Tata Cara Permainan Anak Tradisioanal Jawa
pemain mengawali permainan dengan mengundi siapa yang dadi jadi. Kemudian dilanjutkan ke inti permainan.
Permainan anak tradisional dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan dari umur 6-15 tahun. Mereka bermain secara perorangan, berpasangan, ataupun
berkelompok tergantung pada jenis permainannya Anak-anak jaman sekarang jarang melakukan permainan anak tradisional yang bersifat sosial, dinamis, dan
menggunakan peralatan sederhana. Selain itu, anak-anak jaman sekarang banyak yang tidak tahu tentang cara bermain atau tata cara bermain permainan anak
tradisional. Padahal tata cara bermain sebuah permainan adalah kunci awal untuk bermain, sedangkan tata cara permainan yang satu dengan yang lainnya tidaklah
sama, akan tetapi terkadang untuk mengundi siapa yang menang dan yang kalah terdapat kesamaan yang tidak jauh berbeda.
Rumani 1991: 1-2 menyatakan bahwa, cara mengawali atau memulai permainan dengan cara sebagai berikut:
1. Pingsut mengundi atau dalam istilah asingnya toast, cara ini digunakan
dalam menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Pingsut sering disebut atau diucapkan sutpada saat bermain, sut dilakukan dengan menggunakan
jari tangan yaitu ibu jari, jari kelingking, dan jari telunjuk. Dalam hal ini, jari tengah dan jari manis tidak boleh digunakan. Cara pingsut mengundi ini
dilakukan dengan cara menjulurkan sebuah jari tangan. Jari yang dijulurkan terserah pemain, apakah ibu jari, telunjuk, atupun kelingking. Untuk memulai
pingsut, biasanya digunakan aba-aba yaitu ji-ro-lu satu, dua, tiga. Rumani 1991: 1 menambahkan tentang peraturan kalah menang yaitu:
1 jika ibu jari dengan ibu jari, seri maka harus diulang, 2 jika ibu jari dengan telunjuk, menang ibu jari, 3 jika ibu jari dengan kelingking, menang
jari kelingking, 4 jika jari telunjuk dengan telunjuk, sama, harus diulang, 5 jika jari telunjuk dengan jari kelingking, menang telunjuk, 6 jika jari
kelingking dengan kelingking, sama, maka harus diulang.
Dari pendapat Rumani tentang cara menentukan menang dan kalah di atas, dapat dijelaskan bahwa, pemain harus mengulang sut apabila jari-jari yang
digunakan untuk menentukan siapa pemenangnya adalah jari yang sama. Sebagai contoh misalnya, jari telunjuk lawan jari telunjuk, ibu jari lawan ibu jari, dan jari
kelingking bertemu jari kelingking. Apabila hal itu terjadi, pemain harus mengulangi sut, karena hal tersebut dianggap seri
”sama” atau belum ada pemenang dan siapa yang kalah.
2. Hom-pim-pah, hom-pim-pah hampir sama dengan sut yang sama-sama
digunakan untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Perbedaan antara hom-pim-pah terletak pada jumlah pelakunya dan cara memainkannya. Sut
dilakukan oleh dua orang saja serta alat yang digunakan adalah jari tangan, sedangkan hom-pim-pah digunakan untuk mengundi pemain yang jumlahnya
lebih dari dua orang serta dengan menggunakan telapak tangan Rumani, 1991:1. Cara mengundi dengan hom-pim-pah dilakukan dengan cara menjulurkan telapak
tangannya dengan cara saling berhadapan membuat lingkaran kecil dan dalam keadaan tangan mlumah terlentang atau mengkurep tengkurap. Misalnya,
pemain berjumlah 3 anak. Ketiga anak tersebut harus memulai dengan Hom-pim-pah, a-lai-hom
gambreng. Ketika kalimat sampai pad a kata “gambreng”, semua pemain harus
menjulurkan telapak tangannya menelentang atau tengkurap dengan serentak. Jika
salah satu dari ketiga anak tersebut tangannya tengkurap dan yang lainnya menelentangkan telapak tangannya, maka anak yang menengkurapkan tangannya
tersebut adalah pemenangnya dan kedua anak yang menelentangkan tangannya meneruskan dengan sut. Namun, jika ketiga anak tersebut menelentangkan
tangannya semua maka harus mengulang permainannya.
3. Gacu, gacu adalah suatu benda yang digunakan sebagai alat untuk memukul,
melempar, atau merobohkan benda-benda permainan Rumani, 1991:2. Gacu biasanya dipilih yang paling menonjol baik beratnya, halusnya, bentuknya,
warnanya. Gacu selalu dirawat ataupun disimpan karena gacu dianggap sebagai barang berharga yang menemani saat bermain, namun di dalam sebuah permainan
anak-anak sering menyebutkan dengan gacuk. Paraturan-peraturan di atas merupakan aturan yang selalu digunakan oleh
anak-anak ketika permainan akan dimulai. Tatacara bermain tersebut merupakan suatu syarat yang harus dilakukan. Tatacara bermain setiap permainan berbeda-
beda sesuai jenisnya, sehingga tatacara selengkapnya akan dibahas pada hasil penelitian. Tatacara permainan anak tradisional jawa mempunyai fungsi
tersendiri, manfaat maupun fungsi permainan anak tradisional jawa bermanfaat bagi perkembangan mental anak serta mengajarkan hal-hal positif bagi anak.