27 a. Spiritualitas merupakan inti proses pembelajaran;
b. Pembelajaran mengarahkan siswa untuk menyadari keunikan dirinya dengan semua potensinya;
c. Pembelajaran mengembangkan cara berpikir analitislinier dan intuitif; d. Pembelajaran menumbuhkembangkan berbagai kecerdasan;
e. Pembelajaran mampu menyadarkan siswa akan keterkaitannya dengan
komunitas sehingga siswa tidak mengabaikan tradisi, budaya, kerjasama, hubungan manusiawi, dan pemenuhan kebutuhan yang tepat guna;
f. Pembelajaran mengajak siswa untuk menyadari hubungannya dengan bumi termasuk hewan, tumbuhan, air, udara, dan tanah, sehingga siswa
memiliki kesadaran ekologis; g. Memperhatikan hubungan antara berbagai pokok bahasan dalam
tingkatan transdisipliner
integrated learning
sehingga dapat memberi kesan bagi siswa;
h. Pembelajaran mengantarkan siswa untuk menyeimbangkan pola belajar individual dengan kelompok kooperatif, kolaboratif, antara isi dengan
proses, pengetahuan dengan imajinasi, rasional dengan intuisi, kualitatif dengan kuantitatif;
i. Pembelajaran adalah sesuatu yang tumbuh, menemukan, dan memperluas cakrawala; dan
j. Pembelajaran merupakan proses kreatif dan artistik. 2.
Belajar melalui kecerdasan majemuk
multiple intelligence
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, menurut John P. Miller 2005: 2, fokus pembelajaran holistik adalah mengembangkan enam kecerdasan
majemuk dalam diri peserta didik, antara lain kecerdasan spiritual, emosional, intelektual, fisik, estetika, dan sosial. Berbeda halnya dengan kecerdasan
majemuk yang dikemukakan oleh Howard Gardner yang terdiri dari dua belas kecerdasan, yaitu logis matematis, linguistik verbal, visual spasial, musikal,
kinestetik, emosional interpersonal, intrapersonal, naturalis, intuisi, moral, eksistensial, spiritual Agus Nggermanto, 2001: 49.
a. Pengembangan Spiritual Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang digunakan untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan tentang makna dan nilai, yaitu
28 kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna
yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain Danah Zohar
dan Ian Marshall, 2002: 4. Hal itu senada dengan pendapat M. Shodiq Mustika 2008: 15 yang
menyebutkan bahwa spiritual berarti menghayati makna hidup, menempatkan diri secara spiritual dan ranah manusiawi yang paling
eksistensial. Adanya spiritual membuat manusia mampu menyadari dirinya sesungguhnya dan bagaimana memberi makna terhadap hidup dan seluruh
dunia. Spiritual mengarahkan hidup untuk selalu berhubungan dengan kebermaknaan hidup agar hidup menjadi lebih bermakna Monty P.
Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, 2003: 45. Upaya mengembangkan spiritual sangat penting bagi perkembangan
peserta didik. Melalui spiritual yang berkembang dengan baik maka seseorang dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik pula. Menurut Danah
Zohar Ian Marshall 2002: 199, terdapat beberapa jalan menuju kecerdasan spiritual yang lebih tinggi.
1 Jalan tugas, yaitu jalan yang berkaitan rasa yang dimiliki, kerjasama, memberikan sumbangan, dan diasuh oleh komunitas yang memiliki
ketentuan tertentu Danah Zohar Ian Marshall, 2002: 201. Dalam hal ini, guru dapat memberikan suasana dan lingkungan pembelajaran yang
memiliki aturan dan nilai-nilai kebenaran yang berpusat dari Tuhan mengajak siswa untuk taat pada ketentuan tersebut.
29 2 Jalan pengasuhan, yaitu jalan yang berkaitan dengan kasih sayang,
pengasuhan, dan penyuburan Danah Zohar Ian Marshall, 2002: 205. Guru dapat memberikan contoh-contoh teladan kepada siswa secara
langsung maupun melalui contoh tokoh tertentu. 3 Jalan pengetahuan, adalah jalan mengenai pencarian spiritual
pengetahuan tentang Tuhan dan seluruh caraNya, dan penyatuan terakhir denganNya Danah Zohar Ian Marshall, 2002: 210. Guru
dapat memberikan pengetahuan tentang Tuhan dengan mengajarkan pelajaran agama.
