Karakteristik Petani Responden GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

pemasarankonsumen di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Tanggerang dan Bekasi. Penduduk di Kecamatan pacet memliki beragam mata pencaharian pokok, mulai dari petani, buruh tani, swasta, PNS, TNI, pedagang, peternak dan jasa. Mata pencaharian pokok penduduk dominan sebagai buruh tani sebanyak 9.723 orang

5.2 Karakteristik Petani Responden

Pengambilan petani responden dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek yang dilihatdikaji yaitu: umur responden, tingkat pendidikan, jenis kelamin, luas lahan pengusahaan daun bawang dan status kepemilikan lahan. Responden dipilih sebanyak 20 orang dalam satu kecamatan, yaitu petani yang sedang memproduksi atau melakukan panen daun bawang. Petani responden tidak hanya menanam daun bawang sebagai komoditi utama, tetapi juga menaman berbagai sayuran antara lain seperti wortel, brokoli, tomat dan seledri. Dalam satu lahan petani memisahkan berbagai komoditas dalam satu satuan lahan atau disekat berpetak-petak dalam satu lahan dan selain itu terdapat beberapa petani yang menanam dengan metode tumpangsari yaitu, dalam satu petak lahan divariasikan dua-tiga komoditi sayuran. Petani responden yang melakukan usahatani sayuran di Kecamatan Pacet sebagai mata pencahariaan utama juga memilki pekerjaan samp ingan seperti berdagang, buruh tani maupun bentuk usaha lainnya. Hal ini dilakukan sebagai tambahan pendapatan bagi kepala keluarga maupun sebagai tambahan untuk membeli saran produksi yang dibutuhkan diluar usahatani yang selama ini dijalankan. Umur petani yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar 30-70 tahun. Luas penguasaan lahan berkisar antara 0,5-3 hektar dimana status lahan bukan milik sendiri. Sebagian besar petani sudah bertani selama sepuluh tahun yang lalu. Tingkat pendidikan petani responden sebagian besar yaitu SD 50 persen, SLTP 25 persen, dan yang lainnya adalah tidak lulus SDtidak bersekolah 10 persen. Adapun jenis kelamin dari petani responden yaitu semuannya laki- laki. Tabel 10 berikut akan menyajikan jumlah petani responden berdasarkan kriteria umur, tingkat pendidikan, tingkat pengalaman dan luas lahan garapan. Tabel 9. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Usia, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengalaman dan Luas Lahan Garapan di Kecamatan Pacet Tahun 2010 Umur tahun Jumlah Responden Orang Persentase 30-40 8 40 40-50 10 50 50 2 10 Total 20 100 Tingkat Pendidikan Tidak tamat SD 2 10 Tamat SD 10 50 Tamat SLTP 5 25 Tamat SLTA 3 15 Tingkat pengalaman ≤ 5 tahun 9 45 ≥ 6 tahun 11 55 Luas lahan ≤ 1 ha 6 30 ≥ 1ha 14 70 Dari tabel diatas bahwa tingkat pendidikan petani responden didominasi dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar SD. Kondisi ini terjadi karena dua hal yang pertama adalah biaya pendidikan dan kesadaran tentang pentingnya pendidikan. Namun sudah beberapa tahun ini kesadaran terhadap pendidikan mulai diperhatikan dengan baik oleh masyarakat setempat. Sebagian besar petani yang menjadi responden memilki pengalaman bertani lebih dari lima tahun. Hal ini karena kegiatan usahatani di Kecamatan Pacet telah dilakukan secara turun- temurun. Pada Tabel 9 menunjukan bahwa sebagian besar petani responden mempunyai pengalaman bertani lebih dari sepuluh tahun, hal ini tentunya menjadi nilai tambah bagi para petani untuk melaksanakan kegiata n usahatani sayuran. Luasan lahan yang digarap oleh setiap petani responden merupakan salah satu faktor