bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau medis atau penggunaannya sebagai bahan baku obat tradisional sulit ditelusuri.
Menurut BPS 2004, tanaman obat didefinisikan sebagai tanaman yang bermanfaat sebagi obat-obatan yang dikonsumsi dari berbagai tanaman berupa
daun, bunga, buah, umbi rimpang atau akar. Tabel 1 menunjukkan luas panen produksi dan produktivitas tanaman obat-obatan tahun 2004 di Indonesia menurut
jenisnya. Tabel. 1 Luas Panen Produksi dan Produktivitas Tanaman Obat-obatan Tahun
2004 di Indonesia menurut Jenisnya
No Jenis Tanaman
Luas Panen
Ha Produksi
Ton Produktivitas
TonHa
1 Jahe zingiber officinale 6.610 118.
496 17.93
2 LaosLengkuas alpina galanga
1.148 27. 934
24.33 3 Kencur
kaempferia kalangan 855
12. 848 15.03
4 Kunyit tumeric domestica
1.684 23. 993
14.25 5 Lempuyang
zingiber aromaticum 255
4. 531 17.77
6 Temulawak tumeric xanthorriza
508 7. 174
14.12 7 Temuireng
tumeric aeruginosa 266
3. 040 11.43
8 Kejibeling hemigrafis alternata
61 611
10.02 9 Dringo
dringo 51
366 7.18
10 Kapulaga Cardamon
486 3. 539
7.28
Jumlah 11. 924
202.532 14.021
Sumber : BPS, 2005
2.5.1 Gambaran Umum Tanaman Obat Indonesia
Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati biodiversity yang kaya di dunia khususnya tanaman obat, jumlahnya kurang lebih 940 spesies. Indonesia
mempunyai potensi besar untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat, dilatarbelakangi oleh beberapa faktor pendukung yang sangat
menguntungkan. Diantaranya adalah ketersediaan potensi sumber daya flora, keadaan tanah dan iklim, perkembangan industri obat modern dan tradisional,
industri makanan dan minuman, serta meningkatnya konsumen di dalam dan luar negeri Tirtawinata dan Fachruddin 1999.
Masyarakat Indonesia
merupakan konsumen produk farmasi obat-obatan,
jamu-jamuan, bahan-bahan kosmetik yang cukup besar. Perkiraan kasar jika pengeluaran setiap orang Rp 20.000,- per tahun saja, berarti dengan penduduk 200
juta orang, potensi pasar produk farmasi di Indonesia adalah sekitar Rp 4 trilyun per tahun. Berdasarkan Sandra dan Kemala dalam Songko 2002 pemanfaatan
simplisia dalam negeri tahun 1983 adalah sebanyak 1.687.033 kg yang terdiri dari 164 jenis. Pada tahun 1984 mengalami peningkatan sebesar 2.217.226 kg yang
terdiri dari 153 jenis dengan demikian pemanfaatan simplisia pada tahun 1984 mengalami peningkatan sebesar 31.4 persen.
2.5.2 Definisi Obat Tradisional
Obat tradisional adalah obat asli Indonesia yang berasal dari tanaman obat, proses produksinya masih tradisional dan belum diuji secarah ilmiah. Obat
tradisional ini berupa ramuan, baik yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara tradisional
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman Herba, 2002. Pengertian obat tradisional diatas disempurnakan lagi dalam Menteri
Kesehatan RI Nomor 2461992 yang meliputi beberapa hal yaitu : a. Obat tradisional mencakup obat yang sudah terbungkus serta bahan baku atau
ramuan bahan. Definisi lama hanya mencakup obat jadi ramuan saja.
b. Obat tradisional mencakup semua ramuan yang berasal dari alam, baik yang belum maupun yang sudah memiliki data klinis.
c. Obat tradisional dapat digunakan dalam pengobatan formal yang melibatkan tenaga peran dokter.
Departemen Kesehatan 1994 membagi obat tradisional Indonesia menjadi dua kelompok yaitu :
1. Kelompok jamu, yaitu obat tradisional yang bahan bakunya adalah simplisia yang sebagian besar belum mengalami standarisasi, bentuk sediaan masih
sederhana berwujud serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan dan sebagainya. Kegunaan masih sepenuhnya menggunakan istilah-istilah tradisional misalnya
sekalor tolak angin dan sebagainya, sampai saat ini kelompok ini yang lebih berkembang luas di Indonesia.
2. Kelompok lainnya adalah fitoterapi yang lebih dikenal sebagai kelompok fitomarka yaitu obat tradisional yang bahan bakunya adalah simplisia yang
telah mengalami standarisasi dan telah dilakukan penelitian atas sediaannya, kegunaannya jelas dan dapat diandalkan.
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 661MenkesSKVII1994 tentang persyaratan dan bentuk obat tradisional, bentuk
obat tradisional yang diijinkan untuk diproduksi meliputi : 1. Rajangan adalah sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran
simplisia atau campuran simplisia dengan sediaan galenik, yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air
panas. Kandungan kadar air tidak lebih dari 10 persen.
2. Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik atau
campurannya. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen. 3. Pil adalah sediaan obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya berupa
serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen.
4. Kapsul adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan
tambahan. Kandungan air isi kapsul tidak lebih dari 10 persen dan kapsul memiliki waktu hancur tidak lebih dari lima menit.
5. Tablet adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung silindris atau bentuk lain. Kedua permukaannya
rata atau cembung terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen dan memiliki waktu
hancur tidak lebih dari 20 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut.
6. Parem, pilis, dan tapel adalah sediaan padat obat tradisional atau bentuk pasta, bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya
dan digunakan sebagai obat luar. Kandungan airnya tidak lebih dari 10 persen.
7. Cairan obat dalam adalah sediaan obat tradisional berupa larutan simplisia atau emulsi, bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan
sebagai obat luar.
8. Cairan obat luar adalah sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau emulsi, bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan
sebagai obat luar. 9. Salep atau krim adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan, bahan
bakunya berupa sediaan galenik yang larut atau terdispensi homogen dalam dasar salep atau krim yang cocok yang digunakan sebagai obat luar.
Menurut keputusan Menteri RI No. 230MenkesIX76, yang dimaksud dengan simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan. Ada tiga macam simplisia yaitu :
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu di keluarkan dari selnya, atau zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya
dan belum berupa zat kimia murni 2. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, zat yang
digunakan diambil dari hewan dan belum berupa zat kimia murni. 3. Simplisia pelikan atau minerat adalah simplisia yang berupa bahan pelikan
atau minerat yang belum diolah atau telah diolah dengan sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
2.6 Hasil Penelitian Terdahulu