123 2005:  38.  Guru  hanya  beberapa  kali  memberikan  kesempatan  siswa
mengekspresikan  diri  melalui  sastra  dengan  cara  mengajak  siswa menceritakan  kembali  cerita  dari  buku  yang  telah  dibaca  pada  kegiatan
reading  group,
selebihnya  tidak  teramati.  Kegiatan  berseni  sastra  yang dilakukan  sekedar  menceritakan  kembali  sebuah  buku  karena  fokus
pembelajaran masih pada dasar calistung. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan aspek estetik terletak pada
keinginan siswa yang ingin berlama-lama melakukan kegiatan ini dan tidak mau  beralih  ke  pembelajaran  selanjutnya.  Pada  permasalahan  ini,  guru
mengambil langkah dengan memberi penjelasan dan pancingan pada siswa bahwa pembelajaran berikutnya akan lebih seru dan menyenangkan.
c.  Pengembangan Aspek Fisik
Kecerdasan  fisik  atau  kecerdasan  kinestetik  diartikan  sebagai kemampuan  menggerakkan  anggota-anggota  tubuh  dan  mengendalikan
gerak  dengan  cekatan  atau  indah  M.  Shodiq  Mustika,  2008:  15. Kecerdasan  kinestetik  dapat  dikembangkan  melalui  beberapa  strategi
pembelajaran. Berdasarkan pendapat berbagai ahli, upaya mengembangkan kecerdasan  fisik  siswa  dapat  dilakukan  dengan  cara  mengajak  siswa
melakukan  berbagai  gerakan,  mengadakan  permainan  tertentu,  perjalanan lapangan, serta mengajak siswa membuat sebuah model yang memerlukan
keterampilan motorik. Pada pembelajaran holistik di kelas II A SDIT LHI, pengembangan aspek fisik sudah dilakukan dengan cara di atas.
124 1  Mengajak siswa melakukan berbagai gerakan
Proses pembelajaran di kelas II A sudah menunjukkan bahwa guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengasah aspek fisiknya. Hal
itu  dapat  diketahui  dari  kegiatan  siswa  yang  selalu  mengajak  siswa melakukan gerakan melalui kegiatan tepuk dan senam ringan beberapa
saat.  Kegiatan  tepuk  paling  sering  dilakukan  saat  pembelajaran, terutama saat di awal pembelajaran, setelah istirahat pertama dan kedua,
serta di akhir pembelajaran. Kegiatan  tepuk  juga  sudah  terlihat  dilakukan  oleh  semua  siswa,
berbeda  halnya  dengan  senam  ringan  atau
ice  breaking
yang memerlukan cukup banyak gerak. Kegiatan ini tidak dilakukan sesering
tepuk  karena  tidak  banyak  siswa  yang  berpartisipasi  dengan  antusias. Hal itu juga dikarenakan senam ringan lebih disesuaikan dengan materi
pembelajaran yang dipelajari. 2  Mengadakan permainan tertentu
Guru  sudah  mengadakan  berbagai  permainan  saat  pembelajaran seperti  lomba  membuat  makanan,  permainan  putar  toples,  bermain
touch-touch
dan
lunjak-lunjak
. Keseluruhan jenis permainan ini sudah melibatkan  semua  siswa,  baik  hanya  gerakan  tangan,  sampai  seluruh
tubuh. Permainan juga disesuaikan dengan materi yang dipelajari, yaitu tentang makanan sehat dan hidup rukun.
125 3  Mengadakan perjalanan lapangan
Perjalanan  lapangan  terlihat  beberapa  kali,  yaitu  ketika  syawalan, memasak di
diningroom
, menuju pasar, dan mabit di panti asuhan. Pada beberapa  bentuk  perjalanan  lapangan  ini,  kegiatan  yang  dilakukan
sangat  beragam.  Syawalan  dilakukan  di  halaman  sekolah  setelah upacara, seluruh siswa dan guru berjabat tangan putri dengan putri, putra
dengan putra. Kegiatan memasak dilakukan di
diningroom
. Siswa diminta untuk membuat makanan cepat saji namun menyehatkan dari segi bahan yang
dipakai. Seluruh siswa terlibat. Suasana kekompakan tim dan kompetisi terlihat. Hal serupa juga tampak pada perjalanan lapangan menuju pasar.
Masing-masing  kelompok  belajar  cara  menawar,  mengenal  makanan khas, dan memahami lingkungan pasar secara nyata.