pendukung kegiatan budidaya daun bawang. Dari hasil wawancara dengan petani responden didapat bahwa luasan lahan yang disusahakan terbagi menjadi dua kategori yang pertama luasan dibawah 1 hektar dan lebih dari satu hektar. Pembagian luas lahan tersebut dilakukan untuk menggambarkan kondisi luas lahan yang dimiliki oleh petani responden di Kecamatan Pacet serta pengaruhnya terhadap kapasistas produksi. Jenis kelamin yang diambil dalam penelitian ini adalah laki- laki dengan pertimbangan sebagai kepala keluaraga rumah tangga, untuk perempuan bertugas membantu suami dalam pengerjaan kegiatan pertanian terutama usaha daun bawang yang dilaksanakan dengan anggota keluarga lainnya. Pengalaman bertani juga mempengaruhi keberhasilan usahatani daun bawang, petani yang sudah berpengalaman dalam usahatani daun bawang akan lebih mengerti dan memahami cara budidaya yang baik, namun tetap saja petani masih menggnakan teknik bertani yang masih tradisional secara turun-temurun. Petani responden di Kecamatan Pacet untuk berproduksi dun bawang belum dilakukan secara optimal hal ini dikarenakan karakteristik petani di Kecamatan Pacet dalam hal menanam tidak memfokuskan pada satu komoditi tetapi dengan mengikuti perkembangan pasar terhadap komoditi yang sedang baik harga jualnya. Hal ini yang menyebakan sering terjadi fluktuatif produksi daun bawang dipasar, hal ini berimplikasi terhadap output yang tersedia dipasar terkadang untuk satu komoditi produksi belum memenuhi jumlah permintaan pasar sehingga mengakibatkan produk langka dan menjadikan harga suatu komoditi tersebut mengalami peningkatan harga. Hal sebaliknya terjadi terhadap komoditi yang banyak tersedia dipasar. Untuk menyiasati hal tersebut petani responden melakukan metode penanaman dengan sistem tumpangsari yaitu menanam beberapa komoditi dalam satu petak lahan, metode seperti ini yang dominan dilakukan oleh petani sayuran diwilayah Kecamatan Pacet. Untuk proses penjualan hasil panen petani responden mayoritas menjual hasil panennya ke tengkulak atau pedagang pengumpul kebun, sehingga ketergantungan tehadap pedagang pengumpul kebun dalam hasil penjualan panen masih sangat besar, walaupun terdapat beberapa petani yang menjual daun bawang langsung ke pasar atau ke beberapa pedagang besar. Beberapa petani yang menjual langsung ke pasar mempertimbangkan dengan volume hasil panen yang dihasilkan dan dihubungkan dengan biaya transportasi ser ta proses pengangkutan. Petani yang langsung menjual hasil panenya ke pasar atau pedagang besar mempertimbangkan biaya transportasi karena untuk volume hasil panen daun bawang yang besar sekali pengiriman jika dijual kepasar akan banyak membutuhkan biaya transporatsi yang besar, tidak efisien jika petani dengan hasil panen skala kecil dijual langsung kepasar atau pedagang besar hal tersebut yang menyebabkan mayortitas petani dengan skala usaha kecil menjual hasil panennya melalui pedagang pengumpul kebun. Hal kedua yang dipertimbangkan adalah proses pengangkutan, untuk petani daun bawang dengan skala usaha kecil melakukan pengangkutan hasil panen daun bawangnya digabungkan dengan hasil panen komoditi lain sehingga hal ini akan menghemat biaya transportasi melalui efisiensi proses pengangkutan. Petani dengan keterbatasan sarana dan prasarana khususnya dalam hal transportasi dan pengangkutan hasil panen ke pasar melakukan penyewaan kendaraan angkutan umum, yaitu angkutan kota untuk pasar terdekat atau minicolt mitshubishi tipe L300 untuk pasar luar kota.

5.3 Karakteristik Pedagang Responden