Efisiensi Pemasaran Keragaan Pasar .1 Analisis Margin Tataniaga

biaya yang terjadi di pedagang besra yang melakukan pengiriman ke supermarkat adalah yang terbesar disaluran ini yaitu sebesar Rp 403 per kilogram. Biaya terkecil pada saluran IV terjadi ditingkat pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 17,4, hal tersebut terjadi karena biaya-biaya yang dilakukan pedagang pengecer lebih sedikit sehingga mempengaruhi nilai biaya di tingkat pedagang pengecer pada saluran empat. Keuntungan yang terjadi pada saluran IV merupakan nilai keuntungan yang terbesar diantara saluran lain ya itu sebesar Rp 8.591 dan dari lembaga- lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran empat keunt ungan terbesar terjadi di tingkat pedagang besar yang mengirim daun bawang ke supermarket, yaitu mempeoleh keuntungan sebesar Rp 6.598. Peninjauan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran suatu saluran dikatakan efisien apabila penyebaran nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada masing- masing lembaga pemasaran merata. Artinya setiap satu satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan memberika n keuntungan yang tidak jauh beda dengan lembaga pemasaran lainnya yang terdapat pada saluran tersebut. Pada Tabel 13, bahwa nilai total dari rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran daun bawang yang ada di Kecamatan Pacet terbesar pada saluran II yaitu sebesar 17. Maka untuk setiap 1 satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar 17 rupiah. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran terbesar ditingkat lembaga pemasaran terjadi pada tingkat pedagang pengecer saluran IV sebesar 56,5 dan terkecil pada saluran IV sebesar 1,7. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran yang memiliki rasio LiCi adalah saluran kedua sebesar 17 persen, hal ini dikarenakan volume penjualan pada saluran ke dua lebh besar dibandingkan ketiga saluran lainnya.

6.6.4 Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran merupakan tujuan yang ingin d icapai dalam suatu pemasaran. Efisiensi pemasaran dapat tercapai apabila system pemasaran yang ada telah memberikan kepuasan terhadap pelaku-pelaku pemasaran seperti petani, pedagang pengecer, pedagang besar dan konsumen akhir. Selain itu salah satu indicator atau alat analisis yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi diantaranya adalah dapat dilihat dari pola saluran pemasaran yang terbentuk, berjalannya fungsi- fungsi pemasaran, strutur pemasaran, strultur pasar, dan keragaan pasar. Efisiensi pemasaran daun bawang dapat dilihat dengan membandingkan total biaya yang dikeluarkan, penerimaan petani berdasarkan harga yang dijual di lembaga terakhir, dan margin. di bawah ini adalah Tabel 14. Nilai Efisiensi Pemasaran pada Masing- masing Pola Pemasaran Daun Bawang di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur per kilogram. Tabel 14. Nilai Efisiensi Pemasaran pada Masing- masing Pola Pemasaran Daun Bawang di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur per kilogram Saluran Pemasaran Total harga Total biaya Rp per kilogram Margin FS LiCi Volume kg I 6.500 300 38,5 61 7,3 8.050 II 26.460 473 63 18 17 10.900 III 6.750 270 11,1 88 2,6 2.600 IV 26.460 910,4 26,9 15 9,44 3.100 Keterangan : : Total harga dari penju mlahan pasar supermarket dan lo kal Berdasarkan Tabel 14 untuk mengetahui saluran pemasaran daun bawang di Kecamatan Pacet yang paling efisien dapat ditinjau dari beberapa langkah analisis terhadap pola pemasaran daun bawang yang terjadi di wilayah Pacet diantaranya ; 1. Mengetahui nilai margin yang terjadi di setiap saluran pemasaran yang terdiri dari lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran tersebut. Pada saluran II memilki nilai margin terbesar, tetapi hal tersebut belum menentukan bahwa saluran II dapat dikatakan efisien karena pada saluran II penyebaran margin yang terjadi tidak merata terhadap lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran tersebut. Margin terjadi dengan mengetahui nilai biaya dan keuntungan, pada saluran II terjadi ketidakseimbangan pada pengambilan keuntungan yang dilakukan oleh pedagang besar. 