30 Tingkat Kesejahteraan Keluarga menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional 1996 yang diacu dalam Primayuda 2002 adalah sebagai berikut:
1 Keluarga Pra Sejahtera PS, yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan pokoknya secara minimal serta kebutuhan pangan, sandang,
papan dan kesehatan. 2 Keluarga Sejahtera Tahap-1 S-1, adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasrnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti pendidikan, Keluarga
Berencana KB, interaksi dalam keluarga, lingkungan, tempat tinggal serta kebutuhan transportasi.
3 Keluarga Sejahtera Tahap-2 S-2, adalah keluarga yag telah dapat memenuhi kebutuhan dasar dan juga telah dapat memenuhi kebutuhan
sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangannya seperti menabung dan memperoleh
informasi. 4 Keluarga Sejahtera Tahap-3 S-3, adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar, prsikologis dan pengembangannya akan tetapi belum dapat memberikan sumbangan untuk masyarakat, berperan
secara aktif di masyarakat dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga,
pendidikan dan sebagainya. 5 Keluarga Sejahtera Tahap-3 plus S-3
+
, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya baik yang bersifat dasar, sosial
psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta telah pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
2.3.2 Pemberdayaan sumberdaya manusia
Kata pemberdayaan empowerment mengandung arti adanya sikap mental yang tangguh atau kuat, sehingga kegiatan yang berbasis pembedayaan adalah
pertolongan yang diungkapkan dalam bentuk simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut kemudian mengkomunikasikan kekuatan untuk mengubah hal-hal yang
ada dalam diri kita inner space, orang lain yang dianggap penting dan
31 masyarakat sekitar proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan.
Pertama kecenderungan primer yang prosesnya sering disebut sebagai makna pemberdayaan. Kecenderungan ini menekankan pada proses pengalihan sebagian
kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya survival of the fittes. Kedua kecenderungan
sekunder , menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi
agar individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Sesungguhnya, di antara kedua kecenderungan tersebut adalah
saling terkait, bahkan bisa saja agar kecenderungan primer dapat terwujud, seringkali harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu Pranarka dan
Vidhyandika , 1996. Berdasarkan konsep tersebut, proses pemberdayaan secara umum meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1 Merumuskan relasi kemitraan, 2 Mengartikulasikan tantangan-tantangan dan mengidentifikasi berbagai kekuatan
yang ada, 3 Mendifinisikan arah yang ditetapkan, 4 mengeksplorasi sistem- sistem sumber, 5 Menganalisis kapabilitas sumber, 6 Menyususn frame
pemecahan masalah, 7 Mengoptimalkan pemanfaatan sumber dan memperluas kesempatan-kesempatan, 8 Mengakui temuan-temuan, 9 Mengintegrasikan
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai. Pada dasarnya pemberdayaan diletakan pada kekuatan tingkat individu dan
sosial. Pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman secara psikologis kontrol individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik dan hak-haknya menurut
undang-undang. Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan kemandirian, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan.
Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka peningkatan ekonomi, sosial dan transformasi budaya. Proses ini pada
akhirnya akan menciptakan pembangunan yang lebih berpusat pada rakyat. Oleh karena itu Bank Dunia misalnya, percaya bahwa partisipasi masyarakat dunia
ketiga merupakan sarana efektif untuk menjangkau masyarakat termiskin melalui upaya pembangkitan semangat hidup untuk dapat menolong diri sendiri.
