112 Berdasarkan tabel yang sama juga terlihat bahwa Kecamatan Kepulauan
Seribu Selatan memiliki tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Kepulauan
Seribu Utara. Kepadatan yang lebih tinggi di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan ini disebabkan karena daerah tersebut memiliki daya tarik sosial
ekonomi yang cukup tinggi yaitu merupakan pusat perekonomian terutama industri. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya persentase penggunaan lahan di
wilayah tersebut yang digunakan untuk kegiatan industri dan perumahan bila dibandingkan dengan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, yaitu sekitar 34,40
persen untuk industri dan 27,45 persen untuk perumahan. Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan, apabila peningkatan jumlah
penduduk yang terjadi di Kabupaten Kepuluan Seribu tersebut tidak diimbangi dengan pemerataan lokasi daerah tempat tinggalnya maka akan dapat
menyebabkan penduduk-penduduk tersebut hanya terkonsentrasi di wilayah- wilayah tertentu sehingga daya dukung terhadap lingkungan juga menjadi
terganggu.
4.1.3 Fertilitas dan Keluarga Berencana
Salah satu masalah kependudukan di Indonesia dewasa ini adalah bagaimana menurunkan tingkat fertilitas ke tingkat yang lebih rendah. Hal
tersebut di perlukan karena kelahiran adalah salah satu komponen yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk. Dengan adanya penurunan pada
gilirannya akan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan.
4.1.3.1 Angka kelahiran kasar CBR
Program Pemerintah melalui Keluarga Berencana tidak hanya bertujuan menurunkan tingkat fertilitas tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan menanamkan norma tentang keluarga kecil bahagia sejahtera. Upaya pemerintah tersebut di atas telah berhasil menurunkan tingkat
fertilitas di Indonesia secara umum. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai sumber data antara lain angka kelahiran kasar Crude Birth Rate=CBR.
Di Kabupaten Kepulauan Seribu angka CBR pada tahun 2006 adalah sebesar 3.35 dan selanjutnya mengalami penurunan menjadi 1.39 di tahun 2007.
113 Angka ini menunjukkan bahwa jumlah kelahiran yang terjadi di Kabupaten
Kepulauan Seribu selama tahun 2006 adalah sebanyak 335 jiwa per 10.000 penduduk dan mengalami penurunan menjadi 139 jiwa per 10.000 penduduk. Hal
ini mengindikasikan bahwa partisipasi masyarakat terhadap program pemerintah dalam rangka menurunkan tingkat fertilitas semakin meningkat.
Tabel 14 Angka kelahiran kasar Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2006-2007 Jumlah Kelahiran
CBR No. Kelurahan
2006 2007 2006 2007 1
2 3 4 5 6
1 Kec. Kep. Seribu
Selatan 146 78
1.46 0.78
a. Pulau Tidung 54
43 0.54
0.43 b. Pulau Pari
23 26
0.23 0.26
c. Pulau Untung Jawa 69
9 0.69
0.09 2
Kec. Kep. Seribu Utara 189
61 1.89
0.61 a. Pulau Panggang
82 19
0.82 0.19
b. Pulau Kelapa 62
23 0.62
0.23 c. Pulau Harapan
45 19
0.45 0.19
Kepulauan Seribu 335
139 3.35
1.39 Sumber : BPS 2008
4.1.3.2 Tingkat partisipasi keluarga berencana
Selain itu, turunnya angka kelahiran kasar CBR di wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu tersebut juga dapat dikaitkan dengan tingkat partisipasi
masyarakat setempat terhadap program KB. Dari tabel 16 berikut dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 secara umum tingkat partisipasi KB masyarakat
Kabupaten Kepulauan Seribu sudah cukup baik, yaitu telah mencapai sebesar 74,99 persen.
Sedangkan, apabila ditinjau per kecamatan dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat yang tinggal di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu
Selatan terhadap program KB adalah sebesar 95,64 persen, yaitu jauh lebih besar jika dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di Kecamatan Kepulauan
Seribu Utara yang tingkat partisipasinya hanya mencapai 63,30 persen. Fenomena ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat Kecamatan Kepulauan
114 Seribu Selatan akan pentingnya program penurunan fertilitas jauh lebih baik
daripada masyarakat Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Tabel 15 Tingkat partisipasi KB di Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2007
No. Kelurahan Jumlah
PUS Jumlah
Peserta KB
Tingkat Partisipasi
KB 1 2
3 4
5 1
Kec. Kep. Seribu Sel 1,283
1,227 95.64
a. Pulau Tidung 732
725 99.04
b. Pulau Pari 231
223 96.54
c. Pulau Untung Jawa 320
279 87.19
2 Kec. Kep. Seribu Utara
2,267 1,435
63.30 a. Pulau Panggang
976 577
59.12 b. Pulau Kelapa
1,055 638
60.47 c. Pulau Harapan
236 220
93.22 Kepulauan Seribu
3,550 2,662
74.99 Sumber : BPS 2008
4.1.3.3 Angka kematian kasar CDR
Disamping tingkat kelahiran dan migrasi, salah satu faktor yang mempengaruhi dinamika geografis adalah kematian. Tingkat kematian yang
terjadi umumnya berbeda menurut golongan umur, jenis kelamin maupun kondisi sosial ekonomi penduduk. Dengan demikian tingkat kematian yang terjadi di
suatu wilayah sering dihubungkan dengan kemajuan sosial ekonomi di wilayah tersebut. Salah satu ukuran kematian yang paling sederhana adalah berupa angka
kematian kasar Crude Death Rate=CDR. Pada tahun 2007 tampak bahwa Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki
tingkat kematian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2006, yaitu sebesar 0,32 yang artinya jumlah kematian yang terjadi di wilayah Kabupaten
Kepulauan Seribu pada tahun 2007 adalah sebanyak 32 jiwa per 10.000 penduduk. Sementara itu, apabila ditinjau per kecamatan dapat dilihat bahwa pada
tahun 2007 wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan memiliki tingkat kematian yang sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara. Jumlah kematian yang terjadi di Kecamatan Kepulauan
