Analisis kebijakan publik Kebijakan Publik

62 “penguasa orang banyak” yang diidentikkan dengan pemerintah, ke “bagi kepentingan orang banyak” yang identik dengan istilah stakeholder atau pemangku kepentingan.

2.6.1 Analisis kebijakan publik

Analisis kebijakan adalah aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang proses kebijakan. Analis kebijakan adalah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode pengkajian multipel dalam argumentasi dan debat politik untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan. Analisis kebijakan diletakkan pada konteks sistem kebijakan, yang menurut Dunn, dengan mengutip Thomas R.Dye dalam Nugroho 2007 dapat digambarkan sebagaimana Gambar 4 Gambar 4 Sistem kebijakan publik Menurut Dunn 1999, metode analisis kebijakan menggabungkan lima prosedur umum yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah manusia, yaitu: 1 Definisi: Menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan. 2 Prediksi: Menyediakan informasi mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa datang dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk jika tidak melakukan sesuatu. 3 Preskripsi: Menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensi alternatif kebijakan di masa mendatang. PELAKU KEBIJAKAN LINGKUNGAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN PUBLIK 63 4 Deskripsi: Menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan. 5 Evaluasi: Kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan masalah. 2.6.2 Hirarki kebijakan publik Menurut Arifin dan Rahbini 2001, model hirarki kebijakan publik timbul dan berkembang dari suatu proposisi bahwa perubahan aransemen kelembagaan sangat berhubungan dengan hakikat, model dan analisis kebijakan publik. Walaupun terdapat beberapa model kebijakan publik seperti model linier, melingkar dan sebagainya, model hirarki kebijakan sering dijadikan referensi dalam analisis ekonomi kelembagaan dan ekonomi politik secara umum. Model hirarki perumusan kebijakan mengenal tiga tingkatan, yaitu: 1 Tingkatan politis kebijakan; 2 Tingkatan organisasi institusi, aturan main; dan 3 Tingkatan implementasi untuk evaluasi, feed-back. Gambar 5 Model hirarki kebijakan publik Pada tingkat politis, terdapat lembaga tinggi negara dan atau lembaga legislatif seperti DPR; sedangkan pada tingkat organisasi ditempati oleh lembaga- Tingkat Politis Lembaga Tinggi Negara: DPR dan sebagainya Tingkat Organisasi Lembaga DepartemenNon Departemen Aransemen Kelembagaan Aransemen Kelembagaan Tingkat Operasional Individu: Petani, Perusahaan, dan sebagainya Bentuk dan Pola Interaksi Hasil Akhir Outcome Evaluasi Assessment Tingkat Politis Lembaga Tinggi Negara: DPR dan sebagainya Tingkat Organisasi Lembaga DepartemenNon Departemen Aransemen Kelembagaan Aransemen Kelembagaan Tingkat Operasional Individu: Petani, Perusahaan, dan sebagainya Bentuk dan Pola Interaksi Hasil Akhir Outcome Evaluasi Assessment 64 lembaga departemen dan non-departemen. Individu perorangan, petani, rumah tangga, dan perusahaan berada pada tingkat operasional atau implementasi kebijakan publik Gambar 5. Tingkat politis dengan tingkat organisasi terikat oleh suatu aransemen kelembagaan, yang menjabarkan aturan main mengenai bagaimana organisasi- organisasi bekerja dan beroperasi. Aransemen kelembagaan berikutnya terlihat menghubungkan antara tingkat organisasi dengan tingkat operasional, yang jelas juga dipengaruhi oleh aransemen kelembagaan antara tingkat politis dengan tingkat operasional, yang jelas juga dipengaruhi oleh aransemen kelembagaan antara tingkat politis dan tingkat organisasi. Masukan dari bawah feedback merupakan kunci suatu perumusan kebijakan publik. Jika tata krama dan hukum adat masih dominan dalam hal aturan main tata krama kemasyarkatan, inovasi dan perubahan kelembagaan dapat juga dilakukan melalui jalur yang semestinya. Perumusan kebijakan tanpa mengikutsertakan evaluasi assessment dan umpan balik dari bawah hanya akan menimbulkan suatu sistem kekuasaan yang otoriter dan totaliter, sesuatu yang tidak diinginkan oleh sistem perekonomian. Jika telah terlanjur menjadi kebijakan, kontrol terhadap pelaksanaan kebijakan publik oleh pejabat pemerintah juga harus ada dan harus jelas mekanisme politiknya. Alasannyapun jelas karena sumber-sumber ekonomi, kekuatan hukum dan politik yang terlibat adalah domain publik yang harus diawasi.

2.7 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan di Indonesia