2. Mengetahui nilai farmer’s share pada setiap pola saluran pemasaran yang terlibat, berdasarkan Tabel 14 farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran III sebesar 88 persen tetapi hal ini belum menjadi indikator saluran pemasaran tersebut efisien, karena pada saluran III lembaga pemasaran yang dilibatkan terlampau sedikit dan dilihat dari segi volume yang dipasarakan pada saluran tiga rendah. Disamping itu pada saluran II tidak mendatangkan manfaat terhadap penambahan nilai guna dari produknya sendiri jika dialurkan langsungke pasar, untuk menambah nilai guna dari suatu produk dalam saluran tataniaga dapat dilakukan berbagai fungsi- fungsi tataniaga yang dapat menambah manfaat bagi setiap lembaga pemasaran yang terlibat dari a lur tataniaga daun bawang tersebut. 3. Penyebaran nilai rasio LiCi yang merata. Dari Tabel 15 nilai terhadap rasio LiCi menunjukan saluran II tertinggi dalam perolehan rasio LiCi sebesar 17 persen, tetapi belum dapat dikatakan efisien karena penyebaran terhadap lembaga pemasaran yang terlibat tidak merata, terjadi ketimpangan dalam hal pengeluaran biaya dan pengambilan keuntungan dari masing- masing lembaga pemasaran yang terlibat. Berdasarkan Tabel 13 maka, secara operasional dari empat pola saluran tataniaga yang ada saluran tataniaga I lebih efisien jika ditinjau dari penyebaran margin yang merata di setiap lembaga pemasaran yang terlibat dan dilihat dari penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya LiCi ratio pada masing- masing lembaga pemasaran tersebar merata, dengan demikian meratanya penyebaran LiCi ratio serta marjin pemasaran secara teknis sistem pemasaran tersebut semakin efisien.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Saluran tataniaga daun bawang di Kecamatan Pacet melibatkan beberapa lembaga pemasaran yang dimulai dari petani, pedagang pengumpul kebun PPK, Sub Terminal Agribisnis STA, pedagang besargrosir sampai pedagang pengecer. Dari masing- masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses alur tataniga daun bawang sampai ke konsumen terdapat empat pola saluran pemasaran, yang masing lembaga pemasaran tersebut menghadapi proses alur tataniaga yang berbeda yang dapat dilihat berdasarkan fungsi- fungsi pemasaran, struktur, perilaku pasar dan keragaan pasar. Fungsi –fungsi yang dilakukan oleh lembaga –lembaga pemasaran yang terlibat meliputi fungsi fisik, fungsi pertukaran dan fungsi fasilitas yang sudah dilakukan cukup baik, namun belum tepat dilakukan oleh petani. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani, PPK dan pedagang pengecer adalah pasar persaingan sempurna, sedangkan struktur pasar yang dihadapi STA dan pedagang besar cenderung mengarah ke pasar oligopoly. Perilaku pasar yang dihadapi dalam praktek penjualan dan pembelian telah menjalin kerjasama yang erat dan cukup baik antara lembaga pemasaran. 2. Hasil analisis terhadap sistem tataniaga daun bawang di Kecamatan Pacet menunjukkan bahwa sebaran marjin keuntungan dan marjin biaya yang ditanggung oleh masing- masing lembaga pemasaran berbeda-beda sesuai dengan fungsi pemasaran yang telah dilakukan oleh masing- masing lembaga pemasaran. Marjin terbesar terdapat pada saluran IV dan terkecil pada saluran III. Secara operasional dari empat pola saluran tataniaga yang ada saluran tataniaga I lebih efisien jika ditinjau dari penyebaran margin yang merata di setiap lembaga pemasaran yang terlibat dan dilihat dari penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya LiCi ratio pada masing-