4 Jalan perubahan pribadi, adalah jalan menuju pusat “titik Tuhan”
Danah Zohar Ian Marshall, 2002: 221. Guru dapat mengajak siswa dengan pembiasaan beribadah.
Trisna Widodo 2013 mengungkapkan bahwa upaya mengembangkan spiritual siswa dalam proses pembelajaran dapat ditempuh melalui
mengajak siswa untuk memperluas cakupan dari ayat- ayat Al Qur’an serta
makna-makna yang terkandung di dalamnya sehingga mengakar di dalam jiwa dan pikiran siswa dengan cara menarik hikmah dari materi
pembelajaran yang disampaikan kepada siswa dan berbagai contoh menjadi hamba Tuhan yang benar, memberi pertanyaan terkait makna Al Qur’an.
Keingintahuan siswa diarahkan untuk tetap bermula pada kekaguman terhadap kekuasaan Tuhan dan juga berakhir pada rasa syukur sebagai
hamba.
30 Uraian di atas menjelaskan tentang cara mengembangkan aspek
spiritual. Hal-hal yang dapat dilakukan guru, antara lain memberikan suasana dan lingkungan pembelajaran yang memiliki aturan dan nilai-nilai
kebenaran yang berpusat dari Tuhan mengajak siswa untuk taat pada ketentuan tersebut, memberikan contoh-contoh teladan kepada siswa secara
langsung maupun melalui contoh tokoh tertentu, memberikan pengetahuan tentang Tuhan dengan mengajarkan pelajaran agama dan mengajak siswa
dengan pembiasaan beribadah. b. Pengembangan Aspek Estetik
Aspek estetik berkaitan dengan hal-hal yang indah. Douglas Sloam dalam John P. Miller, etc 2005: 38 menjelaskan bahwa:
“
An aesthetic education is also one in which the growing human being is immersed in the qualities of existence-the qualities of color, sound,
movement, relationships, meaning, values, life, and growth. Such an education will be rich and overflowing with song, story, fairytale, myth,
hand-work, painting, modeling, musical instruments, an artistic approach to math and science, and a direct involvement with living
nature.
” Berdasarkan pendapat di atas, aspek estetik yang dimaksud meliputi
visual-spasial, musik, dan linguistik dalam teori kecerdasan majemuk. Visual pada siswa dapat dikembangkan melalui beberapa cara yaitu,
menciptakan suatu pertunjukan, merancang poster dan buletin, menciptakan hasil karya, membuat sketsa dan denah dari suatu obyek, menggunakan
proyeksiinternet Trisna, 2013. Thomas Armstrong 2002: 78, menyebutkan bahwa cara belajar yang paling efektif untuk mengembangkan
31 spasial siswa adalah dengan belajar secara visual melalui film,
slide
, video, diagram, peta, grafik, dan gambar.
Thomas Armstrong 2002: 82 juga menambahkan bahwa cara mengembangkan visual siswa dapat dilakukan dengan membuat grafik dan
peta, bervisualisasi, fotografi, mengamati video
slide
film, bermain labirin atau teka-teki visual, kotak perangkat 3D, apresiasi seni , metafora gambar,
berkhayal kreatif, melukis, kolase dan mozaik, sketsa gagasan, menggunakan simbol grafis, pemetaan pikiran, memanfaatkan
software
grafis komputer, mencari pola visual, ilusi optik, penggunaan warna, dan menggunakan
software
lukisgambar di komputer. Sedangkan musik, guru dapat memasukkan unsur musik agar
pembelajaran mampu menarik perhatian siswa. Menurut Thomas R. Hoerr 2007: 18, guru dapat mengubah lirik lagu untuk mengajarkan konsep,
mendorong siswa menambahkan musik dalam drama, menciptakan rumus atau hafalan berirama, mengajarkan sejarah dan geografi melalui musik dari
waktu dan tempat terkait. Kecerdasan linguistik dapat dikembangkan melalui seni sastra dengan
cara mengajak siswa membuat, menyampaikan, bahkan mengapresiasi cerita, dongeng, legenda, dan karya sastra lain. Berdasarkan uraian di atas,
guru dapat mengembangkan aspek estetik siswa melalui seni, di antaranya seni rupa, seni musik, dan seni sastra. Guru dapat mengajak siswa untuk
menggambar, membuat hiasan, mengajak siswa menyanyikan suatu lagu dan membuat, menyampaikan, bahkan mengapreasiasi suatu karya sastra.
32
c. Pengembangan Aspek Fisik