Pelaksanaan Pembelajaran Holistik melalui Keseluruhan Bagian Otak

115 Struktur dan bentuk lesson plan meliputi Munib Chatib, 2013: 194: a header atau pembuka berisi identitas nama guru, sekolah, bidang studitema, kelassemester, tanggal pembuatan, dan tanggal pelaksanaan dan keterangan silabus judul lesson plan , kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator hasil belajar, knowledge check , skill check , character building, alokasi waktu, sumber belajar, dan materi ajar; b content atau isi berisi aktivitas pembelajaran yang terdiri dari apersepsi zona alfa, warmer , pre-teach , dan scene setting , strategi pembelajaran, prosedur aktivitas, teaching aids , peralatan atau perlengkapan yang diperlukan guru untuk mengajar, dan assessment ; serta c footer atau penutup berisi keterangan pembuat lesson plan dan kepala sekolah serta lampiran yang memuat rubrik penilaian, ringkasan, dan komentar guru. Berdasarkan hasil analisis dokumen lesson plan , guru sudah mencantumkan header secara lengkap kecuali komponen tanggal pelaksanaan dan materi ajar. Pada struktur content bagian yang dicantumkan hanya komponen zona alfa, scene setting , prosedur aktivitas, sumber belajar, dan assessment, komponen lain tidak dicantumkan. Sedangkan struktur footer hanya tercantum keterangan pembuat lesson plan dan kepala sekolah, komponen lampiran tidak dicantumkan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Holistik melalui Keseluruhan Bagian Otak

