11
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan 1 kajian pustaka, 2 penelitian yang relevan, 3 kerangka berpikir, dan 4 pertanyaan penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Tahap Perkembangan Anak
Setiap anak pasti mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam jenjang kehidupannya. Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif
pada aspek biologis atau fisik seseorang yang nampak dan dapat diukur Mar’at,
2006: 5. Perkembangan adalah serangkaian perubahan yang terjadi pada aspek psikis yang terjadi secara terus menerus menuju ke tahap kematangan Widyastuti
Widyani, 2011: 2. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang berbeda, tetapi saling
berkaitan satu sama lain dalam setiap rentang kehidupan manusia. Pertumbuhan
dan perkembangan anak akan mempengaruhi anak dalam belajar dan memperoleh pengetahuannya.
Salah satu teori tahap perkembangan anak adalah tahap perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh seorang ahli biologi dan psikolog bernama Jean
Piaget. Jean Piaget membagi tahapan perkembangan anak menjadi empat tahapan, yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan
tahap operasional formal Syah, 2013: 24. Setiap tahapan tersebut menunjukkan karakteristik anak sesuai tahap perkembangannya.
12
Tahap pertama adalah tahap sensorimotor pada anak usia 0-2 tahun. Tahap ini ditandai dengan perkembangan kemampuan anak dalam mengorganisasikan
gerakan dan tindakan fisik, serta memberikan respon dalam bentuk refleks sederhana Mar’at, 2006: 104. Meskipun demikian, anak belum dapat mengenal
dan menemukan objek yang tidak dilihat, tidak disentuh, dan tidak didengar Syah, 2013: 27. Dengan demikian, anak masih terikat dengan peristiwa langsung
dan konkret dan terbatas pada reaksi motorik terhadap objek yang dapat disentuh, dilihat, dan didengar.
Tahap kedua adalah tahap praoperasional konkret pada anak usia 2-7 tahun. Pada tahapan ini anak sudah mampu merekayasa simbol-simbol yang
merepresentasikan objek-objek dalam dunia nyata dan menggunakan kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan kalimat-kalimat pendek Syah, 2013: 29. Oleh
karena itu, pada tahapan ini anak sudah mampu memperoleh kesadaran tentang keberadaan suatu benda walaupun benda tersebut tidak dilihat atau didengarnya.
Tahap ketiga adalah tahap operasional konkret pada anak usia 7-11 tahun. Pada tahapan ini anak sudah memiliki kemampuan dalam mengenali sistem
kuantitatif suatu benda, mengurutkan, serta menggolongkan benda. Walaupun demikian, pemikiran anak terbatas pada benda dan peristiwa yang konkret
Susanto, 2013: 77. Pada tahapan ini anak sudah mampu berpikir rasional dan logis tetapi terikat pada pengalaman konkret atau nyata yang dialami oleh anak.
Tiga kemampuan yang dimiliki anak pada tahapan ini adalah mengklasifikasikan benda dengan ciri-ciri yang sama, menyusun atau mengasosiasikan angka atau
bilangan, dan memecahkan masalah sederhana Yusuf Sugandhi, 2011: 61.
13
Tahap keempat adalah tahap operasional formal pada anak usia 11-18 tahun. Tahapan ini dapat dikatakan sebagai tahapan yang terjadi pada anak-anak
yang mulai beranjak remaja. Anak sudah mampu berpikir secara sistematis dan abstrak untuk memecahkan suatu masalah Mar’at, 2006: 195. Anak sudah
mampu mempelajari dan memahami berbagai hal yang bersifat abstrak. Pada tahapan ini anak sudah mampu berpikir secara abstrak dan sudah mampu
memecahkan berbagai masalah yang menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Berdasarkan tahapan-tahapan perkembangan kognitif Jean Piaget tersebut,
dapat diketahui bahwa siswa SD kelas rendah dengan kisaran usia 6 atau 7 tahun sampai 9 tahun berada dalam tahapan kogitif operasional konkret. Pada tahapan
ini anak-anak sudah mampu berpikir rasional dan logis tetapi masih terikat pada
pengalaman konkret yang dialami anak. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses
belajarnya, siswa kelas rendah perlu difasilitasi dengan objek konkret sebagai sumber belajarnya agar dapat belajar dengan lebih optimal. Selain itu, siswa kelas
rendah juga memiliki karakteristik suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan mudah terpengaruh lingkungan Susanto, 2013: 86. Berdasarkan
karakteristik tersebut, maka siswa kelas rendah memerlukan pembelajaran menggunakan objek konkret yang menyenangkan dan dapat memfasilitasi rasa
ingin tahu siswa. Salah satu objek konkret yang dapat membantu proses belajar siswa adalah melalui penggunaan bahan ajar.
2.1.2 Tahap Perkembangan Bahasa