Mabit  atau  Malam  Bina  Iman  dan  Takwa  merupakan  bentuk perjalanan lapangan
field trip
yang dilakukan di panti asuhan Al Huda Imogiri.  Perjalanan  lapangan  ini  disebut  dengan  kegiatan
outing.
Meskipun ada beberapa siswa kelas II A yang tidak terlibat karena ada keperluan  lain,  namun  kegiatan  yang  berlangsung  selama  dua  hari
semalam ini penuh dengan kegiatan. Pada kegiatan ini jiwa kemandirian, tanggung jawab, disiplin, sosial-empati, dan kebersamaan siswa tumbuh
dengan baik melalui pengalaman nyata bersama teman sekelas bahkan teman-teman penghuni panti asuhan sendiri.
126 4  Mengajak siswa membuat model yang perlu keterampilan motorik
Kegiatan  yang dilakukan seperti  membuat hiasan pada kaleng dan membuat makanan di sekolah dan di rumah.  Kegiatan membuat hiasan
kaleng sebagai tempat uang infak kurban sedangkan membuat makanan di  sekolah  yaitu  membentuk  aneka  bahan  yang  dibawa  siswa  menjadi
makanan yang unik. Secara  keseluruhan  guru  menyampaikan  bahwa  tidak  ada  kendala
berarti  yang  dihadapi  dalam  mengembangkan  aspek  fisik.  Hanya  saja terdapat sedikit kesulitan mengatur siswa dua hari berada di panti sehingga
guru selalu bersiaga menjaga siswa. d.  Pengembangan Aspek Intelektual
Terdapat berbagai upaya mengembangkan aspek intelektual siswa. Hal- hal yang dapat dilakukan guru, antara lain memberi keleluasaan bagi siswa
untuk  merencanakan  cara  menemukan  jawaban  dari  sebuah  masalah  atau pertanyaan,  membimbing  siswa  merefleksikan  temuan  sementara,
mengadakan  pengamatan,  mengajak  siswa  mengolah  berbagai  informasi atau temuan dari pengamatan, mengajak siswa demonstrasi, dan presentasi.
Hal-hal  yang dilakukan guru untuk mengembangkan aspek intelektual adalah guru selalu memberikan kesempatan bagi siswa untuk memikirkan
dan memutuskan jawaban dari pertanyaan atau tugas yang diberikan guru. Siswa diberikan waktu memikirkan apa yang harus dituliskan pada lembar
kerja maupun menjawab lisan pertanyaan yang diajukan guru.
127 Setelah  guru  memberi  waktu  bagi  siswa  untuk  memikirkan  jawaban,
kegiatan  lain  yang  dilakukan  guru  antara  lain,  guru  selalu  mengarahkan siswa untuk mengolah informasi yang telah diperolehnya dengan meminta
siswa  menjawab  pertanyaan  atau  berpendapat.  Siswa  juga  menyatakan sering menjawab pertanyaan guru.
Selanjutnya, guru membimbing siswa merefleksikan jawaban sementara siswa  melalui  penekanan  pada  jawaban  yang  dianggap  benar  dan
memberikan pertanyaan terkait jawaban sementara tersebut. Hal ini sering dilakukan  guru  ketika  siswa  mengisi
worksheet
dan  juga  ketika
reading group.
Guru  juga  selalu  mengadakan  pengamatan  awal  agar  siswa memperoleh  pengetahuan  awal  secara  nyata,  baik  melalui  buku,  gambar,
video,  maupun  obyek  langsung  seperti  ketika  mengamati  perbedaan  fisik teman.
Guru  mengajak  siswa  mendemonstrasikan  sesuatu  yaitu  saat memperagakan  sebagai  penjual  secara  langsung,  selebihnya  guru  tidak
melakukannya.  kegiatan  demonstrasi  yang  dilakukan  saat  pembelajaran adalah  memperagakan  cara  memberikan  uang  kembalian  yang  benar  dan
memperagakan alat masak seperti pisau, blender, sampai wajan dan kompor, namun tetap di bawah pengawasan guru.
Guru juga sering meminta siswa untuk presentasi, hanya beberapa kali guru  tidak  melakukannya.  Presentasi  yang  sering  dilakukan  siswa  di
antaranya mempresentasikan
holiday project, cooking project, daily project.
