Differential Shift DS dan Proportional Shift PS

134 sebesar 98,89 persen. Sedangkan, subsektor tanaman bahan makanan tabama dan peternakan hanya berkontribusi masing-masing 0,95 persen dan 0,16 persen.

4.4.2 Differential Shift DS dan Proportional Shift PS

Komponen yang digunakan untuk menganalisis sumber pertumbuhan sektor-sektor di Kabupaten Kepulauan Seribu adalah hasil perhitungan dengan metode shift share. Dari nilai proportional shift dapat dianalisis pemanfaatan keuntungan struktur ekonomi atau konsentrasi kebijakan sektoral Kabupaten Kepulauan Seribu relatif terhadap pertumbuhan sektoral Propinsi DKI Jakarta. Sedangkan dari differential shift dapat dilihat posisi keuntungan lokasi Kabupaten Kepulauan Seribu yang mempengaruhi laju pertumbuhan suatu atau beberapa sektor di kabupaten ini. Keuntungan lokasi ini antara lain disebabkan karena kemampuan dalam menyediakan bahan mentah, ketersediaan sumber daya manusia SDM dan sumber daya buatan sebagai fasilitas penunjang. Pada periode tahun 2002-2007 terlihat bahwa secara keseluruhan pertumbuhan sektoral Kabupaten Kepulauan Seribu disebabkan oleh kemampuan pemanfaatan keuntungan struktur ekonomi atau konsentrasi kebijakan sektoral. Kondisi ini ditunjukkan oleh nilai total komponen proportional shift sebesar Rp.- 221,7 milyar, tanpa memperhatikan positif atau negatifnya nilai tersebut, dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai total komponen differential shift yaitu sebesar Rp. -60,9 milyar. Nilai proportional shift yang negatif tersebut mengindikasikan bahwa besarnya laju pertumbuhan sektoral Kabupaten Kepulauan Seribu sebagai pengaruh dari pemanfaatan faktor keuntungan struktur ekonomi atau konsentrasi kebijakan sektoral secara keseluruhan relatif masih kalah bersaing dengan kemampuan Propinsi DKI Jakarta secara umum. Sektor-sektor yang mampu menangkap peluang dari kebijakan sektoral sehingga pertumbuhannya pesat di tingkat propinsi adalah subsektor listrik, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi terutama subsektor angkutan jalan raya dan komunikasi. Sektor-sektor tersebut selama tahun 2002-2007 memiliki nilai proporsional shift yang positif tabel 32. 135 Tabel 31 Hasil perhitungan dengan metode shift share rupiah No Lapangan Usaha Shift Share Keterangan differential proportinal 2002-2007 2002-2007 1 Pertanian 60,514,015 -51,267,507,620 a.tabama 34,911,883 -458,513,020 berkembang b.tanaman hias 0 0 c.peternakan 7,779,235 -100,114,920 Berkembang d.perikanan 17,822,897 - 58,288,628,237 Berkembang 2 Pertambangan penggalian 0 -178,974,642,960 a.minyak gas 0 -178,974,642,960 Berkembang 3 Industri pengolahan -841,711,785 -708,355,094 a.makanan,minuman tembakau -250,990,662 -1,515,336,943 tertekan b.tekstil, barang kulit alas kaki 0 0 tb + tp c.barang kayu hasil hutan lain 0 0 d.kertas barang cetakan 0 0 e.pupuk,kimia barang dari karet 0 0 f.semen barang galian bkn lgm 0 0 g.logam dasar besi baja 0 0 h.alat angkutan, mesin peralatan -265,731,300 -19,989,298 tertekan i.barang lainnya 0 0 4 Listrik, gas air bersih -570,828,084 584,736,685 berkembang a.listrik 0 0 b.gas 0 0 c.air bersih 0 0 5 Bangunan -2,033,721,823 1,925,320,761 potensi 6 Perdagangan,hotel restaurant -10,991,316,058 1,979,999,183 a.perdagangan -1,972,770,908 175,850,533 potensi b.hotel -8,856,530,874 3,272,392,342 potensi c.restauran -2,516,176,809 885,918,842 potensi 7 Pengangkutan komunikasi -12,042,590,698 4,641,214,505 a.pengangkutan -8,547,589,179 1,292,523,829 potensi 1.angkutan rel 0 0 2. angkutan jalan raya -434,990,215 253,082,071 potensi 3. angkutan laut 0 0 4. angkutan sungai penyebrngan 1,957,964,942 -9,031,122,148 berkembang 5. angkutan udara 0 0 6.jasa penunjang 0 0 b.komunikasi -732,402,853 586,092,009 potensi 1.pos telekomunikasi 0 0 2.jasa penunjang telekomunikasi 0 0 8 Keuangan,persewaan jasa prsh -2,346,501,298 -1,340,945,289 a.bank -475,913,528 -3,198,696,837 tertekan b.lembaga keuangan tanpa bank -23,548,271 17,168,268 berkembang c.jasa penunjang keuangan non bank 0 0 d.sewa bangunan -14,205,630 9,651,574 berkembang e.jasa perusahaan 0 0 9 Jasa-jasa -6,755,963,235 1,418,440,542 berkembang a.pemerintahan umum -4,239,319,123 -78,084,245 1.adm pemerintahan pertahanan 0 0 2.jasa pemerintahan lainnya 0 0 b.swasta -1,639,894,830 528,775,505 1.sosial kemasyarakatan -59,628,473 152,191,114 berkembang 2.hiburan rekreasi -2,155,851,374 1,255,885,713 berkembang 3.perorangan rumah tangga -217,953,079 5,236,774 berkembang Produk Domestik Regional Bruto -60,942,587,528 -221,741,739,287 Sumber : pengolahan data BPS 2008 136 Dari hasil pengolahan data tersebut juga tampak bahwa tidak ada satupun sektor-sektorsubsektor di Kabupaten Kepulauan Seribu pada periode tahun 2002- 2007 yang memiliki memiliki nilai proportional shift dan differential shift yang positif l, sehingga dapat digolongkan menjadi kategori 1 PS + dan DS +. Kategori 1 adalah sektor pada suatu wilayah yang mempunyai pertumbuhan sangat cepat rapid growth sector. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Seribu belum cukup efisien dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Bahkan terdapat beberapa sektor dalam kategori 4 yaitu sektor yang mempunyai PS dan DS negative PS – dan DS -. Kategori 4 ini menunjukkan sektor yang bersangkutan saat ini dalam keadaan tidak berkembang dan tidak mempunyai potensi dimasa yang akan datang. Sektorsubsektor tersebut adalah sektor industri pengolahan makanan, minuman dan tembakau; alat angkutan mesin dan peralatan serta perbankan. Sektor-sektor yang mampu memanfaatkan keuntungan lokasional sehingga memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan sektor sejenis di kabupatenkota lain adalah semua sektor pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan tabama, peternakan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai DS +. DS yang positif terjadi apabila laju pertumbuhan pada suatu sektor disuatu wilayah lebih tinggi daripada laju pertumbuhan pada sektor yang sama di wilayah lain. DS yang positif ini mencerminkan posisi keuntungan lokasi locational advantage position. Tetapi kondisi sektor ini tidak tumbuh dengan baik, ini ditandai dengan nilai PS yang negatif, yang berarti bahwa sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan daerah lain. Hasil ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan sebenarnya merupakan sektor unggulan dan mempunyai daya saing yang tinggi, dibuktikan dengan nilai LQ yang positif dan juga DS yang positif. Akan tetapi sektor ini tidak memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan sektor sejenis di daerah lain. Hal ini terjadi karena yang menjadi pembanding subsektor perikanan Kepulauan Seribu adalah Kota Jakarta Utara. Seperti sudah digambarkan pada bab sebelumnya sebesar 55 pemasaran hasil perikanan tangkap dan 82 pemasaran hasil 137 perikanan budidaya dilakukan diluar wilayah kepulauan seribu. Kondisi inilah yang menyebabkan subsektor perikanan Kepulauan Seribu tidak tumbuh dengan baik karena justru yang menikmati hasil tangkapan dan hasil budidaya perikanan adalah kota lain. Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan pemerintah yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan yang dapat mempercepat pertumbuhan subsektor perikanan disemua wilayah Kepulauan Seribu. Percepatan pertumbuhan sektor perikanan ini dapat berpotensi guna memberikan efek ganda multiplier effects yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi dalam wilayah Kepulauan Seribu yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan. 138 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab sebelumnya tampak bahwa tidak ada satupun sektor dan subsektor di Kabupaten Kepulauan Seribu pada periode tahun 2002-2007 yang memiliki memiliki nilai proportional shift dan differential shift yang positif l, sehingga dapat digolongkan menjadi kategori 1 yaitu