Lingkungan Umum Identifikasi Faktor Eksternal Perusahaan

85

6.2.1 Lingkungan Umum

Lingkungan umum adalah suatu tingkatan dalam lingkungan eksternal perusahaan yang memiliki ruang lingkup luas dari operasional perusahaan. Lingkungan ini memberikan peluang dan ancaman serta kendala bagi perusahaan, tetapi satu perusahaan jarang sekali mempunyai pengaruh berarti terhadap lingkungan ini. Lingkungan yang dimaksudkan terdiri dari politik dan kebijakan pemerintah, ekonomi, sosial, dan teknologi.

6.2.1.1 Politik dan Kebijakan Pemerintah

Stabilitas politik dan keamanan merupakan aspek penting yang mempengaruhi iklim usaha disuatu negara. Kondisi politik bangsa Indonesia saat ini masih berada dalam keadaan tidak stabil. Konflik politik dan disintegrasi bangsa yang terjadi dibeberapa daerah serta kasus peledakan bom di Indonesia sampai saat ini belum terselesaikan. Keadaan politik dan keamanan yang tidak stabil memberikan dampak negatif bagi pelaku usaha, karena kondisi tersebut akan meningkatkan resiko dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya, termasuk Taman Sringanis. Stabilitas politik dan keamanan akan berpengaruh terhadap kegiatan produksi dan operasi yang akan berimplikasi terhadap harga dan penjualan. Kebijakan politik yang baik dan mendukung akan menciptakan keamanan dan kelancaran iklim berusaha pada suatu negara. Beberapa diantaranya adalah kebijakan pemerintah dalam bidang industri, kebijakan otonomi daerah, serta sistem perdagangan bebas. 86 a. Kebijakan Pemerintah yang Terkait dengan Industri Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan industri yaitu peraturan Menteri Kesehatan RI No. 329Menteri KesehatanXII76. Peraturan tersebut mengharuskan industri yang memproduksi makanan, termasuk minuman untuk mendapat ijin dari Menteri Kesehatan dan mendaftarkan produknya ke Departemen Kesehatan Republik Indonesia sebelum produk dipasarkan. Peraturan mengenai pemakaian wadah atau pembungkus, penandaan, label serta periklanan makanan atau minuman terdapat dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 79Menteri KesehatanIII1978. Kebijakan pemerintah dalam industri obat tradisional adalah pedoman CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik yang ditetapkan dalam lampiran Keputusan Menkes RI No.659MenkesSKX1999 tanggal 30 Oktober 1991. CPOTB merupakan cara pembuatan obat tradisional yang diikuti dengan pengawasan menyeluruh dan bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku. Kebijakan lain yang terdapat dalam industri obat tradisional adalah Keputusan Menteri Kesehatan RI No.0584MenkesSKVI1995 tentang pembuatan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional SP3T yang bertugas melakukan pengembangan, pengawasan, pengobatan tradisional agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya bagi manusia. Saat ini telah didirikan 12 Sentra P3T di 12 propinsi yang bertugas untuk melakukan uji klinis agar obat tradisional dapat diterima dalam pelayanan kesehatan formal. Kebijakan lain yang berpengaruh terhadap operasional perusahaan adalah kenaikan tarif BBM bahan bakar minyak dan TDL tarif dasar listrik yang 87 berimplikasi terhadap peningkatan biaya produksi. Pemerintah melalui Keppres no. 1332001 menyatakan kenaikan TDL sebesar enam persen setiap tiga bulan terhitung 1 januari 2002. Kenaikan BBM dilakukan secara bertahap, pada bulan April 2001 sebesar 20 persen kemudian mulai tanggal 15 Juni 2001 terjadi kenaikan sebesar 30 persen. b. Kebijakan Otonomi Daerah Peluang untuk mengembangkan usaha bagi setiap daerah akan semakain terbuka dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pelaksanaan otonomi daerah. Kota Bogor mengeluarkan Perda kota Nomor 11 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Daerah Bogor Propeda tahun 2001- 2005 yang menyatakan bahwa salah satu program kota Bogor dalam aspek ekonomi adalah pengembangan agribisnis. Hal tersebut memberikan peluang bagi pelaku usaha agribisnis, termasuk usaha pengolahan tanaman obat seperti Taman Sringanis. c. Perdagangan Bebas Indonesia telah memasuki era perdagangan bebas dengan keikutsertaannya dalam WTO World Trade Organization, APEC Asia Pasific Economic Cooperation , dan AFTA Asean Free Trade Area. Perjanjian tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing perekonomian negara-negara di dunia dengan cara menghilangkan hambatan tarif dan non tarif. Pelaksanaan perjanjain tersebut dapat menjadi peluang dan juga ancaman bagi setiap peserta. Tantangan yang harus dihadapi industri jamu dan obat tradisional dalam era perdagangan bebas sangat besar, karena negara kompetitor mampu memproduksi jamu dengan harga jauh lebih murah. Tantangan dari luar negeri 88 datang dari Cina yang lebih dahulu dikenal sebagai negara produsen jamu tertua di dunia. Harga jamu dari Cina yang jauh lebih murah dibandingkan dengan jamu dari Indonesia dipastikan mengancam kelangsungan industri jamu tradisional 1 . Hal tersebut dapat mengancam keberadaan industri-industri kecil seperti Taman Sringanis. Peluang yang didapatkan dari perdagangan bebas adalah peluang ekspor untuk tanaman obat dan obat tradisional yang lebih besar. Indonesia dapat memanfaatkan peluang tersebut karena memiliki potensi alam yang mendukung, namun dalam kenyataannya Indonesia baru menguasai kurang dari dua persen pangsa pasar dunia 2 . Masalah yang dihadapi dalam melakukan impor adalah peraturan ketat dari Departemen Kesehatan negara tujuan ekspor yang senantiasa menyesuaikan dengan selera masyarakat.

