00 WIB, dan jam istirahat kedua pukul 11.45 WIB samapai dengan 12.00 WIB. Biasanya pada bermain egrang di halaman sekolah, kucing-kucingan saat olah raga, dan terkadang gobak sodor.” Pendapat di atas sejalan dengan pernyataan dari informan 7 yang menyatakan bahwa “neg esuk kae nang sekolahan pada dolanan kucing-kucngan mbak, gek dolanan egrang si Juprik ro kancane, gek neg istirahat pertama kae neng kelasku da dolanan engkol” „apabila pagi di sekolahan pada bermain kucing-kucingan mbak. Dan bermain egrang si Jupri dan temannya, dan saat istirahat pertama di kelasku pada bermain engkol ‟ CLW 07. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional yang dimainkan di pagi hari adalah engkol, egrang, kucing-kucingan, dan gobak sodor. Permainan tradisional yang dimainkan di pagi hari tersebut lebih sedikit karena sebagian besar hanya dimainkan di lingkungan sekolah, sehingga terbatas. Hal itu juga dikarenakan pada malam hari biasanya anak-anak diwajibkan untuk menyelesaikan pelajaran sekolahnya atau belajar serta mereka pada malam hari lebih suka menonton televisi, sehingga waktu pagi hari saat di sekolah digunakan untuk bermain. 3.2. Permainan tradisional yang dimainkan pada waktu sore hari Permainan tradisional yang dimainkan pada sore hari kira-kira sekitar jam 14.00-18.00 WIB. Permainan dapat dimainkan pada waktu sore atau malam hari dikarenakan terik matahari sudah mulai berkurang. Adapun permainan yang dimainkan pada waktu sore yaitu, bas-basan, bekelan, cublak-cublak suweng, dhakon, dhelikan, jamuran, layangan, dan gendiran. Permainan dhelik-dhelikan yang mengharuskan pemain untuk bersembunyi. Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan dari informan 1 sebagai berikut. “Dolanan ingkang sae dipuntindakaken ing wayah sonten nggih tuladhanipun benthik, dhelik-dhelikan, gobak sodor, layangan, kucing- kucingan, lan gendiran. Dolanan-dolanan kala wau langkung sae dipuntindakaken ing wayah sonten amargi dolanan kala wau mbetahaken panggenan ingkang jembar, padatanipun dipuntindakaken wonten ing njawi griya, lan kedah nengga srengenge edum utawi s ampun mboten panas” CLW 1. “Permainan yang baik untuk dilaksanakan di sore hari anatara lain, benthik, dhelik-dhelikan, gobak sodor, layanagan, dan gendiran. Permainan tersebut baik untuk dilaksanakan di sore hari karena permainan tersebut membutuhkan tempat yang luas, biasanya dilaksanankan di luar rumah, dan menunggu apabila panas matahari sudah berkurang.” Pernyataan informan di atas sejalan dengan pendapat dari informan ke 3 yang menyatakan bahwa “padatanipun mangke sonten wonten ing mriki menika wonten kirang langkung 3-5 siswa pada dolanan kaliyan putra kula wonten mriki saben sore” „biasanya nanti sore di sini kira-kira 3-5 anak pada bermain bersama anak saya setia sore CLW 3. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa permainan anak tradisional yang dimainkan di sore hari antara lain benthik, dhelik-dhelikan, gobak sodor, layangan, dan gendiran. Permainan tersebut baik untuk dilaksanakan di sore hari karena permainan tersebut membutuhkan tempat yang luas, biasanya dilaksanakan di luar rumah, dan menunggu apabila panas matahari sudah berkurang.

4. Permainan anak tradisional berdasarkan ada tidaknya alat permainan.

Permainan tradisional selain memerlukan pemain, beberapa diantaranya memerlukan benda sebagai alat permainan dan beberapa diantaranya tidak memerlukan benda sebagai alat permainan. Oleh karena itu, dibawah ini dijabarkan permainan anak tradisional yang menggunakan alat atau benda dan permainan anak tradisional yang tidak menggunakan alat atau benda. 4.1. Permainan tradisional yang menggunakan alat atau benda. Peralatan permainan yang digunakan sebagai sarana bermain terkadang dibuat oleh pemainnya sendiri. Hal tersebut tidak jauh dengan pemanfaatan benda-benda yang terdapat di sekitar tempat bermain, ada yang membuat sendiri, namun ada juga peralatan yang dibeli dari Toko. Permainan yang menggunakan benda-benda disekitar lingkungan bermain misalnya batu, krikil, biji jagung, kreweng, batu kapur, bambu, dan kayu antara lain permainan angklek, bas-basan, benthik, blarak-blarak sempal, cublak-cublak suweng, dhakon, dhelikan, gatheng, kubuk, macanan, dan tiga jadi atu mul-mulan. Hal tersebut dapat diperjelas oleh informan 1 sebagai berikut. “Lajeng antawisipun dolanan bas-basan, dhakon, lan gatheng menika namung ngangge piranti watu. Watu krikil menika gampil anggeipun madosi wonten ing sak kiwa tengen anggenipun lare-lare sami dolanan. Lajeng napa malih nggih, menawi egrang menika ngangge piranti bumbung pring, gorok, lan arit. Menawi gendiran menika namung ngangge piranti neker utawi gendir ” CLW 1. “Lalu misalnya permainan bas-basan, dhakon, dan gatheng hanya menggunnakan peralatan batu. Batu kerikil sangat mudah untuk mendapatkannya disekitar tempat permainan. Lalu apa lagi ya, jika egrang menggunakan peralatan bambu, gergaji, dan sabit. Apabila permainan gendiran hanya menggunkan peralatan yaitu kelereng.” Pernyataan tersebut sejalan dengan informan 3 yang menyatakan sebagai berikut : “dolanan sing nganggo watu dingo dolanan menika kathah, tuladhanipun gatheng, macanan, mul-mulan utawi tiga jadi, bas-basan, lan liya- liyane” „permainan yang menggunakan batu untuk bermain sangat banyak, contohnya gatheng, macanan, mul-mulan atau tiga jadi, bas-basan .” CLW 03. Permainan yang biasa memicu kreatifitas seorang anak untuk membuat alatnya secara mandiri antara lain permainan egrang, benthik, dan layangan. Beberapa permainan tersebut memerlukan ketrampilan seorang anak, karena membuat alat semisal egrang dan layangan membutuhkan ketelitian dan ketrampilan tersendiri. Selain itu, ada beberapa permainan yang peralatannya terdapat di Toko misalnya, tempat yang digunakan untuk bermain dhakon, bekel, neker atau gendir. Di bawah ini adalah jenis-jenis permainan yang menggunakan alat atau benda yang digunakan untuk sarana bermain. Tabel 5. Nama-nama peralatan yang digunakan dalam permainan. No. Nama permainan Bendaalat permainan

1. Angklek

Kerewengpecahan genting