Pengembangan kebijakan penguatan kelembagaan

161 sangat mempengaruhi peningkatan kinerja pembangunan perikanan tangkap di Indonesia.

5.2.1 Pengembangan kebijakan penguatan kelembagaan

Banyak sekali faktor yang menghambat dalam upaya pencapaian tingkat kesejahteraan nelayan seperti yang diinginkan oleh Pemerintah Daerah ataupun Pemerintah Pusat. Hal ini disebabkan terkadang adanya celah antara kinerja yang diinginkan dengan implementasi kebijakan di lapangan. Analisis dan pemecahan masalah yang tepat, diharapkan akan membantu dalam upaya meningkatkan pencapaian kinerja seperti yang diharapkan. Metode analisis yang akan digunakan dalam mengidentifikasi dan pemecahan masalah adalah analisis SWOT Strength, Weakness, Opportunity dan Threath .Analisis SWOT adalah suatu analisis untuk mengetahui gambaran kekuatan Strenght, kelemahan Weakness, peluang Opportunity dan ancaman Threath suatu organisasi guna menentukan faktor unggulan dan strategi efektif yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan . Oleh karena itu pengembangan kebijakan komponen penguatan kelembagaan tersebut akan disusun berdasarkan kekuatan strength, kelemahan weakness, peluang opportunity, dan ancaman threat dari masing-masing komponen yang dianggap sangat mempengaruhi penguatan kelembagaan yang ada di Kepulauan Seribu. Faktor pendorong dan faktor penghambat yang mempengaruhi peningkatan kesejahteraan khususnya pada bidang penguatan kelembagaan dapat diliihat pada tabel 44 dibawah ini : Tabel 44 Faktor Pendorong dan penghambat penguatan kelembagaan No Pendorong Penghambat 1 Ketersediaan SDM pengelola dalam jumlah yang memadai IS Kapasitas SDM pengelola kelembagaan yang masih rendah IW 2 Adanya bank penjamin EO Suku bunga pinjaman masih relatif tinggi ET 3 Adanya prosedur mekanisme penyaluran dana EO Beragamnya persyaratan dalam penyaluran dana ET 4 Bunga tengkulak masih relatif tinggi IS Akses kepada tengkulak relatif mudah IW 5 Calon debitur sudah memiliki pekerjaan IS Calon debitur tidak memiliki agunan IW 6 Ditetapkanya menjadi kebijakan Pemerintah EO Tidak menentunya arah kebijakan pemerintah ET Sumber : hasil FGD 162 Dari data diatas kemudian kita akan menggolongkan masing-masing faktor sebagai faktor pendorong yang terdiri dari kekuatan dan peluang sedangkan faktor penghambat terdiri dari kelemahan dan ancaman. Kemudian kita akan mengelompokkan pada faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor eksternal adalah peluang dan ancaman. Setelah pengelompokkan dilakukan dilanjutkan dengan melakukan perbandingan pada masing-masing komponen tersebut misalnya a dibandingkan dengan b, dan seterusnya. Dari pengelompokkan yang dilakukan munculah jumlah huruf pada masing-masing komponen, yang akan dibagi dengan jumlah total huruh pad sumbu vertikal. Langkah selanjutnya adalah menentukan bobot dan rating untuk mengetahui arah strategi pengembangan kelembagaan dalam peningkatan kinerja perikanan tangkap. Tabel 45 memperlihatkan bobot dan rating unsur-unsur pembentuk SWOT untuk penentuan arah pengembangan kelembagaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan nelayan. Tabel 45 Matriks urgensi faktor internal komponen penguatan kelembagaan FAKTOR INTERNAL Total Bobot Kekuatan S a b c d e f a Ketersediaan SDM pengelola dalam jumlah yang memadai a c d e a 2 0,12 b Calon debitur sudah memiliki pekerjaan a c d e b 1 0,06 c Bunga tengkulak masih relatif tinggi c c d e f 2 0,12 Kelemahan W d Kapasitas SDM pengelola kelembagaan yang masih rendah d d d d d 5 0,33 e Calon debitur tidak memiliki agunan e e e d f 3 0,20 f Akses kepada tengkulak relatif mudah a b f d f 2 0,12 Total 15 1,00 163 Tabel 46 Matriks urgensi faktor eksternal komponen penguatan kelembagaan FAKTOR EKSTERNAL Total Bobot Peluang O a b c d e f a Adanya bank penjamin b c a e f 1 0,06 b Adanya prosedur mekanisme penyaluran dana b c b e b 3 0,20 c Ditetapkanya menjadi kebijakan Pemerintah c c c c c 5 0,33 Ancaman W d Suku bunga pinjaman masih relatif tinggi a c c d f 1 0,06 e Beragamnya persyaratan dalam penyaluran dana e e c d f 2 0,12 f Tidak menentunya arah kebijakan pemerintah f b c f f 3 0,20 Total 15 1,00 Langkah selanjutnya setelah menyelesaikan pembuatan matriks urgensi adalah pembuatan matriks skoring guna memberikan skor pada masing-masing faktor baik faktor internal maupun eksternal. Matriks ini berguna guna membuat suatu peta kekuatan organisasi, terletak dimanakah organisasi kita sekarang. Pembuatan matriks scoring ini dimulai dengan mengisi nilai BF bobot faktor yang diambil dari perhitungan bobot pada matriks urgensi diatas. Kemudian mengisi nilai dukungan ND yang terdiri dari angka 1 tidak mendukung sampai dengan angka 5 sangat mendukung yang dilanjutkan dengan mengalikan bobot faktor dengan nilai dukungan guna menghasilkan nilai bobot dukungan NBD. Berikutnya adalah mengisi nilai keterkaitan NK yang terdiri dari angka 0 tidak ada kaitan sampai dengan angka 5 mempunyai keterkaitan sangat erat. Langkah terakhir adalah mengisi nilai rata-rata keterkaitan NRK, nilai bobot keterkaitan NBK dan total nilai bobot TNB seperti tampak pada tabel 49 dibawah ini : 164 Tabel 47 Matriks skoring faktor internal dan faktor eksternal penguatan kelembagaan No Faktor Internal BF ND NBD N K NRK NBK TNB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 KEKUATAN 1 Ketersediaan SDM pengelola 12 3 0,36 1 2 5 2 3 2 3 4 2 2 2 2,5 0,3 0,66 2 Calon debitur memiliki pekerjaan 06 3 0,18 1 2 2 4 5 4 4 3 2 2 3 2,9 0,2 0,38 3 Tingginya bunga tengkulak 12 3 0,36 2 2 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3,0 0,4 0,76 KELEMAHAN 1,8 4 Rendahnya SDM pengelola 33 5 1,65 5 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2,5 0,8 2,45 5 Calon debitur tidak punya agunan 20 4 0,8 2 4 4 2 5 4 3 3 4 3 2 3,2 0,6 1,4 6 Akses ke tengkulak mudah 12 3 0,36 3 5 4 2 5 4 3 3 4 3 2 3,5 0,4 0,76 PELUANG 4,61 7 Adanya bank penjamin 06 3 0,18 2 4 3 2 4 4 4 3 2 2 3 3,0 0,2 0,38 8 Adanya prosedur mekanisme 20 4 0,8 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3,3 0,7 1,5 9 Menjadi kebijakan pemerintah 33 5 1,65 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3,3 1,1 2,75 ANCAMAN 4,63 10 Bunga pinjaman tinggi 06 3 0,18 2 2 3 2 4 4 2 3 3 3 4 2,9 0,2 0,38 11 Banyaknya persyaratan 12 3 0,36 2 2 2 2 3 3 2 4 4 3 2 2,6 0,3 0,66 12 Arah kebijakan tidak menentu 20 4 0,8 2 3 3 2 2 2 3 2 3 4 2 2,5 0,5 1,3 2,34 165 Matrik diatas menggambarkan alternatif strategi yang dapat dijalankan, yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT. Berdasarkan matrik inilah dapat disusun prioritas kebijakan guna melakukan penguatan kelembagaan. Prioritas kebijakan ditentukan oleh skor yang dimiliki masing-masing strategi dalam matrik tersebut. Dari peta interaksi SWOT diatas dapat disusun matrik skor strategi SWOT, seperti dapat dilihat melalui tabel 50 dibawah ini. Skor yang diperoleh dari masing-masing faktor, dipergunakan untuk menghitung atau menentukan skor yang diperoleh setiap startegi pada matrik SWOT. Selanjutnya, berdasarkan skor dari masing-masing strategi dipergunakan untuk menentukan prioritas dari strategi, yang hasilnya secara berurutan adalah sebagai berikut : 1 Strategi – ST 2 Strategi – SO 3 Strategi – WT dan 4 Strategi – WO Tabel 48 Matrik skor strategi SWOT penguatan kelembagaan IFAS EFAS STRENGHT S 1,80 WEAKNESSES W 4,61 OPPORTUNIES O 4,63 STRATEGI – SO 2,83 STRATEGI – W0 0,02 TREATHS T 2,34 STRATEGI – ST 0,54 STRATEGI – WT 2,27 Berdasarkan bobot dan rating pada tabel 48 maka arah strategi pengembangan kelembagaan untuk peningkatan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap adalah kebijakan stabilitas yaitu kebijakan dengan memaksimalkan peluang yang ada dan meminimalkan kelemahan, seperti yang terlihat pada gambar 27 dibawah ini : 166 S 1,8 II difersifikasi I ekspansi T 2,34 O 4,63 2,29 2,81 IV survival III stabilitas W 4,61 Gambar 27 Kuadran penguatan kelembagaan guna peningkatan kesejahteraan nelayan Selanjutanya adalah pembuatan beberapa alternative kebijakan guna meningkatkan penguatan kelembagaan guna meningkatkan kesejahteraan nelayan. Tabel 49 Alternatif kebijakan penguatan kelembagaan Peluang Adanya bank penjamin Adanya prosedur mekanisme Menjadi kebijakan pemerintah Kelemahan Rendahnya SDM pengelola Peningkatan kapasitas SDM pengelola kelembagaan Pelembagaan program dan penyediaan prosedur yg jelas Pelembagaan program dan sinkronisasi dengan kebijakan PEMDA Calon debitur tidak punya agunan Pengembangan jaringan kemitraan dengan perbankan Peningkatan akses dengan penyederhanaan prosedur Peningkatan akses dg penyederhanaan prosedur Akses ke tengkulak mudah Pengembangan jaringan kemitraan antar kelembagaan lokal guna pengembangan usaha Pengembangan program pemberdayaan dg self financing” Pengembangan jaringan kemitraan antar kelembagaan lokal guna pengembangan usaha 167 Berdasarkan tabel tersebut di atas, maka pengembangan kelembagaan yang dapat dilakukan adalah pelembagaan program penguatan kelembagaan terutama berupa lembaga keuangan mikro dan organisasi nelayan untuk masyarakat pesisir secara nasional, dengan memperhatikan: 1 Pelembagaan program dan sinkronisasi dengan kebijakan Pemerintah Daerah. 2 Pelembagaan program dan penyediaan prosedur dan mekanisme pemberian bantuan yang jelas. 3 Peningkatan kapasitas sumber daya manusia pengelola kelembagaan dan penerima bantuan program pemberdayaan. 4 Pengembangan jaringan kemitraan dengan kalangan perbankan. 5 Peningkatan akses masyarakat dengan lembaga keuangan dengan cara penyederhanaan prosedur dan mekanisme peminjaman guna memotong mata rantai dengan tengkulak. 6 Pengembangan jaringan kemitraan antar kelembagaan lokal guna pengembangan usaha 7 Pengembangan program pemberdayaan dengan ”self financing”, sehingga nelayan diharapkan dapat membiayai dirinya sendiri serta tidak tergantung kepada tengkulak.

5.2.2 Pengembangan kebijakan peningkatan kewirausahaan