6.2.1.2 Ekonomi

Keadaan perekonomian suatu negara akan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan dan industri. Faktor ekonomi mengacu kepada sifat, cara, dan arah dari perekonomian dimana suatu perusahaan akan atau sedang beroperasi. Indikator dari kesehatan perekonomian dari suatu negara antara lain adalah pertumbuhan ekonomi, Produk domestik Bruto PDB, tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga, dan laju inflasi. a. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1 Industri Jamu Indonesia Hadapi Tantangan Besar. Sumber: Harian Kompas, 27 Juli 2004. 2 Indonesia baru Menguasai Dua Persen Pangsa Pasar Jamu. Sumber: Harian Kompas, 27 februari 2004. 89 Kondisi ekonomi Indonesia secara menyeluruh mulai menunjukkan adanya perbaikan. Perekonomian Indonesia pada tahun 2003 mengalami pertumbuhan sebesar 4,10 persen dibandingkan tahun 2002. Perekonomian Indonesia berdasarkan ukuran PDB produk domestik bruto pada tahun 2003 mengalami peningkatan dibanding PDB tahun 2002. PDB atas dasar harga yang berlaku pada tahun 2003 adalah sebesar Rp 176,1 triliun sedangkan PDB tahun 2002 sebesar Rp 1 610,6 triliun. Nilai PDB atas dasar harga konstan tahun 1993 pada tahun 2003 juga mengalami peningkatan dari Rp 426,9 triliun pada tahun 2002 menjadi sebesar Rp 444,5 triliun pada tahun 2003 3 . Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia diukur dengan produk domestik bruto atas dasar harga konstan dalam triwulan pertama 2004 meningkat 3,54 persen dibanding dengan triwulan keempat tahun 2003. Dibanding dengan triwulan yang sama tahun 2003, pertumbuhannya sebesar 4,46 persen. Perekonomian Indonesia tahun 2004 berdasarkan besar PDB atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 551,6 triliun, sedangkan berdasarkan harga konstan 2000 sebesar Rp 404 triliun 4 . Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan PDB per kapita periode tahun 2001 sampai dengan 2004 mengalami peningkatan sebesar 14,43 persen untuk PDB atas dasar harga yang berlaku. PDB per kapita atas dasar harga konstan 2000 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 3,49 persen Tabel 20. 3 Berita Resmi Statistik No. 30VII24 Mei 2004 4 Berita Resmi Statistik No. 30VII24 Mei 2004 90 Tabel 20. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Indonesia Tahun 2001-2004 Rupiah. Tahun PDB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku miliar Pertumbuhan persentase PDB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan miliar Pertumbuhan persentase 2001 7 137 229,.0 - 6 922 887,9 - 2002 8 828 049,9 23,69 7 135 899,7 3,07 2003 9 572 4849 8,43 7 390 707,0 3,57 2004 10 641 731,6 11,17 7 673 118.9 3,82 Rata-rata 14,43 3,49 Sumber: BPS, 2006 b. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pertumbuhan ekonomi suatu negara akam mempengaruhi besarnya pengeluaran untuk konsumsi. Semakin baik perekonomian suatu negara maka tingkat pengeluaran konsumsi akan semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai membaik akan berimplikasi terhadap peningkatan daya beli masyarakat sehingga pengeluaran konsumsi masyarakat meningkat. Tabel 21 memperlihatkan bahwa tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga semakin meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4,22 persen per tahun. Perkembangan pengeluaran konsumsi masyarakat dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk menghasilkan produk-produk yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. c. Laju Inflasi Meski pada bulan Desember terjadi deflasi, secara keseluruhan laju inflasi pada tahun 2005 mencapai 17,11 persen. Pelonjakan angka inflasi ini lebih banyak disebabkan oleh kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak BBM yang 91 terjadi dua kali selama tahun 2005, yang memicu kenaikan harga berbagai barang dan jasa sampai berulang-ulang kali. Angka inflasi 17,11 persen yang di luar perkiraan banyak kalangan ini jauh di atas angka inflasi yang ditetapkan dalam APBN Perubahan APBN-P 2005, yaitu sebesar 8 persen sampai 9 persen. Tabel 21. Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Tahun 2001-2004 Tahun Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Rp miliar Laju Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2001 886 798,3 - 2002 920 749,6 3,83 2003 956 593,4 3,89 2004 1 003 809,0 4,94 Rata-rata 4,22 Sumber: BPS, 2006 Dilihat dari kelompok pengeluaran penyebab inflasi tahun 2005, inflasi pada kelompok transportasi dan komunikasi adalah yang terbesar dibandingkan dengan kelompok pengeluaran lainnya dengan angka mencapai 44,75 persen. Kelompok ini mencatat inflasi yang sangat tinggi pada bulan Maret dan Oktober 2005 bersamaan dengan kenaikan harga BBM dalam negeri, yaitu berturut-turut 10,03 persen dan 28,57 persen. Sementara itu kelompok pengeluaran yang paling rendah tingkat inflasinya selama tahun 2005 adalah kelompok kesehatan, hal yang sama dengan yang terjadi pada tahun 2004. Hanya saja pada tahun 2005 laju inflasi kelompok ini mencapai 6,13 persen, sedangkan di tahun 2004 mencapai 4,75 persen. Sektor kesehatan memang menjadi sektor yang lebih mampu dikontrol pemerintah ketimbang sektor-sektor lainnya, termasuk sektor pendidikan. Meskipun komoditas obat-obatan juga terkena dampak kenaikan harga BBM, 92 namun pemerintah mampu melakukan intervensi melalui subsidi dan kontrol ketat sejumlah BUMN produsen obat, suatu hal yang sulit dilakukan terhadap sektor pendidikan yang lebih rawan terhadap penyesuaian-penyesuaian biaya. Sedangkan sektor transportasi jelas merupakan sektor yang paling terkena dampak kebijakan kenaikan harga BBM. Pada saat terjadi kenaikan harga BBM, sektor transportasi akan langsung melakukan penyesuaian. Tabel 22. Perkembangan Laju Inflasi Indonesia Tahun 2000-2005 Tahun Tingkat Inflasi persen Perkembangan persen 2000 9,35 - 2001 12,55 34,22 2002 10,03 -20,08 2003 5,06 -49,55 2004 6,40 26,48 2005 17,11 167,34 Rata-rata 31,68 Sumber : BPS, 2006

