Lingkungan Industri Identifikasi Faktor Eksternal Perusahaan

94

6.2.1.4 Teknologi

Perkembangan agroindustri tidak terlepas dari faktor ilmu, pengetahuan, dan teknologi IPTEK. Ilmu pengetahuan merupakan dasar di dalam penciptaan teknologi baru. Hal tersebut secara nyata mempengaruhi perkembangan industri obat tradisional melalui pemanfaatan teknologi informasi dan teknologi pengolahan. Kemajuan teknologi pengolahan telah menghasilkan produk obat tradisional yang lebih bervariasi baik dalam bentuk maupun jenis. Saat ini telah tersedia obat tradisional dalam bentuk kapsul dan ekstrak yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam hal kepraktisan. Teknologi informasi dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan lebih cepat sesuai kebutuhan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat mengenai produk yang akan dibeli. Konsumen saat ini semakin umum menggunakan internet sebagai sarana informasi yang cepat dan akurat. Penggunaan situs internet oleh Taman Sringanis hanya sebatas layanan informasi dengan bekerjasama pada salah satu lembaga masyarakat, belum optimalkan sebagai sarana promosi.

6.2.2 Lingkungan Industri

Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara formal memiliki implikasi yang relatif dan langsung terhadap operasionalisasi perusahaan. Lingkungan yang dimaksudkan antara lain konsumen, pesaing, hambatan masuk bagi pendatang baru dan ancaman produk subtitusi. 95

6.2.2.1 Konsumen

Bagi masyarakat menengah ke atas, rekreasi merupakan suatu kebutuhan, bahkan rekreasi kini dirasakan sebagai suatu kebutuhan yang tidak lagi eksklusif bagi sebagian masyarakat menengah ke atas. Beragamnya fasilitas yang disediakan dan obyek wisata yang ditawarkan oleh para produsen dengan harga yang beragam, memberikan pilihan bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Taman Sringanis menangkap peluang ini dengan menawarkan suatu wisata yang sangat berbeda dengan wisata lainnya. Perpaduan antara pertanian dan parawisata mampu menghadirkan pemandangan yang berbeda dari lingkungan masyarakat sehari-hari. Konsumen Taman Sringanis sangat beragam, baik ditinjau dari kelas sosial, usia, tingkat pendidikan, suku bangsa dll. Berdasarkan pemberian kuesioner kepada responden yang merupakan pengunjung Taman Sringanis dapat disimpulkan bahwa hampir 35 persen pengunjung dari berbagai latar belakang dengan rata-rata usia diatas 36 tahun, sedangkan 16 persen pengunjung adalah Bapak-bapak dan ibu-ibu dengan rata- rata usia diatas 40 tahun. Ini terlihat bahwa konsumen Taman Sringanis tersegmentasi, hanya orang tualah yang tertarik akan tanaman obat sedangkan kaum muda masih memandang sebelah mata akan tanaman obat, hal ini menjadi tantangan bagi Taman Sringanis. Berdasarkan data yang berhasil dicatat, pada tahun 1999 jumlah pengunjung mencapai 360 orang dan tahun berikutnya 2000 jumlah pengunjung 512 orang sampai tahun 2004 jumlah pengunjung terus meningkat. Rata-rata jumlah pengunjung Taman Sringanis setiap tahunnya adalah 96 sebesar 57,624 persen. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2004 yaitu dengan jumlah pengunjung sebesar 3 403 orang. dalam hal ini yang dicatat adalah pengunjung yang datang menggunakan paket A dan B. Hal ini terlihat dari tingkat pengunjung yang terus meningkat setiap tahunnya seperti terlihat pada Tabel 24. Tabel 24. Perkembangan Pertambahan Pengunjung Program Kunjungan dan Pelatihan Taman Sringanis Tahun 1999-2004 Tahun Jumlah orang Pertumbuhan persen 1999 360 - 2000 512 33,33 2001 694 42,22 2002 823 35,55 2003 2 127 18,58 2004 3 403 158,44 Rata-rata 57,624 Sumber : Taman Sringanis, 2005

6.2.2.2 Pesaing

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Koperasi Kotamadya Bogor, Taman Sringanis merupakan satu-satunya pelaku dalam bidang pengobatan tradisional sehingga untuk di wilayah kota Bogor Taman Sringanis tidak memiliki pesaing. Informasi yang diperoleh dari Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor adalah bahwa terdapat sekitar lima pelaku usaha jamu yang telah terdaftar, sedangkan yang bersifat non formal tidak diketahui jumlahnya. Pelaku usaha sejenis di wilayah kabupaten Bogor yang dinilai sebagai pesaing utama Taman Sringanis adalah Karyasari yang terletak di desa Leuwiliang. Taman Sringanis dan Karyasari bergerak dalam bidang usaha yang 97 sama yaitu produksi obat yang berbahan baku tanaman obat. Saat ini di kota Bogor kedua tempat inilah yang dikenal sebagai produsen obat tradisional oleh masyarakat dan instansi pemerintah. Agrowisata lainnya yang letaknya paling dekat dengan Taman Sringanis adalah Agrowisata Teh Gunung Mas dan Taman Buah Mekarsari, walaupun obyek wisata yang ditawarkan berbeda tetapi wisata ini mempunyai daya tarik tersendiri.

6.2.2.3 Hambatan Masuknya Pendatang Baru

Besarnya ancaman masuknya pendatang baru dipengaruhi oleh besarnya hambatan yang ada dan reaksi peserta persaingan yang ada. Terdapat enam sumber hambatan masuk bagi pendatang baru ke industri, yaitu: 1 skala ekonomis, 2 diferensiasi produk, 3 kebutuhan modal, 4 keunggulan biaya, 5 akses ke saluran distribusi dan 6 kebijakan negara David, 2002. Hambatan masuk bagi pendatang baru dalam industri obat tradisional bila dilihat dari skala ekonomi dan permodalan relatif rendah, karena untuk memulai usaha ini tidak diperlukan skala ekonomi yang besar dan kebutuhan modal awal relatif kecil. Secara legal formal, masalah regulasi tidak berpengaruh kepada pendatang baru yang ingin memasuki bisnis ini, karena pemerintah tidak membatasi atau menghambat kemungkinan masuknya perusahaan ke dalam industri kecil ini dengan peraturan-peraturan tertentu. Faktor yang dapat menjadi penghambat bagi pendatang baru adalah akses ke saluran distribusi. Dalam industri ini, saluran distribusi yang dibentuk oleh perusahaan-perusahaan besar yang telah ada cukup kuat, sehingga pendatang baru 98 harus mampu membuat saluran distribusi baru agar produknya dapat diterima masyarakat. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah dengan penurunan harga, kerjasama periklanan, dan sebagainya, yang akan berimplikasi terhadap penurunan laba.

6.2.2.4 Ancaman Produk Subtitusi

Produk subtitusi yang secara strategis harus diperhitungkan oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu industri adalah produk yang kualitasnya dapat menandingi kualitas produk industri atau produk tersebut dihasilkan oleh industri yang menikmati laba tinggi. Produk subtitusi untuk obat tradisional adalah obat farmasi yang secara umum memberikan ancaman cukup besar bagi industri obat tradisional karena penggunaannya yang lebih umum dalam dunia medis. Kendala yang dihadapi dalam industri farmasi adalah bahan baku yang masih impor, sehingga harga jualnya menjadi lebih tinggi dibandingkan obat tradisional.

6.3 Identifikasi Kekuatan dan kelemahan, serta Peluang dan Ancaman