Beberapa  presentasi  ini  sebenarnya  merupakan  kegiatan  proyek  yang
128 dilakukan  secara  integratif  dengan  kegiatan  lain.  Kendala  yang  dihadapi
dalam  mengembangkan  aspek  intelektual    adalah  waktu  yang  diperlukan cukup banyak.
e.  Pengembangan Aspek Emosional Goleman  mengutip  Peter  Salovey  yang  mengelompokkan  kecerdasan
emosional  ke  dalam  lima  bidang,  antara  lain:  1  mengenali  emosi;  2 mengelola emosi; 3 memotivasi diri; 4 mengenali emosi orang lain; dan
5  mengatasi  hubungan.  Tiga  bidang  pertama  kecerdasan  emosi  menurut Peter  Salovey  sama  dengan  kecerdasan  intrapersonal  Gardner,  sedangkan
dua  terakhir  sama  dengan  konsepsi  Gardner  tentang  kecerdasan interpersonal Thomas R. Hoerr, 2007: 116-117.
Terdapat banyak cara yang dapat ditempuh guru untuk mengembangkan kecerdasan  intrapersonal  peserta  didik.  Menurut  Trisna  Widodo  2013,
kecerdasan  intrapersonal  dapat  dikembangkan  dengan  cara  memotivasi siswa untuk menggambarkan perasaan terhadap sesuatu, dan mengomentari
atau menilai hasil pekerjaannya. Guru sudah memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengekspresikan apa yang dirasakan terhadap sesuatu. Bentuk
ungkapan  perasaan  siswa  adalah  berupa  lisan  pada  forum  terbuka  ketika siswa
melihat secara langsung kehidupan di panti pembelajaran ke-5 dan ungkapan  sedih  pada  forum  terbuka  sesaat  setelah  pulang  dari  takziah
pembelajaran  ke-11.  Hal  ini  untuk  memupuk  rasa  rendah  hati  siswa Thomas  R.  Hoerr,  2007:  19.  Guru  sudah  mengarahkan  siswa  untuk
129 memiliki  rasa  rendah  hati  dengan  cara  mengingatkan  siswa  dan  melalui
kisah-kisah yang disampaikan oleh guru. Thomas  Armstrong  2002:  84  menyebutkan  beberapa  cara  untuk
mengembangkan kecerdasan interpersonal, antara lain membantu teman lain memahami materi, tutorial antar angkatan, dan berbagi rasa dengan teman.
Selain  itu,  guru  juga  mendidik  siswa  belajar  amanah.  Hal-hal  yang dilakukan guru antara lain meminta siswa bertanggung jawab pada tugas-
tugasnya,  mengembalikan  buku,  dan
clean  up
sebagai  bentuk  belajar amanah.
Selanjutnya,  Adi  W.  Gunawan  2007:  119-120  menyebutkan  cara mengembangkan  kecerdasan  interpersonal,  antara  lain  mempelajari  dan
mengerti serta peka terhadap
mood
, motivasi, dan perasaan orang lain serta menumbuhkan  rasa  simpati  dan  empati  terhadap  orang  lain.  Berdasarkan
wawancara  dengan  guru,  pembelajaran  mengandung  unsur  mengajarkan rasa empati pada siswa dengan cara mengajak siswa untuk berbagi sesuatu
seperti kado dan makanan, mabit, dan
takziah
. Di sisi  lain, terdapat  pula  beberapa upaya  yang  dapat  dilakukan untuk
mengembangkan  kecerdasan  interpersonal  siswa,  antara  lain  menetapkan peraturan  dan  norma  kelas  dan  mengadakan  pertemuan  kelas.  Linda
Campbell,  Bruce  Campbell,  Dee  Dickinson,  2006:  173.  Pada pelaksanaannya, ada siswa yang patuh dan ada pula siswa yang tidak patuh
pada peraturan. Bagi siswa yang patuh, guru selalu memberikan penguatan kepada siswa yang berani dan percaya diri menyampaikan pendapat maupun
130 menjawab  pertanyaan  melalui  ucapan
excellent
,  hebat,  pintar,
smart
,  dan memberi tepuk tangan serta tepuk jempol. Guru juga menulis nama siswa di
papan tulis sebagai bentuk penguatan terhadap siswa-siswa yang rajin dan mampu menjawab dengan benar.
