Cublak-cublak suweng Tata Cara Permainan Cara Bermain
harus menghadap ke bawah supaya tidak dapat melihat siapa yang menggenggam uwer. Peraturan yang kedua yaitu yang menang duduk melingkari pemain yang
menelungkup.
6.a. Cara permainan cublak-cublak suweng yaitu:
a. Semua pemain melakukan Hom-pim-pah. Siapa yang terakhir kalah berarti
„dadi‟ jadi. b.
Yang „dadi‟ jadi harus menelungkup kelantai tikar. Kepala menghadap kebawah. Hal tersebut di pertegas olah pernyataan dari informan 1 yang
menyatakan bahwa “Manawi sampun mangertos sinten ingkang dadi meika, lajeng lare
ingkang dadi menika kaya mirip sujud mengkurep, lan kanca-kanca liane nyelehke astanipun wonten ing boyok lare ingkang dadi kalawau
” „apabila sudah tahu siapa anak yang jadi atau jaga, kemudian anak yang
jaga harus tengkurap seperti sujud, dan teman-teman lainnya menaruh tangan di punggung anak
yang jaga‟ CLW 01.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari informan 2 sebagai berikut: “Bocah kuwi anggone lungguh ana ing tengah-tengah bocah liyane sing
menang. Anggone lungguh kudu madep mangisor supaya awake bisa dadi papan kanggo ndelehake tangan-tangan bocah sing menang. Yen
mangkono kuwi, banjur bocah liyane lungguh ngubengi bocah sing dadi
kuwi mau” “anak tersebut duduk di tengah-tengah teman-teman lainnya yang menang.
Posisi duduk harus menghadap ke bawah supaya badan dari si anak tersebut bisa sebagai tempat tangan teman-teman lainnya. Kalau sudah
begitu, kemudian teman-
teman lainnya duduk mengelilingi anak tersebut” CLW 02.
Gambar 7: Anak-anak sedang bermain
cublak-cublak suwengdok. Widarti, 2012
c. Pemain yang menang meletakkan tangan kanannya di atas punggung anak yang
dadi dengan keadaan tangan mlumah „telentang‟. Lalu salah satu anak
memutarkan uwer pada tangan-tangan yang diletakkan pada punggung anak yang dadi sambil menyanyikan lagu pengiring sebagai berikut :
Cublak-cublak suweng Suwenge ting gelenter
Mambu ketundung gudel Pak empo lewa lewo
Sapa guyu dhelikake Sir-sir pong dhele gopong
Sir-sir pong dhele gopong CLW 02.
d. Setelah lagu selesai sampai lirik sir-sir pong dhele gopong, tangan-tangan
pemain yang mentas dalam keadaan menggengam dengan jari telunjuk yang menjulur keluar dan memutar-mutarkan jari tersebut.
e. Kemudian teman-teman bernyanyi lagu cubalak-cubalk suweng dan setelah
selesai menyanyikannya, anak yang berjaga harus menebak ada pada siapa uwer tersebut. Lagu tersebut seperti di bawah:
f. apabila anak yang berjaga tersebut salah menyebutkan posisi batu tersebut ada
pada siapa, maka permainan di mulai dari awal lagi, dan seterusnya seperti itu. 7.
