82 Tabel 18. Perkembangan Total Biaya Produksi Obat Tradisional Taman Sringanis
Tahun 2001-2004 Tahun
Biaya Rp Perkembangan
2001 40 958 320
- 2002
85 616 400 109,04
2003 104 094 300
21,59 2004
120 750 650 16,01
Rata-rata 87 854 917,50
48,88
Sumber : Taman Sringanis, 2005
6.1.3 Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan penelitian dan pengembangan Taman Sringanis berorientasi pada peningkatan mutu dan diversifikasi produk. Konsumen merupakan faktor utama
dalam melakukan penelitian dan pengembangan, karena kegiatan tersebut dimulai dengan adanya penilaian dari konsumen. Taman Sringanis melakukan
pengembangan ilmu berdasarkan pengalaman konsumen dan informasi yang diperoleh dari hasil kunjungan keberbagai pelosok di Indonesia.
Taman Sringanis menawarkan tanaman obat sebagai obyek wisatanya merupakan agrowisata yang baru dalam wisata kebun tanaman obat. Taman
Sringanis sebagai bentuk dari kegiatan pelayanan dalam pengembangan usaha agrowisata yang diperuntukkan bagi peminat khusus tanaman obat.
Pengelolaan kebun tanaman obat ke arah yang lebih baik sesuai dengan perkembangan industri dan untuk pencapaian kepuasan konsumen, serta
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen yang terus mengalami perubahan, perlu diupayakan oleh pengelola agar dapat meningkatkan daya saing dan
mempertahankan eksistensi Taman Sringanis. Perbaikan dan penambahan berbagai fasilitas dengan tata letak areal yang bagus seperti penataan kebun,
83 penambahan tanaman, dll sangat dibutuhkan untuk menciptakan kesan yang lebih
alami, sejuk dan nyaman Deptan, 2002.
6.1.4 Keuangan
Kondisi keuangan Taman Sringanis sangat baik karena menggunakan modal pribadi dan tidak memiliki beban hutang. Berdasarkan nilai beban hutang
yang tidak dimiliki maka dapat dinilai bahwa rasio leverage Taman Sringanis sangat kecil sedangkan rasio likuiditasnya sangat tinggi. Rasio leverage
menunjukkan sampai seberapa jauh suatu perusahaan dibiayai oleh pihak luar hutang, sedangkan rasio likuiditas bermanfaat untuk mengetahui sampai
seberapa jauh perusahaan dapat melunasi hutang jangka pendeknya. Kondisi tersebut menjadi kekuatan Taman Sringanis karena setiap keuntungan yang
diperolehnya dapat digunakan kembali untuk menambah modal, selain itu juga dengan tidak adanya beban hutang maka Taman Sringanis tidak perlu
memaksakan diri untuk mencari laba yang besar untuk membayar hutang. Taman Sringanis melakukan pencatatan keuangan secara sederhana, yaitu
secara garis besar mengenai penerimaan dan pengeluaran saja, belum menerapkan sistem akuntansi. Hal ini merupakan faktor kelemahan karena dengan adanya
sistem akuntansi dapat dilakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan dengan lebih tepat. Informasi yang dihasilkan berupa laporan keuangan dapat berguna
bagi Taman Sringanis untuk mengajukan kredit kepada lembaga keuangan. Kondisi ini sepatutnya menjadi perhatian pemilik untuk menyediakan tenaga
bagian administrasi.
84
6.1.5 Pemasaran