Sebaliknya,  bagi  siswa  yang  kurang  atau  tidak  patuh,  guru  selalu menegur  dan  mengingatkan  setiap  siswa  yang  kurang  disiplin  seperti
terlambat  sholat,  gaduh,  tidak  mau  belajar,  dan  sering  mengganggu temannya.  Guru  memanggil  nama-nama  siswa,  mendekati  siswa  lalu
meminta  mereka  untuk  tidak  mengganggu  temannya,  dan  mencatat  nama siswa di papan tulis sebagai bentuk teguran dari guru terhadap siswa-siswa
yang kurang disiplin. Kendala yang dihadapi guru dalam mengembangkan aspek  emosional  siswa  adalah  diperlukan
ketelatenan
yang  ekstra  tinggi karena  tidak  semua  masing-masing  siswa  memiliki  emosi  yang  berbeda-
beda setiap waktunya. f.  Pengembangan Aspek Sosial
Pembelajaran  holistik  memperhatikan  pengembangan  aspek  sosial peserta  didik.  Hal  yang  dapat  dilakukan  guru  antara  lain  dengan  melatih
adanya kerja tim Jejen Musfah, 2012: 37. Berdasarkan observasi, kegiatan yang diselenggarakan guru di kelas adalah guru sering membagi kelas dalam
beberapa  kelompok.  seperti
reading  group
,  diskusi,  pengamatan,  proyek membuat makanan, dan proyek berjualan.
Aspek  sosial  juga  didukung  dengan  adanya  keterlibatan  aktif  siswa dalam  pembelajaran  Jejen  Musfah,  2012:  37.  Guru  sudah  berusaha
131 melibatkan  siswa  untuk  terlibat  secara  aktif  dalam  proses  pembelajaran
melalui  presentasi,  menyanyi  bersama,  senam,  menjawab  berbagai pertanyaan,  melakukan  permainan,  berdiskusi,  membaca,  menyusun
anggaran, menonton video, mengerjakan
worksheet
,
ice breaking
, membuat makanan, berjualan, dan
reading.
Siswa  sudah  diarahkan  untuk  menerapkan  pengetahuan  yang  mereka dapatkan  selama  proses  pembelajaran  baik  melalui  bentuk  kesempatan
menjawab  pertanyaan  maupun  dalam  perbuatan  nyata  di  lingkungan masyarakat seperti misalnya guru sudah mengajak siswa untuk melakukan
wawancara dengan penjual di pasar dan berjualan saat
market day
di sekolah yang hasilnya digunakan untuk kegiatan sosial.
Aspek sosial pada peserta didik juga dapat dikembangkan dengan cara melatih  peserta  didik  menumbuhkan  perasaan  senang  melakukan  suatu
pekerjaan,  peduli  terhadap  sosial,  berjiwa  sosial  dan  dermawan, menghormati  sesama,  belajar  memahami  perbedaan,  melatih  kerja  sama,
dan  taat  pada  peraturan  yang  berlaku  Jejen  Musfah,  2012:  37.  Dalam menumbuhkan  jiwa  sosial  peserta  didik,  guru  selalu  memberikan  pesan
moral yang disampaikan baik di awal, tengah, maupun akhir pembelajaran. Selain itu, dalam kehidupan sosial tidak terlepas  dari suatu tata tertib.
Guru selalu mengajak siswa agar taat pada aturan pembelajaran yang ada di kelas seperti dilarang gaduh,  mengganggu teman serta tertib di kelas, dan
memberi siswa perjanjian di awal pembelajaran atau membuat kesepakatan.
132 Hal  semacam  ini  dilakukan  guru  dalam  setiap  kesempatan  dengan  tujuan
agar siswa benar-benar patuh dan dapat menjadi kebiasaan. Guru  sering  menyajikan  permasalahan-permasalahan  sosial  atau  isu
yang berkaitan dengan tema atau  yang  dicantumkan pada
unit  plan
untuk dibahas  bersama  dengan  siswa  dengan  cara  menceritakan  kembali
permasalahan tersebut dan meminta siswa menanggapinya. Guru juga sudah mengajarkan siswa bentuk kepedulian sosial. Kegiatan
berupa  merancang  anggaran  membuat  makanan  pada  pembelajaran  ke-9, dan  pameran  makanan  khusus  di  kelas  pada  pembelajaran  ke-10,  serta
menjajakan makanan saat
market day
pada pembelajaran ke-12
,
selebihnya tidak  teramati.  Hasil  penjualan
market  day
sengaja  dialokasikan  untuk kegiatan amal menyantuni anak yatim piatu. Namun karena hasil penjualan
belum  mencapai  kesepakatan,  hasil  penjualan  dialihkan  untuk  menambah kas  sekolah  membeli  hewan  kurban.  Secara  keseluruhan,  kendala  guru
dalam mengembangkan aspek sosial yaitu lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tertentu.
4. Penilaian Pembelajaran Holistik