32 Berkaitan dengan pemberdayan nelayan sebagai bagian dari masyarakat
pesisir, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan masyarakat pesisir, di antaranya adalah 1 Strategi Fasilitasi, yaitu mengharapkan
kelompok yang menjadi sasaran program sadar terhadap pilihan-pilihan dan sumberdaya yang dimiliki. Strategi ini dikenal sebagai strategi kooperatif, yaitu
agen perubah secara bersama-sama dengan kliennya masyarakat mencari penyelesaian. 2 Strategi edukatif, yaitu strategi yang diperuntukan bagi
masyarakat yang tidak mempunyai pengetahuan dan keahlian terhadap segmen yang akan diberdayakan. 3 Strategi persuasive, yaitu strategi yang ditujukan
untuk membawa perubahan melalui kebiasaan dalam berperilaku. Strategi ini lebih cocok digunakan bila target tidak sadar terhadap kebutuhan perubahan atau
mempunyai komitmen yang rendah terhadap perubahan. 4 Strategi kekuasaan, yaitu strategi yang efektif membutuhkan agen perubah yang mempunyai sumber-
sumber untuk memberi bonus atau sanksi pada target serta mempunyai kemampuan untuk monopolis akses. Untuk terlaksananya strategi-strategi
tersebut, program unggulan harus dibuat dan dilaksanakan secara terstrukur dan terencana dengan komitmen yang kuat.
Selanjutnya dikatakan bahwa program-program pemberdayaan masyarakat pesisir yang seyogyanya dilakukan, adalah: 1 Peningkatan kesejahteraan nelayan
yang dilakukan melalui pembangunan desa pantai disertai pembinaan intensif, meningkatkan aktivitas sekunder dengan melibatkan nelayan, menggalakan
pengembangan usaha skala kecil dan menengah, membentuk sistem agribisnis perikanan terpadu, pembinaan tehadap lembaga-lembaga keuangan dalam
mendukung usaha perikanan, pengembangan usaha berbasis sumberdaya pantai dan industri kecil. 2 Peningkatan kualitas sumberdaya manusia perikanan.
Dilakukan melalui peningkatan penguasaan dan penerapan IPTEK perikanan, teknologi pengolahan bagi pengumpul dan pedagang ikan dan pengembangan
kemampuan perguruan tinggi pendukung. 3 Pengembangan industri perikanan dan kelautan. Pengembangan industri perikanan dan kelautan di daerah harus
dilakukan dengan kebijakan pendekatan total total approach. Untuk itu banyak hal yang perlu mendapat perhatian yang dapat digolongkan ke dalam 3 aspek
33 yaitu : 1 Administrasi dan manajemen, 2. Badan usaha dan, 3. Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Berkaitan dengan strategi pemberdayaan dikatakan bahwa pengelolaan
sumberdaya berbasis masyarakat Community Based Management = CBM adalah suatu strategi untuk mencapai pembangunan berpusat pada masyarakat, dimana
pusat pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan di suatu daerah berada di tangan organisasi-organisasi dalam
masyarakat di daerah. Pengelolaan dengan konsep CBM ini hampir tidak ada campur tangan
pemerintah. Pengelolaan dengan CBM ini memiliki resiko jika sumberdaya manusianya tidak siap. Namun demikian, dalam konsep pengelolaan sumberdaya
alam berbasis masyarakat dalam kenyataannya juga tidak sepenuhnya berhasil tanpa keterlibatan pemerintah dalam implementasinya. Masyarakat memiliki
banyak kekurangan terutama dalam kualifikasi pendidikan, kesadaran akan pentingnya lingkungan, keuanganpermodalan dan sebagainya.
Pengelolaan berbasis masyarakat merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam yang meletakan pengetahuan dan kesadaran
lingkungan masyarakat local sebagai dasar pengelolaannya. Pengembangan masyarakat dengan CBM dikaitkan dengan kepercayaan religion. Oleh sebab itu
pengelolaan berbasis masyarakat adalah pengelolaan yang mengakomodir berbagai kepentingan termasuk pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya alam
yang disebut CO-Operative Management CO- Management
Dalam position paper pemberdayaan masyarakat pesisir Departemen Kelautan dan Perikanan 2002 disebutkan, bahwa berdasarkan karakteristik
masyarakat pesisir nelayan dan cakupan pemberdayaan, maka pemberdayaan nelayan patut dilakukan secara komprehensif. Pembangunan yang komprehensif,
yakni pembangunan dengan memiliki ciri-ciri: 1 berbasis lokal melibatkan sumberdaya lokal sehingga return to local resource dapat dinikmati oleh
masyarakat lokal. Sumberdaya lokal yang patut digunakan adalah sumberdaya manusia dan sumberdaya alam, 2 berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
menitikberatkan kesejahteraan masyarakat dan bukannya peningkatan produksi,
34 3 berbasis kemitraan kemitraan yang mutualistis antara orang lokal atau orang
miskin dengan orang yang lebih mampu, untuk membuka akses orang miskin terhadap teknologi, pasar, pengetahuan, modal, manajemen yang lebih baik atau
profesional, serta pergaulan bisnis yang lebih luas, 4 secara holistik atau multi aspek pembangunan mencakup semua aspek, setiap sumberdaya lokal patut
diketahui dan didayagunakan, dan 5 bekelanjutan keberlanjutan dari pembangunan itu sendiri, mencakup aspek ekonomi dan sosial.
