70 4
Adanya aksés perbankan untuk kredit dengan bunga terjangkau bagi penduduk miskin, usaha mikro, usaha kecil dan menengah
5 Adanya akses dan regulasi yang mendukung kegiatan usaha mikro, kecil
dan menengah, terutama di pemerintah daerah. 6
Berkembangnya kelembagaan keuangan mikro dan perbankan yang mudah diakses oleh usaha mikro, kecil, dan menengah.
7 Meningkatnya kapasitas usaha mikro, kecil, dan menengah melalui
peningkatan skill, modal, teknologi, informasi, dan legal. 8
Berkembangnya usaha keluarga dan kelompok masyarakat miskin dan kebiasaan hidup produktif.
9 Berkembangnya jaringan produksi dan pemasaran antar usaha mikro,
kecil, dan menengah bersama-sama dengan pemerintah dan organisasi non pemerintah atas dasar local resources based dan demand dríven.
2.7.1 Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir PEMP
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir PEMP merupakan salah satu program Departemen Kelautan dan Perikanan DKP yang dilaksanakan
oleh Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan Lembaga Keuangan Mikro LKM, penggalangan pertisipasi masyarakat dan
kegiatan usaha ekonomi lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan berkelanjutab, sehingga dapat mendorong dinamika pembangunan sosial ekonomi
di kawasan pesisir. Program PEMP dilaksanakan sejak tahun 2001 dan akan berakhir pada tahun 2009. Secara garis besar, periode pelaksanaan Program
PEMP dapat dikelompokkan dalam 3 tahap, yaitu : 1 tahap inisiasi program 2001-2003, 2 tahap institusionalisasi program 2004-2006 dan 3 tahap
diversifikasi program 2007-2009. Program PEMP bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pesisir melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dan didasarkan pada karakteristik masyarakat pesisir sehingga masyarakat merasa memiliki dan
membutuhkan program ini.
71 Kesejahteraan tidak hanya meliputi aspek ekonomi lapangan kerja dan
pendapatan tetapi juga meliputi aspek sosial pendidikan, kesehatan, dan agama, lingkungan sumberdaya perikanan dan laut serta permukiman dan infrastruktur.
Pengembangan aspek ekonomi penting untuk mengembangkan lapangan kerja dan berusaha serta meningkatkan pendapatan. Aspek social penting untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, iman dan takwa serta sikap dan perilaku. Aspek
lingkungan penting untuk pelestarian sumberdaya pesisir dan laut, serta perbaikan permukiman. Aspek infrastruktur dibutuhkan untuk memperlancar mobilitas
pelaksanaan kegiatan ekonomi dan social. Keempat aspek tersebut ekonomi, social, lingkungan, dan infrastruktur harus ditunjang oleh kelembagaan social
ekonomi yang kuat dan dikembangkan secara seimbang agar kesejahteraan dapat ditingkatkan secara optimal.
Keberhasilan dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi akan dipengaruhi oleh kegiatan usaha yang bisa dikembangkan dan permodalan yang
dapat disediakan serta kondisi pasar yang mendukungnya. Kegiatan usaha itu sendiri keberhasilannya akan dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya laut dan
pesisir yang ada, teknologi yang tersedia seta kualitas sumberdaya manusia yang akan mengelolanya. Kualitas sumberdaya manusia yang dicirikan oleh perilaku,
iman dan takwa, serta wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi, kondisinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tingkat pendidikan, kesehatan, dan agama
serta adat dan budaya. Hal tersebut penting untuk diperhatikan dan dikembangkan dalam ranka pengembangan ekonomi yang meliputi manajemen usaha, kemitraan
dan kelembagaan yang dikelolanya. Dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan
pengembangan ekonomi, peran pemerintah masih sangat diperlukan terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung, termasuk di dalamnya
kebijakan pemerintah, akses permodalan, pasar, dan tata ruang kawasan pesisir. Pengembangan kegiatan usaha yang memanfaatkan sumberdaya pesisir
dan laut memerlukan perencanaan yang matang agar dalam pelaksanaannya tidak menyebabkan kerusakan sumberdaya yang bersangkutan. Oleh karena itu,
kegiatan tersebut harus dimulai dengan identifikasi potensi dan permasalahan
72 wilayah pesisir dan laut yang disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan, dan
kemampuan masyarakat serta kebijakan pemerintah dan infrastruktur yang mendukungnya.
Keberhasilan program pemberdayaan masyarakat pesisir harus didukung oleh kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pada potensi sumberdaya local
dengan memprioritaskan partisipasi masyarakat setempat dan memperhatikan skala dan tingkat kelayakan ekonomi. Pengembangan organisasi dan kelembagaan
social ekonomi masyarakat yang berbasis pada budaya local perlu dilakukan untuk mendukung aktivitas social dan ekonomi yang akan dikembangkan. Hal ini
penting terutama untuk membantu mengantisipasi dan menyelesaikan konflik social yang terjadi dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut.
Upaya pencapaian keberhasilan program PEMP ini diawali dengan sosialisasi program pada semua pihak terkait yang meliputi dinas teknis,
masyarakat sasaran program, tokoh masyarakat, dan para pemangku kepentingan lainnya guna mendapatkan respon dan masukan untuk menyempurnakan program
yang telah disusun. Pada kondisi sosial tingkat pendidikan, mental, perilaku masyarakat pesisir yang belum optimal, agar program dapat berjalan dengan baik
dan berkesinambungan, maka sangat diperlukan tenaga pendamping professional. Pemantauan dan evaluasi harus dilakukan agar program dapat berjalan sesuai
dengan harapan. Evaluasi kerja PEMP dilakukan dari tahun ketahun dilakukan secara
berkesinambungan dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1 Mengetahui status keberhasilan kinerja pelaksanaan Program PEMP
secara nasional 2 Mengetahui status keberhasilan kinerja dan capaian-capaian pelaksanaan
Program PEMP di sejumlah lokasi 3 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status kinerja Program
PEMP 4 mendapatkan berbagai data dan informasi yang akurat, obyektif sebagai
basisi untuk melakukan perumusan umpan balik dan perbaikan kinerja Program PEMP pada masa yang akan datang.
73
2.7.2 Komite penanggulangan kemiskinan