115 Seribu Selatan pada tahun 2006 adalah sebanyak 19 jiwa per 10.000 penduduk.
Kondisi seperti ini dapat terjadi karena jumlah fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara lebih banyak bila dibandingkan
dengan fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Tabel 16 Angka kematian kasar Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2006-2007
Jumlah Kematian CDR
No. Kelurahan 2006 2007 2006 2007
1 2
3 4 5 6 1
Kec. Kep. Seribu Selatan 15
19 0.15
0.19 a. Pulau Tidung
5 9
0.05 0.09
b. Pulau Pari 3
4 0.03
0.04 c. Pulau Untung Jawa
7 6
0.07 0.06
2 Kec. Kep. Seribu Utara
15 13
0.15 0.13
a. Pulau Panggang 3
4 0.03
0.04 b. Pulau Kelapa
7 6
0.07 0.06
c. Pulau Harapan 5
3 0.05
0.03 Kepulauan Seribu
30 32
0.30 0.32
Sumber : BPS 2008
4.1.3.4 Angka harapan hidup
Disamping fertilitas dan mortalitas, indikator lain yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka harapan hidup
AHH. Angka Harapan Hidup AHH atau Life Expectancy LE menunjukkan rata-rata umur penduduk mulai lahir sampai dengan akhir hidupnya. Faktor yang
mempengaruhi perubahan AHH dapat ditinjau dari beberapa hal seperti kondisi lingkungan dan status sosial ekonomi penduduk, ketersediaan fasilitas dan tenaga
kesehatan, status gizi dan lain-lain. Oleh karena itu AHH cukup representatif digunakan sebagai indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan penduduk
khususnya di bidang kesehatan. Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa selama kurun waktu tahun
2004-2006 angka harapan hidup di Kabupaten Kepulauan Seribu mengalami peningkatan, yaitu meningkat dari 69,3 tahun pada tahun 2004 menjadi 69,7 tahun
pada tahun 2005. Begitu pula pada tahun 2006, angka harapan hidup di Kabupaten
116 Kepulauan Seribu juga semakin mengalami peningkatan yaitu menjadi 70,1 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan masyarakat atau kualitas penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu di sektor kesehatan semakin baik.
Tabel 17 Angka harapan hidup Propinsi DKI Jakarta tahun 2004-2006 Angka Harapan Hidup
Tahun KabKota
2004 2005 2006 1 2
3 4
Kab. Kepulauan Seribu 69.3
69.7 70.1
Kota Jakarta Selatan 72.1
72.4 72.8
Kota Jakarta Timur 72.5
72.5 72.6
Kota Jakarta Pusat 71.0
71.3 71.8
Kota Jakarta Barat 72.6
72.6 72.8
Kota Jakarta Utara 72.2
72.2 72.3
Prop. DKI Jakarta 72.4
72.5 72.6
Sumber : BPS 2007 Meskipun selama kurun waktu dari tahun 2004 sampai tahun 2006 kondisi
angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Kepulauan Seribu terus mengalami peningkatan, akan tetapi angka tersebut masih tetap lebih rendah bila
dibandingkan dengan angka harapan hidup di tingkat Propinsi DKI Jakarta secara umum, yaitu yang mencapai hingga 72,6 tahun pada tahun 2006. Ini menunjukkan
bahwa kondisi kesehatan masyarakat atau penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu tersebut masih berada di bawah kondisi masyarakat DKI Jakarta secara umum.
Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan kondisi secara umum yang ada di Indonesia dengan AHH nasional pada tahun 2005 dan 2006 yang masing-
masing hanya mencapai 69,0 tahun dan 69,4 tahun maka angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu dapat dikatakan sedikit lebih tinggi. Hal
ini dapat menunjukkan bahwa sebenarnya secara umum meskipun dibandingkan dengan masyarakat DKI Jakarta kondisi kesehatan masyarakat Kabupaten
Kepulauan Seribu lebih rendah, akan tetapi bila dibandingkan dengan wilayah nasional kualitas kesehatannya masih hampir sama.
4.1.4 Pendidikan