Disebutkan pula, bahwa khusus pembangunan di kawasan pesisir dan umumnya pembangunan perikanan dan kelautan, masalah kualitas SDM dan
lingkungan sepatutnya mendapat perhatian khusus, karena secara umum masyarakat pesisir memiliki tingkat pendidikan dan kesehatan yang masih rendah.
Oleh karena itu dalam investasi SDM masyarakat pesisir sudah sepatutnya mempertimbangkan kedua hal tersebut, walaupun investasi SDM dinilai mahal,
tidak quick yielding dan tidak nyata feasible manfaatnya menurut perhitungan ekonomi konvensional, khususnya bila harus dinilai dengan indikator seperti
benefit cost ratio BC atau internal rate of return IRR. Meskipun demikian
investasi ini perlu dilakukan, dengan pertimbangan khusus atau adanya kebijakan keberpihakan affirmative policy.
Dengan SDM yang memadai, maka di masa yang akan datang pengelolaan sumberdaya, bisnis, organisasi, dan kelembagaan produksi di daerah pesisir dapat
dilakukan dengan lebih baik. Sehingga dampak positif akan dapat dirasakan baik oleh individu, maupun masyarakat pesisir terutama nelayan secara keseluruhan.
Selanjutnya disebutkan pula bahwa pemberdayaan dapat dilakukan melalui Pendekatan Empat-Daya 4D, yaitu upaya pemberdayaan masyarakat pada aspek-
aspek manusia Daya-Manusia, usaha Daya-Usaha, lingkungan Daya- Lingkungan dan sumberdaya Daya-Sumbedaya. Pendekatan ini merupakan
bagian dari strategi pembangunan komprehensif. Pendekatan 4D juga merupakan modifikasi pendekatan tri-bina yang pernah digunakan dalam program
pengentasan kemiskinan. Komponen tri-bina adalah bina manusia, bina lingkungan dan bina usaha. Modifikasi dilakukan karena dua hal. Pertama, kata
pembinaan lebih berkonotasi tidak adanya partisipasi dan bersifat top-down.
35
Untuk itu diubah dengan kata pemberdayaan yang lebih bernuansa bottom-up dan
pelibatan masyarakat. Kedua, ditambahkannya aspek sumberdaya karena pembangunan di pesisir sangat bergantung pada ketersediaan sumberdaya alam,
termasuk sumberdaya ikan, yang keberadaannya sangat rentan terhadap tindakan manusia dan oleh sebab itu perlu diperhatikan secara khusus. Untuk itu maka
dimunculkan aspek sumberdaya dalam bentuk Daya-Sumberdaya. Penjelasan keempat pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
Dayamanusia adalah pendekatan pemberdayaan masyarakat kecil melalui pengembangan SDM. Aspek-aspeknya mencakup 1 investasi pada human
capital , khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan, 2 peningkatan
kapasitas organisasi dan kelompok dalam upaya membentuk dan menumbuhkan collective action
, 3 memperluas dan mengintegrasikan mandat agar supaya collective action
makin sinergis, 4 menumbuhkan budaya kerja keras dan hemat, serta 5 mengurangi sikap dan perilaku negatif.
