Permainan Anak Tradisional Jawa

mngembangkan pola berfikir, kecerdasan, ketangkasan, dan ketrampilan. Perkembangan pola berfikir, kecerdasan, ketrampilan, dan katangkasan tersebut di dapatkan dengan bermain misalnya, dari wujud permainan-permainan anak tradisional. Tradisional berasal dari kata tradisi. Arti tradisi adalah adat kebiasaan yang turun-temurun dan masih dijalankan di masyarakat. Adat adalah aturan berupa perbuatan dan sebagainya yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala. Sedangkan, tradisional mempunyai arti sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun Iswinarti: 2005. Jadi dapat dikatakan bahwa, permainan anak tradisional adalah suatu permainan yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang bagi si pelaku. Menurut Alam 2000: 24 menyatakan bahwa, permainan anak tradisional merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berkreasi, berfantasi, berekreasi, berolah raga yang sekaligus sebagai sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan, kecerdasan, kesopanan serta ketangkasan. Nilai-nilai tersebut mendorong orang tua untuk lebih peka terhadap kebutuhan anak terutama bermain, sehingga anak dapat belajar berkreasi, hidup bermasyarakat serta mengembangkan keterampilannya. Suseno 1993: 11 menambahkan bahwa, permainan anak tradisional merupakan kekayaan budaya bangsa yang mempunyai nilai-nilai luhur untuk dapat diwariskan kepada anak- anak sebagai generasi penerus. Permainan anak tradisional merupakan permainan yang mengandung kearifan, oleh karena itu jangan terlalu membatasi anak untuk bermain bersama kawan-kawannya. Pendapat-pendapat di atas menyebutkan bahwa permainan anak tradisional merupakan hasil dan kekayaan budaya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, permainan anak tradisional merupakan budaya yang mempunyai nilai-nilai luhur yang dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus. Permainan anak tradisional mempunyai banyak nilai positif antara lain, mewujudkan kreasi, ketrampilan, dan ketangkasan seorang anak. Seorang anak dapat berkreasi berdasar perkembangan pola pikir yang berjalan terus menerus dari hasil pengalaman. Kreatifitas yang terbentuk dari permainan anak tradisionala misalnya, permainan layangan. Permainan anak tradisional tersebut membutuhkan kekreatifitasan dan ketrampilan. Pola berfikir seorang anak akan terus berkembang yang nantinya akan terlihat pada hasil karyanya yang semakin terlihat. Melalui bermain anak-anak mengembangkan fantasi, daya imajinasi dan kreativitasnya, bermain dapat menumbuhkan kesenangan dan kepuasan, selain itu banyak nilai-nilai penting yang dihasilkan dari bermain, antara lain sosialisasi, rangsangan kreativitas, sarana belajar, penyaluran energi emosional, perkembangan moral, fisik dan kepribadian. Nilai semangat juga nampak ketika anak-anak bermain. Permainan semisal benthik, egrang, dan dingklik oglak aglik merupakan wujud sikap semangat seorang anak. Selain nilai semangat, dalam permainan di atas juga terkandung nilai-nilai positif lainnya anatara lain, kesabaran, kegigihan, kekompakan, dan saling menghormati.

D. Tata Cara Permainan Anak Tradisioanal Jawa

Permainan anak tradisional adalah permainan yang dimainkan dengan cara yang berbeda-beda, dengan kata lain permainan anak tradisional terikat pada suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan turun-temurun dari nenek moyang. Cara bermain antara dolanan yang satu dengan dolanan yang lainnya mempunyai tatacara yang berbeda, namun terkadang terdapat kesamaan dalam permainannya Rumani, 1991: 1. Perbedaan dalam permainan terlihat pada cara bermain setiap permainan, misalnya permainan kucing-kucingan dengan jamuran serta permainan lainnya.Permainan yang hampir mirip dalam permainannya yaitu permainan bas-basan dengn macanan yaitu sama-sama dimainkan dengan cara memakan lawannya mencaplok. Perbedaan permainan bas-basan dengan macanan terletak pada jumlah gacuknya. Permainan bas-basan berjumlah 32 uwong masing pemain memegang 16 uwong, sedangkan macanan menggunakan 21 uwong dan 1 macan. Jadi, permainan mempunyai perbedaan serta kesamaannya, namun hampir semua permainan cara pengundiannya sama yaitu dengan hom-pim-pah dan pingsut. Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa permainan anak tradisional jawa bukan semata-mata hanya ajang untuk beraktifitas fisik maupun non fisik, akan tetapi permainan anak tradisional merupakan permainan yang mepunyai aturan-aturan. Aturan-aturan tersebut disampaikan secara turun temurun dan mengalami perkembangan secara perlahan-lahan. Setiap bentuk permainan, mempunyai perbedaan-perbedaan dan terkandang terdapat kesamaan, misalnya peraturan-peraturan permainan dari awal permainan sampai permainan tersebut selesai dimainkan. Contoh peraturan permainan misalnya, pada awal permainan pemain mengawali permainan dengan mengundi siapa yang dadi jadi. Kemudian dilanjutkan ke inti permainan. Permainan anak tradisional dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan dari umur 6-15 tahun. Mereka bermain secara perorangan, berpasangan, ataupun berkelompok tergantung pada jenis permainannya Anak-anak jaman sekarang jarang melakukan permainan anak tradisional yang bersifat sosial, dinamis, dan menggunakan peralatan sederhana. Selain itu, anak-anak jaman sekarang banyak yang tidak tahu tentang cara bermain atau tata cara bermain permainan anak tradisional. Padahal tata cara bermain sebuah permainan adalah kunci awal untuk bermain, sedangkan tata cara permainan yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama, akan tetapi terkadang untuk mengundi siapa yang menang dan yang kalah terdapat kesamaan yang tidak jauh berbeda. Rumani 1991: 1-2 menyatakan bahwa, cara mengawali atau memulai permainan dengan cara sebagai berikut: 1. Pingsut mengundi atau dalam istilah asingnya toast, cara ini digunakan dalam menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Pingsut sering disebut atau diucapkan sutpada saat bermain, sut dilakukan dengan menggunakan jari tangan yaitu ibu jari, jari kelingking, dan jari telunjuk. Dalam hal ini, jari tengah dan jari manis tidak boleh digunakan. Cara pingsut mengundi ini dilakukan dengan cara menjulurkan sebuah jari tangan. Jari yang dijulurkan terserah pemain, apakah ibu jari, telunjuk, atupun kelingking. Untuk memulai pingsut, biasanya digunakan aba-aba yaitu ji-ro-lu satu, dua, tiga. Rumani 1991: 1 menambahkan tentang peraturan kalah menang yaitu: