alam. Sentra produksi pertanian, dan adanya kegiatan agroindustri merupakan faktor yang dijadikan bahan pertimbangan. Perpaduan antara kekayaan komoditas
agraris dengan bentuk keindahan alam dan budaya masyarakat merupakan kekayaan obyek wisata yang amat ternilai. Agar lebih menarik wisatawan, obyek
wisata perlu dilengkapi dengan prasarana dan sarana pariwisata, seperti transportasi, promosi dan penerangan.
Departemen Pariwisata
Pos dan Telekomunikasi 1999 memberikan tiga alternatif pemilihan lokasi pengembangan agrowisata, yaitu :
1. Memilih daerah yang mempunyai potensi agrowisata dengan masyarakat tetap bertahan dalam kehidupan tradisional berdasarkan nilai-nilai kehidupannya.
2. Memilih suatu tempat yang dipandang strategis dari segi geografis pariwisata tetapi tidak mempunyai potensi agrowisata sama sekali. Pada daerah ini akan
dibuat agrowisata buatan. 3. Memilih daerah yang masyarakatnya memperlihatkan unsur-unsur tata hidup
tradisional dan memiliki pola kehidupan pertanian secara luas termasuk berdagang dan lain-lain, serta berada tidak jauh dari lalu lintas wisata yang
cukup padat.
2.3.1 Fasilitas Agrowisata
Agrowisata sebagai obyek wisata selayaknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan cara melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya.
Sarana dan prasarana dalam agrowisata dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu fasilitas obyek, fasilitas pelayanan dan fasilitas pendukung. Menurut Tirtawinata
dan Fachruddin 1999 fasilitas-fasilitas tersebut ditempatkan pada lokasi yang tepat dan strategis sehingga dapat berfungsi secara maksimal.
Fasilitas obyek, menurut Suyitno 2001 dapat bersifat alami, buatan manusia serta perpaduan antara buatan manusia dan keadaan alami. Terkait
dengan agrowisata yang termasuk fasilitas obyek diantaranya adalah lahan dan produk pertanian serta kegiatan petani mulai dari budidaya sampai pasca panen.
Fasilitas pelayanan, menurut Tirtawinata dan Fachruddin 1999 dan Suyitno 2001 meliputi pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan informasi,
jalan dalam kawasan agrowisata, toilet, tempat ibadah, tempat sampah, toko cinderamata, restoran, tempat istirahat dan pramuwisata. Adapun yang termasuk
dalam fasilitas pendukung adalah jalan menuju lokasi, komunikasi dan promosi, keamanan, sistem perbankan dan pelayanan kesehatan. Tirtawinata dan
Fachruddin, 1999 dan Yoeti, 1996
2.3.2 Tujuan dan Arah Pengembangan Agrowisata
Menurut Haeruman
dalam Betrianis 1996, tujuan pengembangan
agrowisata adalah meningkatkan nilai kegiatan pertanian dan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Hal ini dimaksudkan bahwa penyiapan pengembangan
agrowisata tidak hanya obyek wisata pertaniannya saja yang disiapkan, tetapi juga penyiapan masyarakat pedesaan untuk dapat menangkap nilai tambah yang
diberikan oleh kegiatan agrowisata tersebut. Kegiatan pengembangan agrowisata menurut Deasy 1994 diarahkan pada
terciptanya penyelenggaraan dan pelayanan yang baik sehingga sebagai salah satu produk pariwisata Indonesia, agrowisata dapat dilestarikan dan dikembangkan
dalam upaya diversifikasi pertanian dan pariwisata. Arah pengembangan ini disesuaikan dengan potensi dan prioritas pembangunan pertanian suatu daerah.
2.3.3 Permasalahan yang Perlu Diperhatikan dalam Pengembangan Agrowisata