kategori dimana proportional shift positif dan differential shift positif. Kategori 1 adalah sektor pada suatu wilayah yang mempunyai pertumbuhan sangat cepat rapid growth sector. Bahkan terdapat beberapa sektor dalam kategori 4 yaitu sektor yang mempunyai proportional shift negatif dan differential shift negatif. Kategori 4 ini menunjukkan sektor yang bersangkutan saat ini dalam keadaan tidak berkembang dan tidak mempunyai potensi dimasa yang akan datang. Sektorsubsektor tersebut adalah sektor industri pengolahan makanan, minuman dan tembakau; alat angkutan mesin dan peralatan serta perbankan. Sektor yang mampu memanfaatkan keuntungan lokasional sehingga memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan sektor sejenis di kabupatenkota lain adalah semua sektor pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan tabama, peternakan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai differential shift positif. Differential shift positif terjadi apabila laju pertumbuhan pada suatu sektor disuatu wilayah lebih tinggi daripada laju pertumbuhan pada sektor yang sama di wilayah lain. Differential shift positif mencerminkan posisi keuntungan lokasi locational advantage position . Tetapi kondisi sektor ini tidak tumbuh dengan baik, ini ditandai dengan nilai proportional shift negatif, yang berarti bahwa sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan daerah lain. Hasil ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan sebenarnya merupakan sektor unggulan dan mempunyai daya saing yang tinggi, dibuktikan dengan nilai location quotient positif dan juga Differential shift positif. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator-indikator yang lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Seribu belum cukup efisien dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dikarenakan hasil pembangunan yang ada ternyata belum dapat mensejahterahkan masyarakat terutama masyarakat nelayan. 139 Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses pengembangan kapasitas masyarakat dalam jangka panjang sehingga memerlukan perencanaan yang tepat dan akurat. Perencanaan ini berarti harus mampu mencakup kapan, di mana dan bagaimana pembangunan harus dilakukan agar mampu merangsang pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Dengan kata lain, pembuat rencana pembangunan haruslah mampu untuk memprediksi dampak yang ditimbulkan dari pembangunan yang akan dilakukan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan kelompok-kelompok masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru serta merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut Arsyad, 2002. Wujud perekonomian daerah yang dibangun mencerminkan peningkatan peran masyarakat dan pelayanan masyarakat dengan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Persoalan sering timbul manakala menentukan manakah yang terlebih dahulu harus dilakukan antara pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Apakah pembangunan ekonomi dulu baru kemudian pembangunan kesejahteraan ataukah sebaliknya. Keragaman sumberdaya manusia dan potensi ekonomi daerah kerapkali menimbulkan pandangan generalisasi bahwa pembangunan kesejahteraan hanya perlu dilakukan oleh daerah-daerah yang memiliki kemampuan ekonomi tinggi. Desentralisasi yang memberi kewenangan lebih luas pada daerah, kemudian dijadikan momentum untuk memangkas anggaran dan institusi-institusi sosial dan bahkan meniadakannya sama sekali. Alasannya: pembangunan kesejahteraan dianggap boros dan karenanya baru perlu dilakukan apabila pertumbuhan ekonomi PAD telah tinggi. Padahal, studi di beberapa negara menunjukkan bahwa kemampuan ekonomi tidak secara otomatis dan linier berhubungan dengan pembangunan kesejahteraan Suharto, 2005. Oleh karena itu perlu dibuat suatu model yang komprehensif guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan.

5.1 Model Peningkatan Kesejahteraan Nelayan