Dhakon
Congklak adalah suatu permainan rakyat di Jawa. Pada suku bangsa Jawa permainan congklak disebut dengan Dhakon. Dhakon biasanya dimainkan oleh
anak perempuan berjumlah dua orang, tidak bisa dilakukan sendirian atau lebih dari dua orang, hal tersebut dikarenakan alat dhakon hanya berbentuk kayu
persegi panjang berukuran ± 40cm. Pemain duduk saling berhadapan menghadapi alat permainan yang terbuat dari katu berbentuk seperti perahu. Alat ini
mempunyai cekungan besar di kedua ujung kanan-kiri dan cekungan kecil berjumlah ganjil 7 dan 9 buah berjajar disepanjang badan perahu, untuk
memainkannya menggunakan biji asam. Pada jaman dahulu sebelum ada alat dari kayu, cukup membuat cekungan
dari tanah dan kerikil berukuran sebesar biji jagung sebagai pengganti biji asam. Sekarang telah mengalami perkembangan bahannya terbuat dari plastik berwarna
hijau, kuning, biru dan merah jambu tanpa hiasan. Permainan ini bisa dilakukan dihalaman rumah atau tempat-tempat yang terlindung dari sengatan matahari dan
tidak memerlukan tempat yang luas. Dhakon yang dimainkan oelh anak-anak Bejiharjo sebagian besar menggunakan tanah, dengan cara membuat cekungan-
cekungan di tanah. Permainan dhakon bersifat hiburan manakala dimainkan untuk mengisi waktu
luang pada saat sore hari setelah selesai membantu orang tuanya, sekitar jam 15.30-17.30. Pelakunya terutama anak-anak berusia 7-10 tahun, tetapi ada juga
orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Bersifat kompetitif karena untuk mencapai kemenangan pada akhir permainan dibutuhkan ketangkasan atau
keterampilan dalam memasukkan batu kerikil tau kereweng tersebut kedalam cekungan.
Bersifat pendidikan, dalam pelaksanaan permainan seseorang harus memiliki keterampilan khusus untuk menghitung, karena dari bekal keterampilan mereka
tidak hanya sekedar bermain, tetapi harus dapat mengetahui cekungan mana yang untuk mendapatkan angka terbanyak untuk memulai bermain.
7.a. Cara bermain:
a. Peman A dan B melakukan pingsut untuk menentukan urutan bermain.
b. Bila pemain A yang menang maka A mengambil semua batu kerikil pada
sawahnya misalnya sawah b dan mengisi masing-masing satu kecik pada sawah di sebelah kanannya seara
h jarum jam c,d,e,f,g,h,I,j,k,l,m,n,o,a,b….. kecuali lumbung musuh P. lumbung P milik pemain B maka tidak diisi oleh pemain
A, demikian sebaliknya jika yang memainkan adalah pemain B maka lumbung H tidak diisi. Hal tersebut seperti yang terlihat pada gambar di bawah:
Gambar 8: Dua orang anak sednag bermain
dhakon Dok.Widarti, 2012
c. Jika kecik tinggal sebutir dan jatuh di sawah yang berisi batu kerikil maka kecik
tersebut harus diambil dan dijalankan lagi. d.
Pemain A menghentikan permainannya dan digantikan pemain B jika biji kereweng habisnya tepat pada lumbungnya sendiri, habis pada sawah lawan
yang kosong. Atau sawah sendiri yang kosong yang sering disebut andhok. Jika biji asam habis di sawah sendiri yang kosong dan sawah diseberangnya
terisi maka pemain A berhak mengambil biji kecik yang ada diseberangnya, situasi ini biasa disebut mbedilnembak, namun dalam permainan yang
dimainkan oleh anak-anak di Bejiharjo tidak menggunakan system nembak atau mbedhil karena dianggap mempercepat permainan.
e. Pemain B mulai bermain dan mengambil semua kecik dari sawahnya lalu
memainkannya seperti di atas. f.
Setelah semua batu kerikil atau kereweng habis para pemain mulai mengisi sawah-sawahnya dengan kecik-kecik yang sudah terkumpul pada lubangnya
masing-masing. Jika salah satu pemain tidak bisa mencukupi semua sawahnya dengan kerikil atau kereweng maka pemain tersebut berhutang sebanyak
kekurangnnya pada lawan mainnya. g.
Permainan ini biasanya tidak diakhiri hukuman. Pemain yang menang adalah pemain yang selalu memiliki kecik lebih banyak, setelah semua kecik yang
terkumpul dilumbungnya diisikan kesawah-sawahnya.