Belajar melalui keseluruhan otak mengandung pengertian bahwa pembelajaran memerlukan keterlibatan antara keterampilan motorik, sikap, dan pengetahuan siswa. Hal ini sesuai dengan kesatuan dimensi utuh yang 116 dijelaskan oleh Illeris Jejen Musfah, 2012: 211 bahwa pendidikan holistik melibatkan tiga kesatuan dimensi yang utuh, meliputi: a. Dimensi isi Dimensi isi berkaitan dengan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara seimbang. Upaya yang dapat dilakukan guru, meliputi Nanik Rubiyanto dan Dany Haryanto, 2010: 70. 1 Memperkenalkan siswa tentang dasar topik dan materi yang harus diketahui siswa terlebih dahulu. Guru selalu menjelaskan materi terlebih dahulu sebagai bekal pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa untuk menuju kegiatan pembelajaran selanjutnya. 2 Melibatkan siswa dalam pengalaman realistis yang menyediakan gambaran suatu pengalaman. Guru juga sering mengupayakan adanya keterlibatan siswa dengan mengajak siswa membaca, presentasi, menyajikan makanan, mengerjakan worksheet , dan diskusi. 3 Mempertimbangkan pembahasan dari pengalaman yang akan dialami siswa dan hasil yang akan dicapai. Guru selalu membahas berbagai pengalaman siswa baik pengalaman yang dialami dalam rangka pendalaman materi maupun pengalaman yang sebelumnya sudah dialami sebelum materi dipelajari, serta hasil dan atau manfaat yang diperoleh siswa. 4 Memberikan kesempatan bagi siswa untuk merumuskan konsep dan hipotesis dan mengaitkan pengalaman. Guru melakukan dalam bentuk pertanyaan langsung 117 5 Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan percobaan. Guru jarang memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan percobaan karena materi yang dipelajari mengacu pada “Hidup Rukun”. b. Dimensi insentif Dimensi ini berkenaan dengan upaya pendidikan holistik untuk mempertimbangkan psikologis peserta didik meliputi motivasi, emosi, dan kemauan. Guru sudah memperhatikan motivasi, minat, emosi, dan gaya belajar siswa yang audio, visual, audio-visual, maupun kinestetik dengan menyeimbangkan perlakuan pada masing-masing siswa. Guru menyampaikan bahwa guru telah memberi ice breaking saat siswa terlihat jenuh dan mengemas pembelajaran yang berbeda-beda setiap harinya. c. Dimensi interaksi Dimensi ini berkaitan dengan aksi, komunikasi, dan kerja sama antara peserta didik dengan guru dan lingkungan sekitarnya sehingga tercipta pembelajaran yang bermakna. Bentuk pemanfaatan lingkungan sekitar dapat berupa dalam kelas dan luar kelas seperti lingkungan budaya, sosial, dan lingkungan alam. Guru sudah memanfaatkan lingkungan sosial baik di lingkungan kelas, sekolah, rumah, maupun di masyarakat. Bentuk pemanfaatan lingkungan sosial dalam pembelajaran adalah dengan mengajak siswa outing bermalam di panti asuhan. Pada dimensi interaksi, guru sudah menggunakan keberagaman budaya sekitar sebagai media interaksi siswa dengan lingkungan budaya, di antaranya dengan mengajak siswa mengenal makanan khas, membuat, dan 118 menjajakannya, serta membeli makanan khas di pasar. Budaya yang diambil menekankan pada pengenalan makanan tradisional Yogyakarta, pengolahannya, serta pemasarannya. Hal ini disesuaikan dengan materi mengenal makanan sehat. Untuk pemanfaatan guru pernah sekali memanfaatkan lingkungan alam sebagai sumber belajar yaitu saat jalan pagi di desa pada pembelajaran ke-5 22-23 Agustus 2014 dan selebihnya guru tidak teramati memanfaatkan lingkungan lagi pada tema ini. Pelaksanaan pembelajaran holsitik melalui keseluruhan bagian otak di kelas II A SDIT LHI belum sepenuhnya sesuai dengan tiga prinsip dasar pembelajaran holistik menurut Miller dalam John P. Miller, et. al. 2005: 2 yaitu connectedness , inclusion , and balance . Pembelajaran holistik menganut sistem pembelajaran STL Subject Time Learning yaitu pembelajaran per mata pelajaran dan PBL Project Based Learning pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema dan proyek tertentu. Sistem STL kurang sesuai dengan prinsip connectedness . Sedangkan prinsip inclussion dan balance, pembelajaran holistik di kelas sudah memfasilitasi semua tipe siswa dan memberikan berbagai pendekatan pembelajaran untuk keberagaman siswa tersebut. Komponen pembelajaran juga sudah saling melengkapi baik di kelas, maupun berbagai lingkungan pendukung kegiatan belajar-mengajar. Sebagaimana penjelasan yang disampaikan oleh Schreiner, Banev, dan Oxley dalam Jejen Musfah 2012: 72-73 bahwa salah satu dari delapan prinsip 119 pendidikan holistik yaitu pendidikan holistik merupakan pendidikan sebagai transformasi. Pelaksanaan pembelajaran holistik di kelas II A SDIT LHI dengan tema “Hidup Rukun” sudah menerapkan pembelajaran holistik sebagai pembelajaran transformasi bukan tranmisi. Kegiatan pembelajaran tidak sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan atau transfer materi yang ada pada buku kepada siswa. Guru mengupayakan adanya pembelajaran holistik yang lebih bermakna diantaranya dengan mendayagunakan berbagai media, sumber, alat peraga pembelajaran serta sarana dan prasarana sekolah seperti laptop, video, buku-buku di perpustakaan, media bergambar, papan tulis, masjid sekolah, bahkan warga sekolah sendiri. Guru juga menyediakan suasana pembelajaran luar kelas, seperti mengajak siswa membuat makanan di diningroom saat materi pengenalan makanan sehat dan membuat makanan sehat, kulakan makanan tradisional di pasar saat materi mengenal makanan khas dan praktik berjualan, serta kegiatan mabit di panti asuhan dalam rangka membelajarkan pada siswa mengenai kehidupan anak-anak yang tidak memiliki orangtuakeluarga.

3. Pembelajaran Holistik melalui Kecerdasan Majemuk