6.2.1.3 Sosial Budaya

Faktor sosial budaya yang perlu diperhatikan adalah terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat serta pengetahuan gizi masyarakat yang umumnya telah sadar akan kesehatan dan lebih senang mengkonsumsi produk yang sifatnya alami. Perubahan lain yang terdapat dalam faktor sosial budaya adalah berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan medis dokter karena maraknya peristiwa malpraktek yang dilakukan para dokter. Selain itu, biaya pengobatan yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat beralih terhadap pengobatan alternatif, yaitu pengobatan tradisional. Hal tersebut menyebabkan 93 terjadinya gerakan kembali ke alam back to nature yang berimplikasi terhadap pertumbuhan penggunaan obat-obatan tradisional yang berasal dari tanaman obat. Peningkatan jumlah penduduk suatu populasi juga merupakan faktor sosial yang dapat menciptakan pangsa pasar potensial untuk setiap bidang usaha. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Selama periode tahun 2001-2004 jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya mengalami pertumbuhan sekitar 2,62 persen Tabel 23. Tahun 2003 terjadi peningkatan yang cukup besar yaitu 5,37 dengan jumlah penduduk sebanyak 214 374 096 orang BPS, 2006. Tabel 23. Laju Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2001-2004 Tahun Jumlah Penduduk orang Perubahan persen 2001 201 703 537 - 2002 203 441 676 0,86 2003 214 374 096 5,37 2004 217 854 745 1,62 Rata-rata 2,62 Sumber: BPS, 2006 Pertumbuhan jumlah penduduk dapat menyebabkan permintaan pasar meningkat karena tingkat kebutuhan yang tinggi. Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan jumlah angkatan kerja yang lebih besar dibanding permintaan tenaga kerja akan menjadi peluang bagi pelaku usaha karena tingkat upah menjadi kecil, tetapi dapat juga menjadi ancaman karena semakin banyak orang yang berwirausaha. 94

6.2.1.4 Teknologi

Perkembangan agroindustri tidak terlepas dari faktor ilmu, pengetahuan, dan teknologi IPTEK. Ilmu pengetahuan merupakan dasar di dalam penciptaan teknologi baru. Hal tersebut secara nyata mempengaruhi perkembangan industri obat tradisional melalui pemanfaatan teknologi informasi dan teknologi pengolahan. Kemajuan teknologi pengolahan telah menghasilkan produk obat tradisional yang lebih bervariasi baik dalam bentuk maupun jenis. Saat ini telah tersedia obat tradisional dalam bentuk kapsul dan ekstrak yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam hal kepraktisan. Teknologi informasi dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan lebih cepat sesuai kebutuhan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat mengenai produk yang akan dibeli. Konsumen saat ini semakin umum menggunakan internet sebagai sarana informasi yang cepat dan akurat. Penggunaan situs internet oleh Taman Sringanis hanya sebatas layanan informasi dengan bekerjasama pada salah satu lembaga masyarakat, belum optimalkan sebagai sarana promosi.

6.2.2 Lingkungan Industri