Daya uasaha adalah pemberdayaan masyarakat melalui pencipataan usaha yang dimiliki dan dikuasai oleh masyarakat sendiri. Aspek-aspeknya mencakup
1 meningkatkan keterampilan teknis dan analisis dengan berdasarkan pengetahuan dasar dan pengetahuan teknis, 2 meningkatkan akses terhadap
teknologi, modal, pasar, dan informasi pembangunan, 3 membangun kemitraan mutualistis antara pengusaha kuat dan lemah, 4 membangun sistem insentif
sebagai basis pengembangan usaha, 5 menyediakan peraturan yang kondusif bagi usaha dan meniadakan peraturan yang tidak relevan dan tidak perlu.
Daya lingkungan merupakan pendekatan pemberdayaan dan pembinaan masyarakat melalui perbaikan lingkungan tinggal, lingkungan dan prasarana
produksi serta peran masyarakat dalam mengelola dan menata lingkungan hidupnya. Pendekatan ini mencakup aspek-aspek 1 membangun infrastuktur
yang menjadi faktor penarik investasi, 2 meningkatkan perencanaan dan pembangunan kawasan dengan mempertimbangkan daya dukung dan kesesuaian
lingkungan, 3 mengenal sumberdaya serta faktor yang mempengaruhi eksistensinya, 4 memperkaya sumberdaya melalui kegiatan-kegiatan rehabilitasi,
mitigasi bencana, pengendalian pencemaran serta restocking.
36 Daya sumberdaya pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui pelibatan
mereka dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang mencakup aspek- aspek 1 mendorong masyarakat untuk berpartisipasi pengelolaan sumberdaya
sehingga akan terwujud sistem pengelolaan sumberdaya yang berbasis masyarakat, 2 memberikan konsesi pengelolaan laut bagi masyarakat lokal
sehingga ada perhatian dan rasa memiliki akan sumberdaya tersebut, 3 menghidupkan kembali hak ulayat dan hak masyarakat lokal dalam hal
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya, 4 menerapkan sistem monitoring, pengendalian dan pengawasan lapangan atau MCS sistem, 5 menerapkan
teknologi ramah lingkungan dan sumberdaya, 6 membangun kesadaran akan pentingnya merawat dan menjaga keberlanjutan sumberdaya.
Campbell 2000 mengenalkan konsep Kerangka Mata Pencaharian yang Berkelanjutan The Sustainable Livelihoods Framework. Dalam kerangka
tersebut dikatakan bahwa untuk membangun mata pencaharian yang berkelanjutan, perlu diperhatikan asset-aset yang dimiliki oleh masyarakat pesisir
nelayan, diantaranya 1 human assets, meliputi pengetahuan, kecakapan dan kemampuan; 2 natural assets, aset sumberdaya yang ada disekitarnya; 3 social
assets , dukungan yang di dapat dari masyarakat sekitar dan keluarga; 4 physical
assets , infrastruktur yang dapat dimanfaatkanseperti jalan, suplai air bersih,
pelabuhan dan sebagainya; serta 5 financial assests, modal yang dapat diperoleh untuk aktivitas usaha yang dijalankan.
Berdasarkan konsep dan pendekatan di atas, maka sasaran pemberdayaan masyarakat pesisir, khususnya nelayan diformulasikan sebagai berikut:
1 Terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan.
2 Tersedianya prasarana dan sarana produksi lokal yang memungkinkan masyarakat dapat mengakses dengan harga murah dan berkualitas yang
baik. 3 Meningkatnya peran kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi kolektif
collective action untuk mencapai tujuan-tujuan individu. 4 Terciptanya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di daerah yang memiliki
ciri-ciri berbasis sumberdaya lokal resource-based, pasar yang jelas
37 market-based, berkelanjutan berdasarkan kapasitas sumberdaya
environmental-based, dimiliki dan dilaksanakan serta berdampak bagi masyarakat lokal local society-based, dan dengan menggunakan
teknologi maju tepat guna yang berasal dari proses pengkajian dan penelitian scientific-based.
5 Terciptanya jaringan transportasi dan komunikasi yang memadai, sebagai basis jaringan ekonomi, baik antar kawasan pesisir maupun antara pesisir
dan pedalaman. 6 Terwujudnya struktur ekonomi Indonesia yang berbasis pada kegiatan
ekonomi di wilayah pesisir dan laut sebagai wujud pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya alam laut.
2.3.3 Kewirausahaan Entrepreunership