Berdasarkan Gambar 1 terdapat saluran pemasaran yang melibatkan STA untuk menjadi salah satu lembaga pemasaran yang terkait dalam sistem tataniaga
buah pisang. Model STA pada Gambar 1 merupakan buah pemikiran atau rintisan dari Departemen Pertanian yang bertujuan untuk menemukan sistem tataniaga
yang ideal untuk pelaku usaha yang bergerak dalam bidang komoditas agribisnis. Dalam impelementasinya model STA ini belum sesuai dengan rencana,
karena jumlah penawaran kurang cukup secara ekonomik dan kualitas produk belum homogen. Mengenai berapa besar penawaran yang tersedia untuk memasok
produk dapat dijadikan topik penelitian bagi mahasiswa Agribisnis Wagiono, 2009 dalam bunga rampai. Kegiatan sortasi, grading, dan pengepakan seluruhnya
dapat dilakukan di STA, yang selanjutnya dikirim ke Terminal Agribinis TA atau pasar.
3.1.3 Pasar
Pasar adalah arena tempat mengorganisir beserta fasilitas dari aktifitas bisnis untuk menjawab pertanyaan ekonomi pasar: apa yang diproduksi,
bagaimana memproduksinya, berapa banyak diproduksi dan bagaimana mendistribusikan hasil yang di produksi Kohl dan Uhls, 2002 dengan demikian
pasar dapat didefinisikan sebagai 1 lokasi, 2 produk, 3 waktu dan, 4 tingkat pasar.
Menurut Hammond dan Dahl 1977, pasar dalam pengertian ekonomi adalah ruang atau dimensi dimana kekuatan penawaran dan permintaan bekerja
untuk menentukan atau mengubah harga. Pasar merupakan himpunan semua pelanggan yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau keinginan yang mungkin
ingin dan mampu terlihat dalam pertukaran untuk memutuskan kebutuhan atau keinginan Kotler,1993.
Pasar adalah sebagai suatu lokasi secara fisik dimana terjadi jual-beli atau suatu keadaan terbentuknya suatu harga dan terjadinya perpindahan hak milik
tertentu Limbong dan Sitorus, 1987.
3.1.4 Lembaga Pemasaran dan Saluran Pe masaran
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau
individu yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan badan usaha dengan badan
usaha lain. Lembaga pemasaran ini timbul karena ada keinginan konsumen untuk komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan
konsumen Sudiyono, 2002. Menurut Limbong dan Sitorus 1987, lembaga pemasaran adalah badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran
dimana terdiri dari golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa. Setiap pelaku pemasaran akan memperoleh keuntungan yang berbeda dalam
proses pemasaran. Lembaga pemasaran dalam menyampaikan komoditi pertanian dari
produsen berhubungan satu sama lain yang membentuk jaringan pemasaran. Pola- pola pemasaran yang terbentuk selama pergerakan arus komoditi pertanian dari
petani produsen ke konsumen akhir ini disebut sistem pemasaran. Menurut Kotler 2002, saluran pemasaran adalah serangkaian lembaga
yang melakukan fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikian dari produsen ke konsumen. Produsen memiliki peranan utama
dalam menghasilkan barang-barang dan sering melakukan sebagian kegiatan pemasaran, sementara itu pedagang menyalurkan komoditas dalam waktu tempat
dan bentuk yang diinginkan konsumen. Hal ini berarti bahwa saluran pemasaran yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada masing-
masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan pemasaran tersebut. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga- lembaga pemasaran
tersebut berada dalam suatu saluran distribusi pemasaran. Saluran distribusi pemasaran merupakan saluran yang digunakan oleh produsen untuk menggerakan
dan menyalurkan produknya kepada konsumen akhir Limbong dan Sitorus, 1987. Saluran pemasaran yang terjadi dapat dibedakan menjadi empat tingkatan,
yaitu: 1.
Saluran tingkat nol, yaitu produsen langsung menjual produknya ke konsumen akhir.
2. Saluran setingkat, yaitu hanya terdapat satu lembaga pemasaran yang terlibat
yaitu pengecer. 3.
Saluran dua tingkat, dimana terdapat dua lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran yaitu grosir dan pengecer.
4. Saluran tiaga tingkat, dimana terdapat tiga lembaga pemasaran yang terlibat
dalam proses pemasaran yaitu grosir, distributor, dan pengecer. Proses penyaluran produk sampai ke tangan konsumen dapat
menggunakan saluran yang panjang atau pendek, sesuai dengan kebijaksanaan saluran distribusi yang ingin dilaksanakan produsen Assauri, 2002 dalam
Sihombing 2010, Mata rantai distribusi menurut bentuknya dibagi menjadi dua yaitu distribusi langsung dan distribusi tidak langsung. Distribusi langsung yaitu
produsen menjual langsung produknya kepada konsumen tanpa ada perantara. Sedangkan distribusi tidak langsung produsen di dalamnya menjual produk
melalui perantara seperti pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang grosir, dan pedagang pengecer.
Umumnya lembaga pemasaran komoditi pertanian terdiri dari petani pedagang pengumpul di tingkat lokal, pedagang antar daerah, pedagang besar,
pengecer dan agen-agen penunjang. Agen penunjang seperti perusahaan pengangkutan, perusahaan penyimpanan, pengolahan biro-biro periklanan,
lembaga keuangan dan lain sebagainya. Lembaga ini penting dalam proses penyampaian komoditi pertanian yang bersifat musiman, volume produk besar
dengan nilai yang kecil bulky, dan tidak tahan lama. Sehingga pelaku pemasaran harus memasok barang dengan jumlah yang cukup untuk mencapai jumlah yang
dibutuhkan konsumen dan tersedia secara kontinu. Semakin efisien sistem tataniaga hasil pertanian, semakin sederhana pula jumlah rantai pemasarannya.
Beberapa faktor yang harus pertimbangkan dalam memilih saluran tataniaga Limbong dan Sitorus, 1987 yaitu :
1. Pertimbangan Pasar : siapa konsumen, rumah tangga atau industri besarnya
potensi pembelian, bagaimana konsentrasi pasar secara geografis, berapa jumlah pesanan dan bagaiman kebiasaan konsumen dalam membeli.
2. Pertimbangan barang : berapa besar nilai per unit barang tersebut, besar dan
berat barang mudah rusak atau tidak, sifat teknis berupa barang standar atau pesanan dan bagaimana luas produk perusahaan yang bersangkutan.
3. Pertimbangan dari segi perusahaan : sumber modal, kemampuan dan
pengalaman manajerial, pengawasan penyaluran dan pelayanan yang diberikan penjual.
4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi pelayanan yang dapat
diberikan oleh lembaga perantara, sikap perantara terhadap kebijakan produsen, volume penjualan dan pertimbangan biaya.
Menurut Saefuddin dan Hanafiah 1983 panjang saluran pemasaran tergantung pada :
1. Jarak antara produsen dan konsumen
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen maka semakin panjang pula saluran tataniaga yang terjadi.
2. Skala Produksi
Semakin besar skala produksi, saluran yang terjadi cenderung panjang karena memerlukan pedagang perantara dalam penyaluranya.
3. Cepat tidaknya produksi rusak
Produk yang mudah rusak menghendaki saluran pemasaran yang pendek karena harus segera di terima konsumen.
4. Posisi keuangan Pengusaha
Pedagang dengan posisi keuangan yang kuat cenderung dapat melakukan lebih banyak fungsi pemasaran dan memperpendek saluran pemasaran.
Dengan mengetahui saluran pemasaran suatu komoditas maka dapat diketahui jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur dapat
ditempuh, serta dapat mempermudah mencari besarnya marjin yang diterima setiap lembaga yang terlibat.
3.1.5 Fungsi-Fungsi Pemasaran